Suara tangisan Prilly masih terdengar jelas. Air matanya tidak berhenti mengalir. "Bunda.. Papa..," rancaunya. Setiap kali menangis, Prilly selalu menyebut kedua orang tuanya. Itu membuatnya sedikit tenang.
"Prilly, sudah.. Jangan nangis lagi, Ibu guru tau kalau kamu nggak salah! Ibu tau kamu itu anak baik dan paling baik di sekolah ini!" Ibu Ros selaku gurunya berusaha menenangkan Prilly. Ros memperlakukan Prilly seperti anaknya sendiri. Ros sering memanjakan Prilly, tidak seperti murid-murid yang lain.
"Prilly.. Prilly ng-nggak sa-salah, Bu..!" ucapnya yang disertai air mata.
"Iya, iya.. Ibu tau kamu nggak salah. Kalau kamu nggak salah, nggak usah nangis, ya! Biar Ibu nanti bicara sama Karin."
"J-jangan, Bu!"
"Lho, kenapa? Kamu takut..? Nggak usah takut, Ibu cuma mau bicara aja sama Karin."
"Po-pokoknya, j-jangan, Bu!"
"Hm, yaudah deh kalau begitu. Ibu percaya kamu bisa menyelesaikan masalah kamu!"
"Ma-makasih, Bu! Prilly m-mau ke kelas du-dulu!"
"Yaudah.. Hapus dulu dong, air matanya..!" ucap Ros tersenyum. Dia mengambil sapu tangannya dan menghapus air mata Prilly.
"Makasih, Bu!"
*****
Prilly berjalan menyusuri koridor sekolah yang sepi karena jam pelajaran sudah dimulai. Rasa takut dan cemas kini mulai menderanya.
Tiba dipintu kelas, Prilly membukanya perlahan. Semua mata tertuju padanya, tak terkecuali guru yang sedang mengajar.
"Prilly, masuk dan duduk di tempatmu!" Prilly hanya mengangguk patuh.
Prilly berjalan ke arah kursi paling belakang yang ditempati Tata. "Tata..?" bisik Prilly.
"Diem. Bu guru lagi ngajar." jawab Tata acuh. Sekarang Prilly menyimpulkan bahwa semua temannya telah membencinya. Rasanya Prilly sangat ingin menangis sekarang juga. Matanya sudah sedikit berkaca-kaca. Prilly berusaha mengedipkan matanya beberapa kali agar air matanya tidak jatuh.
Prilly merapikan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Kini tinggal Prilly sendirian di kelas. Teman-teman yang lain sudah pulang terlebih dahulu, bahkan Tata meninggalkannya tanpa sepatah kata. Tidak seperti biasa.
Dengan gontai Prilly berjalan ke depan pintu gerbang di mana sopir pribadi menjemputnya. Hari ini memang Prilly minta dijemput. Ditengah perjalanan Prilly terus saja menangis membuat sopirnya kebingungan.
"Aduh, non.. Kenapa nangis..?"
"Pak, Prilly ta-tadi dituduh, pa-padahal Prilly ng-nggak salah..!" jawabnya sesenggukan.
"Non, kayak gitu ndak usah dipikirin, non tenang aja. Toh, non ndak salah."
"Ta-tapi, semuanya j-jadi benci sa-sama Prilly, Pak..!"
"Duh, non.. Sabar ya, non..!"
Sesampainya di rumah, Prilly dan sopirnya yaitu Pak Aldi langsung menghampiri Nyonya besar. "Prilly..? Kamu kenapa, nak?" tanya Maartha.
"Nyonya, tadi non Prilly nangis tiba-tiba di mobil. Katanya tadi non Prilly dituduh dan teman-temannya jadi jauhin dan benci sama non Prilly." ungkap Pak Aldi menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfection
Fanfiction[Status: COMPLETED] Prillya Aritammy, gadis lugu yang memiliki kesulitan saat mengucapkan kata-kata, bisa membuat Aliandra Pratama yang notabennya anak nakal, jatuh cinta, meskipun Prillya mempunyai kekurangan yang selalu menjadi bahan ejekan d...