Eighteen; Salah Paham

5.4K 602 12
                                    

Prilly segera memasuki rumahnya saat Ali pulang tadi. Saat memasuki rumah, ia melihat Maartha sedang duduk santai disofa dan menonton acara ditelevisi.

"Eh, anak bunda udah pulang..," ucap Maartha saat mendengar suara pintu terbuka. "Lho, cowok yang tadi mana?" tanya Maartha

"U-ud-udah pulang, Bun!" jawabnya.

"Langsung pulang? Enggak pamit dulu?"

"Ka-katanya udah ma-mal-malam, ma-mau pulang la-lang-langsung,"

"Oh, ya udah.., kamu langsung masuk ke kamar, sana!" perintah Maartha. Prilly menurutinya dan berjalan melewati Maarta yang masih asyik dengan aktivitasnya.

Baru beberapa langkah maju, Maartha lagi-lagi memanggil anaknya. "Tunggu, Pril!"

Prilly membalikkan tubuhnya dan menatap bundanya. "Itu bunga dari siapa?" tanya Maartha.

Prilly menggigit bibir bawahnya. Dia malu jika harus jujur kepada Maartha. "Eh.., d-da-dar-dari..,"

"Dari siapa? Kok salah tingkah begitu?" goda Maartha seraya tersenyum menatap anaknya.

"Da-dar-dari itu, Bun.., emh..," Prilly memutar bola matanya, tidak berani menatap mata Maartha yang sedang menatapnya membuat ia tambah malu dan salah tingkah.

"Dari Ali," jawabnya cepat.

Maartha tertawa singkat dan menopang dagunya. "Anak bunda sekarang udah besar, ya! Udah kenal cowok,"

"A-ap-apa, sih, Bunda!"

"Iya, iya.., ya udah sana, ke kamar, cepetan tidur, besok sekolah," perintah Maartha. Prilly buru-buru masuk ke dalam kamarnya dan mengganti pakaiannya, lalu segera terlelap berharap malam ini mendapat mimpi yang indah.

Lain halnya dengan Prilly yang langsung tertidur nyenyak, Ali malah asyik melamun dengan televisi yang menyala sejak tadi. Pikirannya melayang kejadian beberapa jam yang lalu saat bersama Prilly. Dirinya tidak bisa berhenti memikirkan cewek itu.

"Langkah awal gue buat deketin Prilly dan orang tuanya udah berhasil, semoga kedepannya seperti apa yang gue harapkan," gumamnya seraya melipat kedua tangannya sebagai bantalan untuk kepalanya.

Dia kembali memikirkan sesuatu. "Oh, ya, kontaknya Karin belum gue hapus!" pekiknya dan membuka ponselnya. Dicarinya kontak dengan nama Karin Sayang itu.

"Hapus atau enggak, ya?" gumamnya. Dia merasa tidak tega menghapus kontak mantannya. "Apa diganti nama aja, ya?"

"Ganti nama aja, deh, enggak tega gue ngapus kontaknya dia," putusnya. Lalu dengan cepat mengubah namanya menjadi; nomer nyasar.

Ali sempat berpikir sebaiknya menghapus nomor Karin, namun ia mengurungkan niatnya. Toh, Prilly sendiri yang menyuruhnya untuk tidak menghapus kontak Karin. Ali pun mematikan televisi yang sedang menontonnya melamun dan segera tidur mengingat besok adalah hari Senin.

*****

Mengawali pagi dengan sarapan bersama keluarga yang lengkap memang menyenangkan. Prilly baru saja keluar dari kamarnya dengan baju seragam sekolah dan menggendong tasnya, dia berjalan menuju meja makan untuk sarapan bersama keluarganya.

"Ayo, cepat habisin, nanti kamu telat, lho!" seru Maartha.

"Iya," balas Prilly singkat dan melanjutkan memakan sarapan paginya.

"Pril, handphone kamu bunyi, tuh..," ucap seorang laki-laki yang tiba-tiba datang. Prilly menghentikan kunyahannya sejenak. Tumben banget pagi-pagi bunyi, pikirnya. Dia pun segera meninggalkan meja makan dan kembali ke kamarnya.

ImperfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang