Nine; Bohong

6.5K 660 10
                                    

Ali berdecak kesal karena tidak bisa menjawab satupun soal ulangan yang ada di kertas. Dia lupa belajar tadi malam, dan pagi ini Ali harus mengikuti ulangan fisika.

"Duh, caranya gimana ya? Mana gue lupa lagi." ucap Ali dalam hati.

Ali melirik ke sebelah kanannya. Prillya Aritammy. Gadis itu mengerjakan soal-soal dengan santai dan wajah yang tenang, tidak seperti yang lain, terlihat tegang.

Mereka saling diam sejak Bu Yulia menyuruh Ali untuk duduk dengan Prilly karena Bu Yulia tahu denah kelas dan tempat duduk siswa.

"Waktunya masih ada dua puluh lima menit lagi. Kalau sudah, tolong dikoreksi lagi supaya nggak ada yang salah." ucap Bu Yulia memberitahu.

"Mampus, gue belum satupun." Ali lagi-lagi berdecak kesal.

Diam-diam, Ali melirik Prilly dengan ekor matanya. Kelihatannya Prilly sudah selesai menjawab semua soal yang diberikan. Awalnya, Ali ingin menyontek, namun dia takut Prilly mengabaikannya. Dengan ragu, Ali menyikut lengan Prilly pelan. "Pril.."

Perlahan Prilly menoleh ke sampingnya. "Hm..?"

"Bo-boleh liat jawaban lo nggak?" ucap Ali sedikit canggung. Ali sedikit cemas, karena Ali membentak dan memarahi Prilly saat kejadian tempo hari. Pastinya Ali takut dicap tidak tahu diri. Sudah memaki-maki, sekarang dengan gampangnya minta contekan.

Tanpa berucap, Prilly langsung memberikan kertas jawabannya kepada Ali. Dia tidak ingin berkomunikasi lebih dengannya.

Tidak butuh waktu lama untuk Ali mengerjakannya, karena memang hanya menyalin beberapa nomor. "Thanks ya, Pril." bisik Ali, lalu mengembalikan kertas jawaban Prilly. Prilly hanya mengangguk tanpa menatap Ali.

"Waktunya tersisa lima menit lagi, tolong segera diselesaikan dan kumpulkan, kertas soal dan jawaban dioper kedepan, jangan ribut!" perintah Bu Yulia.

Setelah semua kertas soal dan jawaban terkumpul, bell istirahat berbunyi membuat kelas menjadi agak berisik.

"Stop, jangan berisik. Kalian silahkan istirahat. Kamu, Arika, tolong Ibu bawa ini ke kantor guru!"

Satu persatu orang keluar dari kelas dan hanya menyisakan beberapa. "Pril, gue mau ngomong sama lo berdua, sebentar aja..?" ucap Ali menahan tangan Prilly yang ingin keluar kelas.

Prilly berpikir sejanak, namun belum sempat menjawab, tiba-tiba Tata datang menghampiri mereka berdua. "Pril, langsung ke kantik aja yuk!" ucap Tata menarik tangan Prilly, membuat genggaman tangan Ali terlepas. Ali mendesah. Mungkin belum saatnya.

Dan dari arah depan, Ali melihat Karin dengan tatapan tajam menuju ke arahnya. Oh trouble! Apa lagi ini?

"Ali!"

"Kenapa, sayang?"

"Tau, ah! Sebel sama kamu!"

"Dih? Kok tiba-tiba sebel gitu sama aku? Emang aku salah apa? Nggak jelas kamu!"

"Ih, seharusnya kamu tuh sadar kalau kamu udah bikin aku kesel, bikin aku cemburu, pokoknya kamu nyebelin!" Ali menatap Karin dengan malas.

"Yang jelas dong sayang, aku nggak tau aku salah apa, jangan ngambek gitu dong, jelek tau." ledek Ali membuat Karin tambah kesal.

"Pertama, ngapain kamu tadi ngelirik-lirik Prilly? Kamu mau temenan lagi sama dia yang jelas-jelas udah nyakitin aku?. Kedua, kamu tadi ngapain megang-megang tangan dia?"

"Pertama, karena aku mau nyontek sama dia, kalo dia nggak ngasih contek, aku bisa dapet nilai nol, Rin.." jawab Ali jengah.

"Terus yang kedua?"

ImperfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang