9

83 6 0
                                    

Derrio baru saja selesai membeli beberapa makanan dari cafetaria bawah. Membuka pintu, ia merasa ada yang mengawasinya. Lihat kesekeliling dan benar saja. Ada seorang pria memakai jaket hitam bertudung mengamatinya dari balik tembok. Pria itu langsung pergi ketika Derrio melambaikan tangan kearahnya dan teriak 'woy!'. Aneh, gumam Derrio lalu masuk dan menghiraukan pria itu.

Dellya yang sedang ngemil buah delima menatap Derrio dan menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa?"

"Tadi ada cowo yang ngintip dari balik tembok. Kayaknya lo harus hati-hati deh kak. Gue rasa ada yang dendam ke elo." Ujarnya mendapat lemparan biji delima dari Dellya.

"Enak aja! Gue kan baik mana mungkin ada yang dendam sama gue!"

Derrio memasamkan wajahnya lalu menjawab, "iya-iya" agar tidak diperpanjang lagi.

Derrio meletakkan belanjaannya dimeja samping ranjang Dellya dan Dellya langsung merogoh plastik itu lalu mengeluarkan susu coklat, menusuknya dengan pipet, lalu meminumnya sambil bersenandung lagu 'lihat kebunku' sambil sesekali memakan buah delima dan mengumpulkan bijinya di plastik yang akan dibuang jika Dellya sudah selesai makan.

Derrio menggelengkan kepala melihat kakaknya. Ia membaringkan tubuhnya di sofa dan mengeluarkan hp nya, dan membuka aplikasi LINE. Banyak sekali yang men-chat nya namun tidak ia buka karna sebagian berasal dari cewe-cewe yang ntah darimana mendapat id line nya dan sebagiannya lagi spam dari OA. Ia meng-scroll terus hingga kebawah dan mendapati chat mamanya. Ia membaca chat-an itu yang sudah dari sebulan lalu tidak dibukanya. Memang saat itu Derrio tidak tau mamanya ada ngechat dan terlebih lagi chat mamanya tenggelam membuatnya direpeti hingga 3 hari penuh. Mengingat mamanya membuatnya ingat jika ia harus melaporkan jika ada sesuatu yang mencurigakan dan menurutnya pria asing itu mencurigakan.

Derrio keluar menelfon seseorang sementara Dellya masih memakan buah Delimanya sambil menonton televisi dan tangan kanan yang memegang sekotak susu coklat. Ia tidak menyadari jika Derrio keluar dan meninggalkannya sendirian.

Saat ia menyadarinya ia hanya bersikap cuek dan tetap melakukan aktivitasnya. Tak lama, pintu terbuka. Dellya menyadari itu dan ia tidak mau mengalihkan pandangannya dari televisi.

"Dari mana io?" Tanyanya tanpa mengalihkan pandangan.

Suara langkah mendekatinya tetapi tidak ada sahutan. Ia mulai merasa takut karna Derrio tidak pernah mengacuhkan pertanyaannya. Susunya habis dan mengeluarkan suara 'sruuk-sruuk'. Dellya mendapat suara decakan dari sebelahnya. Penasaran, ia mengalihkan pandangannya dan meluhat seseorang berpakaian perawat dengan masker duduk disofa dan memegang suntikan.

"Akhirnya lo liat gue juga," ucap pria itu sebagai kata pembuka.

Jujur Dellya sudah takut tetapi ia buang rasa takutnya agar tidak terlihat lemah didepan orang asing yang 'mungkin' berniat jahat padanya.

"Lo siapa?" Tanya Dellya dengan nada dingin. Pria itu tidak membalasnya dan terdengar suara tawa mengejek darinya.

Pria itu berdiri dan mendekatinya dengan langkah perlahan. Ia mendekati wajah Dellya dengan suntikan diarahkan tepat dileher Dellya.

Dellya takut tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menatap mata hitam pria asing itu tanpa mengucap sepatah katapun.

"well-well, belum saatnya lo tau gue siapa. Tapi ingat, mulai sekarang kehidupan lo bakal ga tenang lagi." Ucap Pria itu dan menyuntikkan cairan yang ada disuntikan itu lalu pergi meninggalkan Dellya yang pinsan.

***

Dellya terbangun dengan nafas ter-engah-engah. Ia menatap sekeliling dan melihat Derrio yang sedang tertidur. Ia teringat akan pria asing itu.

Behind The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang