Chapter 22

562 65 14
                                    

Ali Pov

"Pergii..." lirih Prilly tepat di telingahku. Sial, kenapa kata itu lagi yg harus keluar dari mulutmu Prilly tak bisakah aku sekarang bersamamu sebentar saja, batinku. Prilly ingin mendorong tubuhnku agar menjauh darinya tapi aku justu semakin mengeratkan pelukaanya.

"Sebentar saja seperti ini, biarkan aku memelukmu untuk terakhir kalinya." aku berkata lembut semoga Prilly membiarkanku untuk tetap memeluknya, aku mengelus punggungnya memberikan ketenangan tak lama aku mendengar helaian napasnya yg mulai teratur. Aku memelepaskan pelukakanku menatap wajah Prilly yg terlihat sudah tertidur pulas entah sejak kapan.

"Aku akan melepaskanmu, jika ada seorang yg bisa menggantikan posisiku saat kamu membutuhkan sandaran, tempat ternyaman saat kamu ada dalam pelukanku. Tapi jika kamu bisa dapatkan pelukan yg lebih nyaman, aku akan merelakanmu." ucapku menangkup pipi cubby Prilly, aku mengendongnya menuju ranjang tanpa membangunkannya, ku letakannya di atas ranjang, aku tutup tubuhnya dengan selimut sampai sebatas dada.

"Aku akan selalu ada bersamamu karena nadiku ini tertulis namamu, bahkan jantungku ini akan terus berdetak untukmu Prill." ucapku sambil mengelus rambutnya.

"Karena kamu udah suru aku pergi aku akan pergi, tapi aku akan pergi untuk kembali. Dan jangan pernah menyuruhku untuk tidak mencintaimu, karena sampai kapanpun aku akan tetap mencintaimu, selamat malam Prillyku I will always love you." ucapku kemudian mencium keningnya aku memejamkan mata sungguh ini sangat menyiksa bantinku. Aku melepaskan kecupanku dan berlalu dari kamar Prilly bahkan mungkin terakhir kalinya aku disini.

Jangan pernah bilang kalo kamu sendiri
Karena seluruh hidupku ada pada gengamanmu
Aku akan terus menjagamu dari kejauhan
Mengawasimu tanpa hadirku disampingmu.

**********

Author Pov

Seorang pria sedang meminum kopi hangat dalam dinginnya malam. Pria tersebut berada dalam teras halaman belakang yg terdapat kolam berenang di sana. Pria itu memandang air kolam dengan gelombang yg begitu tenang. Lemparan kertas tepat di wajahnya membuat pria itu menoleh melihat siapa yg melempar itu.

"Maksud lo apa Alex lempar kertas ini?" Tanya pria itu mengengam kertas tanpa melihat isi dalam kertas itu.

"Santai Dim, gue tau lo suka sama perempuan yg ada di foto itu." ucap Alex terhadap Dimas yah pria yg sedari tadi di bicarakan adalah Dimas.

"Prilly?" ucap Dimas memandang foto yg teryata adalah foto dari Prilly.

"Maksudnya apa Lex, gue enggak ngerti?" lanjut Dimas tak paham sebenarnya kenapa foto Prilly bisa ada pada Alex batin Dimas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maksudnya apa Lex, gue enggak ngerti?" lanjut Dimas tak paham sebenarnya kenapa foto Prilly bisa ada pada Alex batin Dimas.

"Gue tau lo sukakan sama dia? Ambil hatinya dan manfaatkan buat lo."

"Prilly udah punya pacar Lex, gue enggak mau ngerebut dia dari pacarnya," ucap Dimas pelan sedatar mungkin, tanpa menatap Alex.

"Mereka udah putus karena rencana gue, gue ingin lo ambil hati Prilly atau gue sendiri yg akan musnahkan mereka," ucap Alex sambil tersenyum sinis.

"Apa lo gila? Parah kenapa mereka bisa berurusan sama orang jahat kaya lo." tanya Dimas tajam, iya tak menyangka ternyata sahabatnya ini begitu jahat untuk memisahkan hubungan orang.

"Simpel, karena dendam gue belum terbalaskan." ucap Alex begitu santai.

"Gue enggak bisa masuk dengan rencana gila lo, dan satu lagi Prilly terlihat bahagia saat bersama Ali. Gue enggak akan tega merusak kebahagian Prilly." ucap Dimas berlalu dari Alex.

"Kalo lo berubah pikiran, bilang gue yah Dim," teriak Alex saat Dimas telah pergi.

"Terserah lo" ucap Dimas tetap berlalu tanpa menengok sebentar ke arah Alex. Alex hanya mengangkat bahunya tak acuh dan tersenyum sinis melihat Dimas yg semakin menjauh.

***********

Hari sudah mulai pagi tampaknya Ali sedang berada di dapur membuat teh manis dan mulai mengaduknya perlahan, ia terlihat lebih fresh dari sebelumnya. Ali menuju meja makan yg sepertinya sudah ada Mama Resi yg menyiapkan makanan.

"Pagi Mah," ucap Ali duduk disamping Mama.

"Kamu mau sarapan apa Li, nasi goreng atau roti?"

"Nasi goreng aja Ma."

"Kamu enggak ke kantor Li,"

"Enggak, Ali hari ini ngambil cuti Ma, Ali kurang enak badan."

"Kamu sakit nak? Yaudah abis sarapan tidur lagi yah," ucap Mama Resi memberikan sepiring nasi goreng, Ali hanya mengangguk patuh dan mulai menyuap makanannya.

"Gimana kondisi Prilly Li, sudah membaik?" tanya Mama mengenai kondisi Prilly.

"Sudah membaik kok Ma, kemarin katanya Bunda habis konsultasi dengan psikolog." ucap Ali acuh kembali menyuapkan makanannya.

"Syukurlah, tapi kenapa akhir-akhir ini Mama rasa kamu tidak pernah ke rumah Prilly lagi yah." Ali memberhentikan makannya, Ali rasa Mamanya kini akan membahas tentang Prilly lebih dalam.

"Ali sibuk Ma, belakangan ini perkerjaan Ali menumpuk. Lagi pula Prilly sendiri kok yg suru Ali untuk pergi," ucap Ali kemudian menengguk teh manis yg ia buat.

"Lho kamu enggak boleh gitu Li, seharusnya kamu temanin dia. Prilly pasti butuh pegangan saat mendapat beban seperi sekarang, seharusnya kamu ada di samping dia menjadi sandaran dan tempat untuk dia bangkit dari traumanya, bukannya seperti ini Li," ucap Mama Resi menasehati Ali, agar ia mengerti pemikiran yg telah putranya jalankan adalah salah. Seharusnya Ali berada disisi Prilly menemaninya walaupun selalu dapat penolakaan darinya.

"Seterah Mama, Ali cape Mah mau istirahat." ucap Ali seperti tak ingin membahas tentang Prilly, dan berlalu dari meja makan menuju kamarnya. Mama Resi hanya bisa mengelengkan kepala melihat kelakuan putranya.

********
Ali kini berada di dalam kamarnya ia menidurkan badannya melihat ke arah langit-langit kamar. Ali merasa hidupnya kini sepi tak ada suara manja dan rengekan yg membuatnya menjadi gemas akan sosok Prilly. Tapi sekarang semua tinggalah angan yg menjadi kenangan, kenangan yg akan terurai seperti debu lalu tiada. Memori indah yg sudah tersusun indah, kini buyar hilang karena setitik debu. Ali lelah selalu berjuang sendiri mempertahankan cintanya, sedangkan Prilly hanya merontak-rontak agar dirinya Pergi. Seperti rembulan yg merinduhkan akan pagi yg cerah. Kini hanya ada gelap hitam lekam yg ada dalam ingatan Prilly, Ali yg berusaha membuat warna hitam itu menjadi terang bahkan berubah menjadi putih kini tak ada gunanya lagi. Ali mungkin sudah menyerah dan melepaskan Prilly.

"Prill, seandainya kamu tau aku akan tetap disini walaupun hati ini sudah lelah memperjuangkanmu, tapi percayalah aku akan tetap menunggumu," ucap Ali menatap dinding pada langit kamarnya.

"Kamu harus tau Prill, enggak ada cinta yg lebih besar dari ini, dan enggak akan ada pelukan tempat ternyaman selain kamu yg memberi. Enggak akan pernah Prilly." Ucap Ali memberikan jeda pada ucapanya.

"Tapi aku sudah tak ingin berjuang, tapi jika kamu kembali kepadaku. Maka kembalilah karena aku selalu mencintaimu." lanjut Ali memejamkan matanya dan mengingat kembali segala kenangan dan memori yg telah ia lakukan bersama Prilly hingga Ali tertidur ke alam mimpinya.

★RaF★

###############

Rain And Flowers (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang