2. Rencana yang Berhasil (Update)

3.3K 215 1
                                    

Di buku sejarah, diceritakan tentang Kerajaan Yuuga yang berperang dengan kerajaanku. Disana dikatakan bahwa Kerajaan Yuuga sangat ingin menguasai kerajaan kami yang makmur, hingga akhirnya terjadi perang besar-besaran antara kerajaan kami dan akhirnya kami pun menjadi musuh.

Disana juga tertulis tentang fisik yang dimiliki tiap anggota Kerajaan Yuuga. Disana dikatakan, dia memiliki badan yang besar. Dia juga memiliki mata yang besar, dan dia tidak berkenan untuk membunuh siapapun yang dia benci. Di dalam cerita dikatakan bahwa rupanya mirip seperti monster. Itu memang hanya masa lalu, tapi beberapa Kakek buyutku mengatakan bahwa rupanya memang mirip seperti monster. Cerita tentang kerajaan ini membuatku sangat merinding. Apalagi ketika umurku masih menginjak 7 tahun. Tentu saja itu hal yang menakutkan untuk didengar oleh seorang anak kecil yang masih belum tahu banyak hal.

Dan saat ini, aku sedang menghadapi makhluk itu. Makhluk yang konon katanya rupanya mirip seperti monster. Untuk saat ini, aku bisa saja membunuhnya menggunakan kekuatan sihirku. Tapi aku tidak mau membunuh tanpa alasan yang jelas. Aku hanya sedang takut, aku hanya perlu mengontrol semua ini.

Angin terus bertiup di ruangan itu. Hanya ada sedikit cahaya yang terpantulkan dari bulan di tempat itu. Disaat ketakutan itu melandaku, ketika keputusasaan sedang menguasai diriku, terdengar suara yang bergema di ruangan yang aku tempati ini.

"Hebat sekali kamu bisa menemukan diriku disini."

"Si-Siapa itu?" Aku masih takut, dan suara itu terasa semakin mendekatiku.

Angin mulai berhenti, dedaunan kering itu pun kembali berhamburan ke lantai.

"Kau kesini mencoba membunuhku? Ternyata cerita itu benar, ya? Kerajaanmu benar-benar hebat. Namun sayangnya, setiap keturunan yang lahir, mereka ditakdirkan untuk menjadi pembunuh."

"Diam!" Aku berteriak disana. Melawan ucapannya yang terasa menghinakan.

"Aku bukan seorang pembunuh! Aku kesini hanya ingin kau melepaskan Ibuku!"

Seperti ada seseorang di belakangku, dia membisik ke telingaku. "Hah? Untuk apa aku melakukan itu?"

Ketika aku berbalik ke belakang tidak ada siapapun disana. Setiap kali aku mendengar suara, bayangan seseorang seperti terasa disekelilingku.

"Dia menggangguku, hampir membunuhku, lalu kau ingin dia kembali? Memangnya penjahat mana yang bisa dibebaskan dengan mudahnya seperti itu? Bukankah itu semua harus tergantikan? Memangnya apa yang akan kau gantikan? Nyawamu? Kerajaanmu? Mana yang akan kau pilih?"

Aku mencoba menenangkan diriku. Rencana Ibuku yang kedua, harus berhasil.

"Hidupku." Jawabku dengan tenang.

"Maksudmu?"

"Aku akan mengabdi padamu. Aku siap menjadi pelayanmu. Apapun yang kau mau aku siap melakukannya. Aku bisa saja berguna untukmu bukan? Jika kau memilikiku, bukankah kesempatan besar untukmu menguasai semua negeri di dunia ini?"

"Apa? Hanya karena kau Putri dari kerajaan Narai, bukan berarti kau bisa aku peralat untuk semua hal,kan? Ataukah... Kau sedang menipuku?"

Dia berhasil menebaknya. Tentu saja hal seperti ini sangat mudah untuk dia tebak. Penipuan sederhana ini terlalu mudah dia ketahui.

"Mungkin aku tak seperti keluarga lain yang mengetahui segalanya, yang bisa dimanfaatkan dalam segala hal. Tapi bukankah kau bisa mencoba sesuatu dariku? Contohnya, menikah denganku." Aku mengatakannya.

"Jika kau menikahiku, bukankah peluangmu untuk berdamai dengan keluargaku itu sangat besar? Jika aku menipumu, kau bisa membunuhku kapan saja bukan?"

"Tidak, peluangnya hanya kecil. Pernikahan paksa itu bisa menjadikan sebuah perang."

"Aku yang mau. Aku yang akan mengajukan. Atas namaku aku akan mengajukan pernikahanku sendiri. Bagaimana jika begitu?"

Aku menawarkan diriku yang setengah ketakutan. Ekspresiku menggambarkan diriku yang sedang pasrah. Soal berpura-pura, aku selalu bisa diandalkan.

"Jika ternyata kau menipuku dan saat itu pula aku belum tahu, apa yang akan terjadi?"

Aku masih diam. Ekspresiku mulai sedikit serius. Meyakinkan dirinya agar lebih percaya.

"Raja sepertimu, mustahil untuk aku tipu, kan?"

Tak ada respon. Hening. Dia belum menjawabnya.

"Baiklah, aku terima."

Berhasil.

Aku tak percaya, dia berhasil aku tipu. Ataukah, aku yang sedang ditipu olehnya?

"Tapi jika kau sedang menipuku, kau bahkan keluargamu bahkan mungkin seluruh negeri ini, aku akan menghancurkannya sekaligus."

"Kalau begitu, kenapa tidak sekarang saja kau hancurkan semuanya?" Aku melawan.

Dia berdecak meremehkan. "Aku masih baik hati, aku juga masih membutuhkan beberapa hal untuk diriku. Dan kurasa, aku juga bisa memanfaatkanmu. Jika kau menipuku, tentu aku akan menipumu juga."

Kepura-puraan ini berhasil. Dia tertipu. Mungkin.

"Kalau begitu...Lepaskan Ibuku dan semua pasukanku yang menyerang disini."

"Baik Tuan Putri, perintahmu akan segera terlaksanakan."

Ada sedikit angin yang melewatiku. Suara perang yang terdengar dari luar pun sudah tidak ada. Dia melakukan perintahku dan kemudian, aku akan menikah dengannya. Tak bisa dipercaya, dia melakukan semua itu dengan mudah.

"Tunjukkan dirimu."

Aku memerintahnya menunjukkan diri. Aku harus bisa melawan ketakutanku jika dirinya benar-benar berupa monster. Aku harus menerima semua kekurangannya itu, hanya demi menipunya.

Suara hentakan kaki mulai terdengar. Perlahan suara itu mendekat. Seseorang mulai terlihat di satu tempat yang dipancari sinar bulan. Dalam cahaya itu, aku melihatnya dengan jelas. Seseorang yang akan aku nikahi.

Semua cerita itu bohong. Sosoknya tidak sama seperti dalam cerita. Dia tak memiliki badan besar, justru badannya sangat kecil hampir sama sepertiku bahkan sepertinya dia seumuran denganku. Kulitnya juga putih seperti manusia biasa.

Matanya juga tidak besar dan melotot. Jutru matanya itu sipit dan lensa matanya berwarna biru langit. Dia memiliki mata yang indah.

Dia tidak seperti monster. Justru dia memiliki wajah yang manis. Dia juga bisa dibilang tampan. Tak ada satupun fisiknya yang mirip seperti monster dalam dongeng-dongeng itu. Dia seperti manusia biasa. Jika ini sebuah sihir, sihir apa yang bisa membuat kebohongan ini bisa sempurna?

Ketakutanku memudar. Tapi aku tidak boleh melihat sesuatu hanya dari sampulnya. Aku masih belum tahu tentang dirinya. Bisa saja dia adalah orang yang tidak kenal ampun dan selalu menyiksa orang-orang.

"Apa-apaan dengan wajahmu itu? Kau terlihat ketakutan. Kukira semua anggota keluargamu bereskpresi datar seperti Ibumu, sepertinya kau tidak ya."

"Tidak semua orang yang berkeluarga memiliki sifat dan fisik yang sama."

Aku menatapnya tegas. Menunjukkan padanya bahwa aku sudah tidak takut.

Dia hanya tersenyum jahat, lalu berbalik menjauhi diriku.

"Sebaiknya kau cepat membuat surat pemberitahuan pada kerajaanmu. Karena pagi ini, kita akan langsung membuat perayaan untuk acara pernikahan kita."

Sebenarnya aku masih belum siap menerimanya. Walaupun ini hanya sebuah kepura-puraan, rasanya berat buatku.

Menikah dengan seseorang yang sudah menjadi musuhku selama berabad-abad. Bahkan, baru pertama kalinya aku melihatnya.

Pernikahan itu harusnya membahagiakan. Tapi pernikahanku, hanya akan membawa bencana pada semua orang, termasuk aku. Aku tidak akan bahagia, kisah cinta ini sebuah pemaksaan, bukan kisah seperti ini yang aku mau.

Menikah dengan musuh bebuyutan sendiri. Kurasa, ini adalah penghinaan yang paling besar. Aku dipermalukan oleh diriku sendiri. Ini semua terjadi, karena Ibuku.

Jika ini adalah takdir. Apa yang sudah Tuhan rencanakan kepadaku sampai aku harus berbuat seperti ini?

Assassination a King [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang