Part 22

30.2K 1.2K 33
                                    

"Udah dong, kamu nggak malu sama suami kamu? Nangis mulu." Frisca masih setia mengusap rambut Avena yang tidak teratur. Sejak dari tadi Avena menangis terus menerus dalam dekapan Frisca, bahkan semakin lama semakin kencang.

Avena bukannya berhenti malah tambah mengeratkan pelukannya. Alvin yang melihat itu berdecak sebal.

"Cengeng, baru ditinggal pura-pura mati aja udah kayak gini kamu."

Avena menyahut. "Berisik!" Dengan suara seraknya.

"Mama.. jangan tinggalin aku lagi!" Rengeknya manja. "Pokoknya kalau mama ada kerjaan di luar negeri, aku ikut! Biar mati barengan kalau ada apa-- ADUUUH! Kak Alvin, sakit!"

"Makanya kalau ngomong jangan sembarangan!" Kesal Alvin tidak kalah bengisnya.

"Kenapa sih kak Alvin nggak mati beneran aja, ribet tahu nggak!?"

Alvin menghela nafas dengan gaya dramatisnya. "Kamu mau kakak mati?"

Avena memutar bola matanya malas, tidak sengaja bertubrukan dengan mata Geo. Avena langsung membuang pandangannya ke arah lain.

"Papaaa!" Avena berteriak antusias melihat David masuk dengan senyuman hangat seperti biasa. Avena benar-benar rindu. Ketika David sudah ada di depannya, Avena langsung memeluknya erat dan dibalas dengan tidak kalah eratnya.

"Papa, jangan tinggalin Avena sendirian lagi!"

Alvin lagi-lagi memutar bola matanya jengkel. "Bosen!"

"Papa... Kak Alvin berisik." Avena mengadu.

"Dia godain kamu karena yang dipeluk cuma mama sama papa, sayang." David menatap Alvin, menggoda.

Alvin hanya bisa tercengang mendengar David menggodanya. Hei, papanya itu kaku sejak dulu. Bahkan pada anak-anaknya sendiri.

Avena melepas pelukannya, menatap Alvin dengan mata memicing tajam hingga Alvin salah tingkah sendiri.

"Nggak mau, kak Alvin bau."

Alvin lagi-lagi hanya bisa tercengang di tempatnya.

Mereka tertawa bersama. Menghabiskan waktu penuh sampai-sampai Avena merasa haus sendiri bercerita banyak pada mereka, berkumpul seperti sedia kala hingga malam hampir tiba.

"Pa, di rumah masih banyak pekerjaan yang kita tinggal." Alvin menyadarkan mereka ketika melihat jam tangannya. Avena menunduk lesu, merasa sedih akan ditinggal di rumah sakit lagi.

David mengangguk, menepuk bahu Avena lalu berlalu terlebih dahulu. Frisca memeluknya. "Nggak usah sedih, besok kan sudah pulang. Lagi pula kamu di sini sama suami kamu." Avena sempat menegang mengingatnya. Ah, iya.. ia akan bersama Geo lagi.

Saat Frisca sudah menyusul David, Alvin masih di dalam. Menatapnya dengan tatapan yang sebelumnya Avena lempar pada Alvin. "Apa liat--"

Avena melotot kesal. "Dasar manusia nggak guna!" Teriaknya bersamaan Alvin yang berlari keluar setelah mencium keningnya tiba-tiba. Tapi setelahnya Avena tersenyum sumringah. Ia memang kadang tidak akur dengan kakaknya, tapi mereka saling menyayangi.

Bibir Avena yang sebelumnya melengkung ke atas menjadi datar kembali ketika Geo memasuki kamarnya. Entah dari mana, pria itu izin keluar tadi. Memberikan waktu untuk Avena dan keluarganya.

Mereka sempat bertatapan namun hanya sesaat, Geo membuang wajahnya lalu melengos seperti orang tidak peduli menuju sofa untuk menidurkan tubuhnya di sana.

Avena mengerutkan alisnya melihat itu, ia hanya bisa tersenyum paksa lalu sama halnya dengan Geo, Avena menidurkan dirinya.

Dia merasa lelah, entah dengan hatinya atau fisiknya. Avena pun tidak tahu.

Young Bride (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang