Prolog

338 15 1
                                    


"Ma please," mohon seorang anak yang sedang berlutut di hadapan mamanya.

"Tapi dia gak bisa menghidupi kamu. Mama tau kamu mencintai nya. Tapi modal cinta tidak
Cukup untuk masa depan kamu," keukeh sang mama tegas.

"Aku yakin dia bisa. Lagian kami hanya jalan-jalan ke ancol bukan ke KUA!"

"Mama tau dia bukan hanya ingin mengajakmu jalan! Bisa saja nanti disana dia akan meminta kamu jadi pacarnya," gadis berusia tujuh belas tahun itu melotot kan matanya, terkejut, akan ucapan sang ibu.

"Ma, kami hanya jalan-jalan. Lagian, pergi nya satu bus sekolah. Ferian hanya minta izin ke mama karna dia ketua kelas. Lagian kalau beneran dia nembak aku yaudah amin kan saja!" Sekarang giliran mamanya lah yang melotot akibat ucapan anak sulung nya.

"Apa kata kamu!" Sang mama -fellisa- berdiri secara tiba-tiba membuat anaknya -dellya- terkejut dan terjengkang ke belakang.

"Mama apa-apaan sih?"

"Inget yaaa dellya putri kusuma! Kamu tidak boleh pacaran sampai mama bilang boleh!" Ucap fellisa tidak bisa dibantah.

"Tapi kapan ma? Semua kawan aku sudah memiliki mantan. Lah aku? Baru temenan sama cowo aja udah mama suruh pindah sekolah!" Fellisa tampak berpikir dengan tangan di dagu.

"Yahh itu kan demi kebaikan kamu,"

"Iya demi kebaikan aku sampe-sampe aku gak punya sahabat. Oiya, Ma, jangan sampai hanya karna Ferian kesini besoknya aku udah pindah sekolah! Ini udah ke-10 kalinya aku pindah sekolah di tahun ini!" Sang mama hanya cengar cengir mendengar ucapan sang anak. Fellisa merogoh kantong celana nya dan mengeluarkan smartphone nya,"liat nih, kayaknya sekolah ini lebih bagus dari sekolahmu yang sekarang," dellya memutar matanya bosan dengan kelakuan mama nya yang over protective terhadapnya.

"Maa," ucap dellya dengan nada lesunya.

"Oke fine, kalau kamu besok pergi bareng ferian mama pastiin kamu bakal tinggal di london bareng oma,"

"Tap~"

"Tapi, kalau kamu gak ikut bareng si ferian itu. Kamu bakal mama pindahkan ke sekolah buya dan ini bakal jadi yang terakhir kamu pindah sekolah,"

"Yang gaada pindahnya gaada ma?" Tawar dellya yang langsung ditanggapi gelengan tegas dari fellisa.

"Fine, aku bakal ikuti kemauan mama. Tapi janji ini bakal yang terakhir kalinya aku pindah sekolah," ibu dan anak itupun berjabat tangan sambil menggumamkan kata 'deal' dan mata yang penuh kegembiraan.

Dellya berpikir jika dia pindah ke sekolah buya masa-masa SMA nya akan seperti novel yang dibacanya. Bahkan, ia berpikir akan telat masuk sekolah dan diberi hukuman hormat tiang bendera ditemani sama cogan cogan impiannya.

Jika pikiran dellya seperti alur novel novel, pikiran fellisa jauh berbeda dari itu. Fellisa sudah menelpon ayahnya agar dellya mendapatkan perhatian khusus.

Mungkin hari-hari dellya akan jauh berbeda dari impian nya. Tapi, jika dellya 'sedikit' berontak mungkin skenario kehidupan dellya akan berubah. Emm bisa jadi dellya mengambil opsi kedua, kan?

Behind The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang