Pengelihatan

7K 378 45
                                    

"Bisakah kamu tidak berjalan terlalu dekat denganku? Aku bisa merasakan nafasmu di leherku!"

"Kenapa?"

"Grr... Setiap orang punya punya personal space dan itu berarti tidak ada orang lain yang boleh memasukinya."

"Dimana personal spacemu Dean?"

Aku mendorong tubuh Castiel sejauh yang kubisa dengan satu tangan dan kubilang;

"Disini Castiel."

"Oke."

Dan kami meneruskan perjalanan menuju toko kelontong untuk membeli bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari. Butuh waktu satu pagi penuh untuk mengajari Castiel mengenai beberapa hal dasar. Entah dia memang tidak tahu atau pura-pura tidak tahu, tapi apapun itu dia membuatku kesal setengah mati.

Sampai di mini market, aku mulai mengambil keranjang dan memilih barang-barang. Castiel mengikuti sambil terus memperhatikan gerak-gerikku. Sesekali dia terus bertanya mengenai barang yang kuambil dan apa kegunaanya.

Tiba ketika aku hendak membayar, aku melirik ke kotak pie dan aku bertanya;

"Mana pienya?"

Penjaga kasir yang adalah seorang remaja etnis India menatapku malas sambil menjawab;

"Kamu tidak lihat? Kami kehabisan pie."

Aku menarik kerah bajunya sambil menggeram;

"Lakukan itu pada setiap pelanggan maka kamu akan terluka, bung." Ucapku sambil memberikan uang dan segera pergi dari situ.

Sudah cukup kesal aku dibuat oleh Castiel pagi ini dan aku tidak butuh orang lain membuatku lebih kesal.

"Dean, kenapa kamu marah? Apa ini karena kamu tidak mendapatkan pie?" Tanya Castiel.

"Bukan urusanmu Castiel." Aku sentak setengah marah dan Castiel terdiam.

Sesampainya di rumah, Castiel berdiri di pojok ruangan sambil terus memperhatikanku yang sedang membaca koran seperti hantu. Merasa tidak nyaman, aku kembali menyentaknya;

"Astaga! Bisa kamu hentikan itu? Kamu membuatku tidak nyaman kau tahu?!"

"Maaf, Dean... Aku tidak tahu." Castiel menunduk menyesal dan aku menjadi merasa bersalah.

Hidup bersama orang lain selain Sam membuatku tidak biasa. Apalagi orang lain ini adalah makhluk misterus yang mencurigakan dan polos seperti Castiel. Rasanya tidak biasa....

"Hah.... Kemarilah, duduk disini..." Ucapku sambil menepuk sofa disebelahku.

Castiel menurut dan duduk agak jauh dariku lalu menatapku lagi seperti menunggu perintah selanjutnya. Aku mengambil remote dan mulai menyalakan Tv, mencari channel yang sekiranya bisa Castiel tonton agar dia belajar mengenai manusia sekaligus menyibukan diri. Setelah beberapa saat aku sendiri bingung channel apa yang tepat, aku memberikan remote pada Castiel dan berkata;

"Tekan saja ini atau ini dan cari sesuatu yang menurutmu menarik. Jika ada yang kamu tidak mengerti maka tanyakanlah. Ini lebih baik daripada kamu menatapku dipojok ruangan."

Castiel menatap remote di tangannya seakan itu adalah alien lalu mulai menekan-nekannya sambil melihat ke TV. Aku kembali membaca koran. Secara mengejutkan, Castiel tetap diam selama dia menonton dan tidak bertanya apa-apa.

Awalnya dia menonton film dokumenter tentang musim kawin beruang, lalu talkshow mengenai seks, opera sabun, berita kriminal, sampai acara komedi dewasa. Mengetahui kalau Castiel menonton acara yang merusak membuatku gugup dan tidak nyaman.

Angel Fall (in Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang