23. Aku ingin melindungimu

1.1K 77 5
                                    

Setelah membunuh orang itu,aku langsung pergi menuju penjara. Ada beberapa penjahat yang dipenjara. Tapi mereka tidak mau berbicara sepatah katapun.

Aku yakin mayat mereka berdua pasti sudah ditemukan karena suara perkelahian kami cukup keras dan pasti terdengar oleh warga sekitar.

Aku berjalan kembali ke lorong yang sudah aku lewati untuk keluar dari sini. Dari kejauhan aku mendengar seseorang bicara.

"Hei.... Bagaimana kalau kita meniduri  Ratu?" Kata salah seorang prajurit yang sedang bertugas menjaga penjara. Mereka hanya berdua, berbicara hal - hal yang aneh.

"Kau gila! Apa kau ingin Raja marah padamu?" Sentak temannya yang sedang berjaga juga.

"Dia akan marah, tapi dia tidak akan membunuhku. Lagipula dia itu Raja yang terlalu baik. Dia selalu memaafkan siapapun jika alasannya masuk akal. Kita katakan saja kalau kita sedang mabuk dan tidak bisa mengontrol diri. Dia itu Raja yang sangat bodoh. Dia bisa dimanfaatkan oleh siapapun."

"Bodoh! Apa kau ingin Ratu mendengar ucapanmu?"

"Tidak apa - apa lagi pula dia itu wanita. Walaupun dia membawa pedang dia tetap saja lemah. Wanita itu tidak sanggup membunuh dengan sekejap. Dia itu sama seperti Raja bodoh itu! Dengan begitu kita tidak akan mati atau masuk penjara!"

Aku mengarahkan sisi tajam pedangku ke arah leher orang itu yang berada di belokan ke penjara lain. Aku mengancamnya dengan ekspresi datar dan suara yang tenang.

"Apa kau pikir aku takut? Apa kau berfikir aku bisa kalah? Raja itu memang terlalu baik, tapi tidak untukku!" Aku melirik pada kedua orang yang ketakutan itu dengan ekspresi yang tetap sama.

"Apa kalian lupa siapa diriku? Aku bisa saja membunyh kalian dengan mudah. Tidak! Aku tidak akan membunuh. Aku akan mencabik-cabik kalian perlahan. Dengan begitu, kalian bisa tinggal di dunia ini untuk beberapa waktu."

Aku memasukkan kembali pedangku ke sarungnya. Pergi keluar dari penjara yang gelap ini menuju kastil. Apapun yang terjadi, aku akan menjelaskannya. Kali ini, akulah yang akan menang.

###########

Aku sudah memasuki ruang depan kastil. Ternyata memang benar, Raja itu sudah menungguku disana. Dia ditemani Nenek,Himeka dan beberapa pelayan lainnya.

"Dari mana saja kau?" Sontak Sang Raja mengekspresikan kalau dirinya sedang marah.

"Kalau kau sufah tahu kenapa kau masih bertanya?" Aku yang berada didepannya menjawabnya tanpa berfikir terlebih dahulu secara tegas tapi pelan.

"Kau melanggar aturan! Apa kau ingin aku memasukkanmu ke penjara?" Tanyanya tanpa berfikir panjang.

"Aku sudah tidak peduli!" Aku hanya menjawab pertanyaannya secara dingin. Dia terdian sejenak. Menatapku tajam lalu menghela nafas.

"Kali ini aku memaafkanmu!" Lagi-lagi dia bervicara seperti ini. "Kalau kau melakukannya lagi, aku aka-!"

"KAU SELALU SEPERTI INI!" Aku berteriak di ruangan yang lega ini. Semua orang hanya menatapku heran.

"Kenapa...? Kenapa kau tidak bertanya alasannya?" Aku terus saja berteriak, kali ini aku diselimuti oleh air mata yang ingin aku keluarkan. "Apa kau takut kalau alasanku ini tidak masuk akal!? Apa kau takut jika aku benar-benar berbuat salah?"

Raja itu hanya melotot. Tak percaya dengan semua yang aku katakan.

"Kau itu terlalu bodoh! Kau terlalu baik kepada semua orang! Bahkan orang yang benar salahpun kau tidak bisa menghukumnya! Kenapa kau melakukan ini!?" Kali ini aku akan mengeluarkan kekesalanku. Aku akan menjelaskan segalanya padanya.

"Kau terlalu banyak menanggumg semua ini! KAU ITU BENAR-BENAR BODOH!! Kau tahu alasan mereka datang kesini, tapi kau masih saja menerima mereka! Bukan berarti kau mencoba baik pada mereka tapi kau hanya membuat rakyatmu berkorban. Apa kau tahu apa yang sudah kau lakukan!?" Kali ini aku menaikkan lalu merendahkan suaraku. Tatapan Raja itu masih tatapan tak menyangka.

"Sudah kubilang... Aku sudah katakan padamu, jangan menanggung semuanya sendirian. Sehebat apapun seseorang, sekuat apapun mereka, mereka tidak akan pernah bisa menanggung penderitaannya sendirian. Aku mohon padamu. Katakan semuanya padaku. Seburuk apapun itu, seberat apapun itu, aku akan mencoba membantumu. Aku takut..... Aku terlalu takut kehilanganmu! Aku takut tidak bisa bertemu denganmu lagi! Jika kau menceritakan bebanmu padaku, aku merasa kalau diriku selalu dekat bersamamu. Karena kau menganggapku ada untukmu. Aku juga ingin melindungimu dasar bodoh!"

Raja itu menjatuhkan air matanya perlahan. Tak seorangpun berani bicara. Bahkan Neneknyapun hanya melihatnya kaget tak percaya. Dia malah menarikku, memelukku dengan erat. Tangisnya sudah tak tertahankan olehnya. Dia menangis drngan derasnya dibawah bahuku. Aku tersontak tak percaya dengan apa yang sudah dia lakukan. Nenek itu semakin melihat kami tak percaya tapi kemudian dia tersenyum. Aku membiarkan Raja ini terus menangis sepuasnya di dekapanku. Aku merasa sangat senang, aku benar-benar merasa bahagia.

Aku merasa aneh tapi aku bahagia.

Assassination a King [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang