Two; Pulang Bareng

7.7K 828 5
                                    

Koridor sekolah tampak sepi, karena waktu sudah menunjukkan pukul 16.30, Prilly masih setia duduk dihalte dekat sekolah. Dia harus menunggu bus cukup lama sore hari ini.

"Mhh," keluh Prilly. Akhirnya dia bersuara. Prilly melirik jam tangannya, pukul 16.45, apa busnya masih lama? pikirnya.

Lalu, Prilly menoleh kebelakang, sekolah tampak sepi, hanya ada security dan satu motor matic yang dimodifikasi seperti trend anak muda saat ini, Prilly juga tidak tahu siapa pemiliknya.

.

Ali meneguk minumannya sampai habis. Lalu keluar dari kantin sekolah. Sore ini dia masih berada disekolah.

Ali berdiri tepat didepan motor maticnya. Sebelum menghidupkan motor, dia lantas mengambil ponsel dari saku celananya, dan menelepon seseorang. Kalian pasti sudah tau, siapa yang dia telepon. Karin.

"Maaf, nomor yang an-"

Klik.

Ali mengakhiri teleponnya. Badmood, karena ponsel Karin tidak aktif saat Ali membutuhkannya. Akhirnya dia menghidupkan motornya. Suara knalpot berisiknya membangunkan satpam yang sedang tertidur.

"Et, dah! Berisik amat motor lu, tong." protes si satpam sambil mengusap wajahnya.

"Suka-suka gue lah, pak. Motor, motor gue, yang ngebobok juga gue, 'kan?" balas Ali dengan santai. Lalu melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Belum sampai 30 meter dari sekolah, Ali melihat gadis aneh yang duduk sebangku dengannya, sedang duduk santai dihalte. Ali memberhentikan motornya didepan gadis itu.

"Mau bareng, nggak?" tanya Ali sambil menatapnya. Prilly sedikit terpengah, lalu melihat motor matic didepannya. Oh, jadi motor ini punya Ali. Batinnya.

"Cepet, mau bareng, nggak?" ucap Ali, kali ini dengan nada sedikit meninggi.

Prilly melirik Ali, lalu menggeleng pelan. Dia enggan.

Ali menunduk melihat jam ditangannya. Sudah jam 17.00, biasanya jarang ada bus dijam sore, padahal waktunya orang-orang pulang kerja atau sekolah.

"Udah jam lima, busnya masih lama. Mending lo bareng sama gue!" Ali men-standarkan motornya, lalu turun dari motor.

"Udah.. Bareng gue aja," lagi-lagi Prilly menggeleng.

"Kenapa? Lo takut sama gue? Tenang, gue nggak akan ngapa-ngapain lo, kok."

Prilly berpikir sejenak. Benar kata Ali, jam sudah menunjukkan pukul 17.05, busnya bisa saja akan datang pukul 18.00 petang. Prilly mendongak menatap Ali, lalu mengangguk pelan. Sejak kejadian diluar perpustakaan tadi, Prilly jadi kaku saat bersama Ali.

"Yok," Ali menghidupkan motornya kembali. Diikuti Prilly yang menaiki motornya di jok belakang.

Selama perjalanan, mereka hanya diam. Prilly hanya menunjukkan arah rumahnya tanpa berbicara.

Karena penasaran, Ali memulai pembicaraan. "Prill, kenapa lo nggak pernah ngomong?"

Tidak ada jawaban.

"Prill?"

Prilly masih bungkam.

Ali mengurungkan niatnya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan Prilly. Lalu memfokuskan matanya pada jalan raya didepan.

Tidak perlu waktu 30 menit untuk sampai dirumah Prilly, karena Ali mengendarai motor maticnya dengan kecepatan diatas 60km/jam.

"Gila! Rumah Prilly gede banget," Ali membatin. Dia terpengah melihat rumah gadis aneh ini. Seperti bukan rumah, tapi istana. Meskipun rumah Ali juga besar, tapi rumahnya tidak sebanding dengan Prilly.

ImperfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang