Twelve; Jujur atau Putus?

6.6K 700 12
                                    

Prilly berusaha membantu Tata untuk merapikan rambutnya yang sedikit kusut karena tarikan dari Karin. "Ta, ka-kamu kenapa bi-bisa berantem gini, sih?!"

"Dia duluan yang bikin gue emosi, ya udah gue jambak aja rambutnya, kesel gue abisnya!"

"Ta-tapi kan enggak harus berantem ka-kayak gini, untung tadi enggak ada gu-guru yang dateng!"

"Udah enggak apa-apa, yang terpenting, gue udah dapet rekamannya!"

"Ka-kamu, kamu.. Berhasil?"

"Berhasil, lah! Yang ngerjain kan Tata, hahaha!"


"Syu-syukurlah.., Tapi, kenapa ka-kamu bisa berantem gitu sa-sama Karin?"

"Lo enggak denger gue debat sama dia?" Tata mengerutkan dahinya.

"A-aku fokus ja-jagain pintu, takut a-ada seseorang,"

"Ih, gue kira mah, lo denger. Jadi tuh, tadi Karin ngehina lo di depan gue, ya gue enggak terima, lah, sahabat gue dihina!"

"A-aku udah sering di-dihina, kali.., la-lain kali eng-enggak usah marah," tutur Prilly yang membuat Tata menatapnya tajam.

"Apaan, sih lo, Pril? Jangan ngomong gitu, deh! Gue enggak suka, ya! Gue kayak gini karena gue itu sahabat lo." Prilly terkekeh menyadari kekhawatiran sahabatnya.

"Iya, a-aku ngerti. Makasih, ya!"

Prilly akhirnya melanjutkan aktivitasnya merapikan rambut Tata yang masih terlihat berantakan. Sama halnya dengan Ali, Ali mencoba merapikan rambut Karin yang panjang dengan asal.

"Aduuuh, Ali! Yang bener, dong..! Sakit, nih." cerca Karin. Dia sedikit meringis.

"Ya sori, aku kan enggak pernah punya rambut panjang kayak kuntilanak gini. Kamu lagian pake berantem segala, mana jambak-jambakan, udah tau rambut kamu panjang, ribet tau!"

"Ih, jahat banget dibilang kuntilanak! Lagian aku berantem juga karena dia yang mulai duluan!"

Karena malas melanjutkan debatnya, Ali memilih melanjutkan kegiatannya menata rambut Karin yang masih sangat berantakan.

"Kalau kayak gini, aku harus ke salon nih. Besok temenin aku ke salon ya, sayang.. Mumpung libur," pinta Karin.

"Males, ah! Kamu kalau ke salon lama banget, bosen nunggunya,"

"Masa enggak mau, sih? Aaah, pokoknya temenin! Kamu kan bisa nunggu aku sambil main game kesukaan kamu yang apa tuh, namanya.. E.., Crisis Action sama Mobile Legends, atau apa lah itu. Aku janji kalau kamu mau nemenin aku, nanti aku bayarin buat top up game deh!" rayuan Karin membuat Ali mengangguk setuju.

"Oke, tapi jangan kelamaan di sana, ya!"

"Iya, cayangku..,"

*****

Ali bernapas lega saat keluar dari kelas. Dia berjalan santai dengan Karin yang ada di sebelahnya hendak turun ke lantai dasar.

"Sayang, aku turun duluan, ya? Aku dijemput Mama," tutur Karin dan menunjukkan pesan yang baru saja didapat dari Feni- yang disebut Mama oleh Karin.

"Ya udah, sana..!"

"Maaf ya, enggak bisa nemenin ke bengkel,"

"Udah, enggak apa-apa. Lagian bengkelnya enggak jauh. Ntar paling ditemenin sama Dito."

"Ya udah, bye!"

ImperfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang