13. Klan Nari

1.6K 103 2
                                    

Kami keluar dari portal hitam itu menuju kerajaan Raja itu tapi kami tidak benar-benar berada di kastil. Kami berada di bukit yang terletak cukup dekat dengan kastil. Aku duduk disebelah Raja itu dan membuka topengku untuk menenangkannya dari rasa sakit yang dia rasakan.

"Apa yang harus aku lakukan? Oh iya..."
Aku berencana menyobek gaunku untuk menutupi lukanya, tetapi sebelum aku melakukannya dia menahanku.

"Kau tidak boleh melakukan itu!"

"Kenapa?"

"Aku yakin, ini bukan gaun yukata dari kerajaanku. Apa kau membuatnya sendiri?" Katanya dengan tersenyum lembut padaku.

"Kenapa....a-aku....aku hanya..." Sebelum aku melanjutkan ucapanku dia langsung berbicara dengan wajahnya yang tersenyum hangat.

"Aku ingin terus melihatmu seperti ini."

"Hee?"

"Kuakui design bajumu lebih indah daripada kerajaanku. Dan kau terlihat lebih cantik daripada sebelumnya."

Heh....
Deg Deg Deg....
Apa ini? Kenapa...dengan jantungku? Kenapa....aku merasa malu? Bukan!! Aku merasa senang, sangat senang. Ada apa denganku? Apa ini? Aku merasa....ingin terus dipuji olenya,aku merasa ingin terus diperhatikan olehnya.

Tuan Putri! Tuan Putri!

Sekarang apa yang harus aku lakukan?

"Tuan Putri!" Dia memanggilku dengan suara keras karena dari tadi aku tidak mendengarnya.

"Ada apa denganmu? Kau baik-baik saja?"

"Y-Ya,aku baik-baik saja. Tunggu! Bukan itu masalahnya!!"
Aku berbicara padanya dengan mendekatkan wajahku pada wajahnya yang datar. Dan aku memukuli dadanya dengan pelan.

"Kenapa kau menghentikan semua itu? Padahal aku sedang membelamu!! Kenapa kau malah mengkhawatirkanku? Padahal kau yang terluka, seharusnya kau mengkhawatirkan dirimu. Apa kau tidak merasa terhina atas perlakuannya itu?! Dia menuduhmu bahwa kau akan membunuh, dan kau hanya terdiam ketika dia berkata seperti itu! Ada apa denganmu? Seharusnya kau membela-"
Dia memotong pembicaraanku dengan memegang tangan kananku yang memukul dadanya.

"Sudahlah!" Katanya dengan lantang."Aku sudah terbiasa dengan itu. Jadi...Tidak apa-apa.vLukaku ini tidak terasa begitu sakit dibandingkan lukaku di dalam dada ini yang menempel dari dulu. Ini sudah terbiasa bagiku." Ucapnya dengan tersenyum padaku.

Tanpa kusadari, air mataku terus turun mengalir di pipiku dan dia menghapusnya dengan tangannya yang lembut.

Apa ini? Kenapa aku menangis? Kenapa aku begitu mengkhawatirkannya? Sebenarnya apa yang terjadi denganku?

"Kau tidak benar-benar datang kesana untuk membunuh, kan?" Tanyaku sambil memegang tangannya yang berada di pipiku.

"Tidak." Ucapnya dengan tersenyum. "Aku datang kesana untuk tujuan lain"

Entah kenapa aku merasa lega. Aku sangat merasa senang. Aku merasa....sangat....senang. Aku ingin memeluknya, aku ingin lebih dekat dengannya. Hingga tanpa kusadari aku menyandar di bahunya sambil terus menangis.

"Eh?" Sang Raja kaget.

"Syukurlah! Syukurlah! Aku senang mendengarnya."

Perlahan dia mengusap kepalaku dan mencoba menenangkanku dan tangisku malah semakin keras dan semakin banyak. Tapi sepertinya Raja itu merasa biasa-biasa saja. Tapi...entah kenapa aku merasa sangat nyaman di sisinya, aku merasa...selalu ingin seperti ini di sisinya. Aku ini.....kenapa?

********

"Kau merasa baikan?"

"Ya...aku sudah baikan" Jawabku sambil tersenyum dan menggosok hidungku. Raja itu hanya tersenyum padaku dengan hangat.

"Kau benar-benar bersikap tidak biasanya hari ini."

"Apa maksudmu?" Tanyanya.

"Tidak jadi"

"Hah? Justru kau yang aneh."

"Hei...aku tidak bilang aneh padamu!" Aku melawan omongannya yang menurutku mengejek.

"Kau mengatakannya saat siang tadi, lalu kemarin juga kau mengatakannya. Kau aneh."

"Itu kan kemarin dan tadi siang. Sekarang aku tidak melakukannya dan itu tidak ada hubungannya dengan sekarang."

"Ada."

"Tidak ada!" Aku membentaknya.

"Ada!"

"Tidak ada!" Aku mulai sedikit marah.

"Ada!" Dia terus menjawab dengan wajahnya yang datar.

"Sebutkan hubungannya" Kataku dengan kesal.

"Kau menyebutku aneh jadi aku juga bisa menyebutmu aneh." Katanya dengan senyum menyeringai.

"Ah...Terserah! Ini tidak akan berhenti." Ucapku padanya dengan sedikit geram.

Tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak. Dia menutupi tawanya dengan tangan kanannya yang bahunya terluka, mungkin dia sudah tidak kesakitan. Eh tunggu! Dia....tertawa terbahak-bahak? Itu aneh...tapi, aku hanya bisa tersenyum manis padanya karena aku tidak tahu harus apa. Yang kurasakan hanyalah rasa senang melihatnya tersenyum. Hanya itu.

"Kau....itu benar-benar aneh!" Dia berbicara sambil tertawa kepadaku. "Padahal baru berbicara beberapa hari denganku,tapi kau sudah terlalu akrab denganku,dasar!" Dia menghentikan tawanya dan tersenyum malu dengan menghadap ke bawah.

"Ya....aku memang seperti ini." Kataku sambil tersenyum padanya. Dia pun menghadap padaku sambil tersenyum. Entah kenapa aku jadi merasa senang padanya.

"Kau Klan Nari?" Dia mulai bertanya padaku.

"Ya..." Aku menjawabnya dengan biasa karena mungkin siapa yang tidak mengetahui asal usul kerajaanku, keluargaku dan rakyatnya sangat terkenal karena kami ahli dalam menyusun strategi dan mengalahkan musuh. Menurutku ini kerajaan yang aneh.

"Kenapa kau disebut klan Nari ?" Tanyanya lagi.

"Ah...itu mungkin karena dulu kakek buyutku mendapatkan sebuah kkekuatan dari kuda putih yang dia temukan. Bayaran untuk kekuatannya yaitu memberikannya sebuah nama. Nama keluarga kakek buyutku dulu itu Narai jadi dia memberinya nama Nari. Intinya, karena kekuatan kami berasal dari kuda bernama Nari,kami disebut Klan Nari. Dan itu juga adalah kenapa kerajaanku diberinama kerajaan Narai."

"Entah kenapa rasanya itu sangat aneh!" Dia menjawab kisahku dengan wajah yang aneh.

"Kenapa kau tertarik dengan kata 'aneh'?" tanyaku, sedikit kesal.

"Tidak, mungkin keluargamu sebenarnya aneh. Pemberian nama kuda sihir juga seperti itu. Tidak, mungkin keluargamu bodoh! Tidak! Tidak! Kalian memang aneh! Daripada disebut Klan Nari lebih baik kalian disebut 'Klan Aneh'!"

"Hei...berhenti mengatai keluargaku dengan kata aneh! Itu tidak lucu!" Kataku dengan nada sedikit kesal untuk menolak pendapatnya.

"Memangnya siapa yang sedang melucu? Aku mengatakan sesuatu yang seharusnya benar."

"Kau jahat!" Aku membentaknya.

"Bukannya aku memang seperti itu?"

"Itu hanya pendapat orang-orang!"

"Lalu kenapa kau mengatakan kalau aku jahat?"

"Berisik! Dasar Raja aneh!"

"Lihat! Kau mengatakan aneh padaku!"

"Itu karena dirimu, dasar bodoh!"

"Siapa yang kau sebut bodoh?"

"Daripada disebut Raja Kegelapan, kau lebih pantas dengan sebutan Raja bodoh yang terobsesi dengan kata aneh!"

Kami terus bertengkar seperti adik kakak yang merebutkan mainan. Tapi....aku senang ,benar-benar senang melihat sosoknya yang begitu berbeda seperti ini. Aku ingin terus melihatnya seperti ini terus-menerus. Aku memang aneh.

Assassination a King [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang