21. Penyelidikan

1.2K 64 3
                                    

Kami duduk di meja makan seperti biasa. Aku membenci kebiasaan dia yang selalu duduk di hadapanku. Apalagi situasi yang seperti ini,aku tidak bisa mengontrol tubuhku,aku benar-benar gugup. Orang yang melihatku tadi juga berada disini dan dia terus berkata gugup kepada Sang Raja dengan wajah yang merah.

"Ya-Yang Mulia" Kata Kepala Pelayan tersebut. "Ada beberapa masalah ya-yang harus anda selesaikan. Se-Seperti tentang sekolahan,me-mereka kekurangan buku untuk dipelajari." Dia terus berkata gugup dan aku hanya diam. Padahal biasanya aku selalu memberi pendapat kalau seperti ini.

"Kenapa kau begitu gugup?" Tanya Sang Raja.

"Ti-Tidak! Bu-Bukan apa-apa!" Jawab pelayan tersebut.

"Benarkah?" Pelayan itu hanya terdiam malu melihatnya. "Oh iya...Apa tadi malam kau mencariku?"

Padahal aku tidak mau membahas itu.Gumam pelayan itu.

"Ti-Tidak! Ka-Karena tidak ada hal yang sangat perlu dibahas jadi sa-saya tidak pergi ke kamar anda."

"Oh...begitu! Aku mengira kau mencariku." Dia berdiri dari tempat duduknya mendekatiku yang berada di sebrangnya.

"Kalau begitu...kau urus dulu semua itu hari ini. Kau akan dibantu Perdana Menteri untuk mengerjakan itu." Suruhnya kepada pelayan itu.

"A-Anda mau kemana?" Tanya Sang Kepala Pelayan.

Dia menarikku berdiri dengan sedikit memaksa dari tempat aku duduk dengan ekspresi wajah yang sinis.

"Ah...Aku akan jalan-jalan sebentar dengan istriku. Tidak apa-apa,kan?" Wajahku sangat memerah ketika mendengarnya,aku mencoba menolak apa yang dia katakan tapi Pelayan itu malah langsung berbicara menyetujui permintaannya dengan semangat.

"Tentu saja! Saya sangat setuju! Silahkan Yang Mulia! Saya terima perintag anda!"

Raja itu menarikku keluar dari ruangan tersebut. Ekspresiku masih tetap merah seperti tadi. Aku ingin sekali kabur darinya.

Para pelayan perempuan di ruangan tersebut mendekati Kepala Pelayan itu. Mereka heran dengan kelakuannya. Biasanya dia selalu melarang Sang Raja untuk pergi keluar jika ada tugas yang sangat penting untuk dikerjakan,tapi dia malah membiarkannya keluar dengan sangat bahagia. Bahkan Himeka juga berada di ruangan itu dan menanyakannya.

"Itu karena....aku melihat sesuatu yang aneh tadi pagi!" Jelas Kepala Pelayan itu.

"Apa yang kau lihat?" Tanya salah seorang pelayan disana.

"Sepertinya...tadi malam Yang Mulia Raja melakukan itu!"

"Apa maksudnya itu?" Tanya Himeka penasaran.

"Yah...tadi malam aku pergi ke kamar Yang Mulia Raja tapi tidak ada siapa-siapa disana,aku mencarinya kemana-mana tapi tidak kutemukan. Aku berfikir mungkin Yang Mulia Ratu bisa menemukannya. Jadi,saat tadi pagi aku membuka pintu kamar Sang Ratu dan aku melihatnya..."

"Apa? Apa yang kau lihat? Cepat katakan!" Ucap paksa salah seorang pelayan disana. Kepala Pelayan itu mulai memerah kembali karena malu. Apa yang telah dia lihat,membuatnya sangat malu.

"Aku melihat...kalau Yang Mulia Ratu.....akan mencium Yang Mulia Raja dengan menindihnya." Dia mengucapkan perkataannya dengan sangat malu. Sejenak mereka semua terdiam lalu berteriak tidak percaya,salah satu dari mereka akan mengatakan semua itu kepada Nenek satu-satunya sisa keluarga yang masih ada milik Sang Raja. Himeka hanya tercengang tak percaya mendengar itu semua. Tapi kemudian dia yang paling semangat untuk memberitahu kepada Nenek Sang Raja.

Mereka semua sangat senang dengan cerita yang mereka dengar dari Pelayan itu,sedangkan aku masih terus ditarik oleh Raja bodoh ini ke taman di kastil ini. Aku sedang tidak mau bersamanya karena diriku sangat malu bertemu dengannya. Tapi aku tidak bisa mengelak karena aku tidak bisa mengontrol diriku. Aku sangat bingung,aku tidak tahu apa yang aku rasakan. Apakah senang,takut atau malu. Semuanya bersatu. Aku merasa sangat bodoh hari ini. Kenapa aku melakukan itu?

Assassination a King [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang