28. Keluarga

1K 60 3
                                    

Aku berjalan kembali tapi kali ini aku memasuki tempat latihan para Kesatria di kastil ini. Dari kejauhan aku melihat kedua Kakakku yang saling berkelahi menggunakan pedang kayu dan disekelilingnya ada beberapa orang yang melihat mereka. Aku tahu mereka sedang latihan tapi dengan sigap aku berteriak dan mendekati mereka.

"Kakakkk!!! Ugh!" Aku kesakitan ketika mendekati kedua kakakku karena Kak Okita memukul kepalaku walaupun tidak terlalu kencang.

"Apa yang kau lakukan Adikku yang bodoh?" Tanya Kak Okita sedikit kesal.

"SIAPA YANG KAU SEBUT BODOH? DASAR KAU KAKAK YANG MENYEBALKAN!!" Teriakku.

"Aku mengesalkan tapi dirindukan,kan?"

Wajahku sedikit sedih lalu mendekapnya dengan erat. Aku sudah dewasa tetapi tingkahku benar - benar seperti anak kecil. Tapi aku hanya melakukan itu di depan kedua Kakakku. Aku sangat ingin dimanja oleh mereka berdua.

"Iya! Aku sangat rindu padamu dan juga Kak Oreki! Aku merindukan ocehanmu yang menyebalkan Kakak bodoh!" Kataku dengan nada sedikit manja.

"Kau juga rindu padaku tapi hanya Kakakmu yang itu yang kau peluk!" Kata Kak Oreki.

"Tidak! Aku juga benar - benar rindu padamu!" Akupun langsung memeluk Kak Oreki dengan erat. Aku benar - benar rindu kehangatan mereka. Aku juga rindu dengan kehangatan pelukan orang itu....

"Tidak enak jika kita berbicara disini! Ayo kita cari tempat lain!" Suruh Kak Okita pada kami. Kami hanya menurut perkataannya.

~~~~~~~

Kami duduk di taman di Kastil ini. Aku tetap saja kembali ke tempat semula aku duduk disini. Padahal kupikir aku akan diajak ke tempat lain.

Kami duduk bertiga di tempat duduk yang aku duduki sebelumnya.

"Kenapa kita kesini?" Tanyaku.

"Tentu saja karena ini tempat yang indah!" Jawab Kak Oreki dengan tersenyum manis.

"Tapi aku baru saja kemari! Aku tadi berbicara dengan Ibu disini! Tapi balasannya tetap sama." Jelasku.

"Kau berbicara dengan Ibu disini tadi? Apa yang kau bicarakan dengannya?" Tanya Kak Okita.

"Aku hanya... memintanya untuk menghentikan pembunuhan ini!"

"Maksudmu Pembunuhan Raja itu? Kenapa kau ingin menghentikannya?" Tanya Kak Oreki.

"Karena.... dia tidak bersalah! Aku melihat sendiri tentang pembunuhan orang luar itu dan yang membunuh mereka adalah sekutu mereka sendiri!" Mereka berdua tersontak kaget dan matanya pun melotot tak percaya.

"Ibu bilang dia ingin bukti! Dia tidak ingin hanya aku yang tahu buktinya. Dia ingin aku menunjukkan bahwa Raja itu tidak bersalah bukan hanya dari saksiku tapi juga dengan barang bukti." Lanjutku.

"Akhir - akhir ini Ibu bertingkah aneh. Aku juga tidak mengerti kenapa. Ada yang tidak beres dengannya." Jelas Kak Okita. "Selain itu.... Sepertinya kau sudah mulai jatuh cinta dengan Raja itu,ya! Makanya kau ingin melindunginya,kan?"

Perkataannya membuatku malu kembali dan menunjukkan wajah sedikit merah. Dia menunjukkan senyum mengejeknya padaku seperti dulu tapi aku sangat membenci itu.

"Wah... sepertinya adikku sudah mulai jatuh cinta dengan suaminya sendiri! Cie... Cie.... beginilah sikap yang sedang jatuh cinta dengan pasangannya!"

Assassination a King [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang