Eleven; Jealous and Fight

6.3K 706 11
                                    

Keheningan terjadi di kamar Prilly. Tata dan Prilly masih sibuk memikirkan bagaimana caranya mereka mendapatkan buktinya.

Setelah Ali mengucapkan kata bukti tadi, Prilly dan Tata sama-sama diam menunduk. Benar juga, mereka harus mendapatkan bukti. Tanpa bukti, Ali nggak akan percaya. No proof, hoax.

Keheningan tidak berlangsung lama sebelum Prilly membuka suara. "Aku punya ide!"

Tata mengalihkan pandangannya pada Prilly, seolah mengatakan apa idenya? Prilly yang mengerti tatapan itu langsung tersenyum. Prilly menjelaskan secara rinci rencananya yang tersusun di dalam otaknya.

Tata hanya mengangguk mengerti apa yang diucapkan Prilly meskipun dia masih terbata-bata. "Tapi kan Pril, enggak boleh di bawa ke sekolah, kali."

"E-enggak apa-apa! Na-nanti kalau ketauan a-atau ditanya, bi-bilang aja suruh aku,"

"Oke, gue setuju sama ide lo. Semoga kita bisa buka kartunya dia!"

Setelah rencana tersusun, Prilly dan Tata masih betah mengobrol membicarakan apapun yang membuat mereka tidak bosan. Sementara Ali, lelaki yang masih menghisap rokoknya masih asyik bersantai di ranjang bersama Karin.

"Li, kamu kenapa diem aja, sih? Aku perhatiin kamu kayak lagi mikirin sesuatu..?"

Ali menghela napasnya, sedetik kemudian pandangannya beralih pada Karin. "Kamu.. Enggak bohong kan, soal Prilly?"

"Maksudnya..?"

"Cerita yang kamu kasih tahu sama aku, waktu Prilly nyelakain kamu,"

"Ck, masa kamu enggak percaya, sih? Emang selama ini aku pernah bohong sama kamu? Enggak, kan?" Karin menautkan alisnya.

"Ya.. Siapa tahu aja, kan? Aku enggak bilang kamu bohong, aku cuma masih mikir aja, Prilly yang beberapa bulan aku kenal, dia kan baik, polos, pinter, masa iya bisa ngelakuin perbuatan sekeji itu..?"

"Kamu ngomong kayak gitu malah bikin aku mikir dan ngerasa kalau kamu udah enggak percaya lagi sama aku," Karin melipat kedua tangannya di dada dan memalingkan wajahnya.

"Hei, aku enggak ngomong kalau aku udah enggak percaya lagi sama kamu, aku tahu selama ini kamu enggak pernah bohong sama aku, dan aku percaya. Aku cuma masih kepikiran sama dia aja, Rin.." Ali menarik dagu Karin agar menatapnya.

Memang benar, sampai saat ini Ali masih memikirkan kejadian tempo hari. Ada yang mengganjal di hatinya.

"Kamu ngapain sih, masih mikirin masalah itu? Udah, enggak usah dipikirin, yang penting sekarang aku baik-baik aja, dan cewek pho itu udah jauh-jauh dari kamu."

"Kamu tahu, kan, aku enggak suka dibohongin..?" Ali mengalihkan pembicaraan.

"Aku harap kamu jujur. Aku bakalan marah besar kalau kamu berani bohong, karena masalah ini juga penting, kalau orang tua aku tahu yang sebenarnya, aku sama kamu bisa kena masalah," lanjut Ali yang membuat Karin menelan ludahnya.

*****

Ali menancapkan gas motornya dan berlalu dari rumahnya. Ali mengendarai motornya berlawanan arah dengan sekolahnya karena harus menjemput Karin. Kebiasaan paginya yaitu menjemput Karin sekolah.

"Ayo, sayang.. Ngapain diem di situ terus? Mau telat masuk?" tanya Karin saat turun dari motor Ali.

"Kamu ke kelas aja duluan, aku mau ngecek motor dulu,"

Ali berniat mengecek motornya sebentar, karena di perjalanan tadi, motornya ngebul mengeluarkan asap dari knalpot. Selesai mengecek, Ali buru-buru lari ke koridor sekolah, namun langkahnya terhenti melihat perempuan yang dia sebut cewek aneh saat pertama kali bertemu.

ImperfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang