You, you don't mean no harm
But you're stringing me along
And I don't have the time to spare
And I, I'm trying hard to breathe
But you're suffocating me
This time I'm coming up for air
Shawn Mendes - AirIni kali kesekian Naima bolak-balik memencet nomor yang sama namun tak ada jawaban dari seberang. Ia meremas handphone panjangnya dan meletakkannya secara asal diatas meja kerjanya.
"Kenapa sih.. frustasi banget daritadi?" Dari balik kubikelnya Sarah nampak prihatin memperhatikan kegundah gulanaan Naima. Mendapat perhatian dari sahabatnya, Naima hanya bisa menggeleng pelan.
"Cerita aja. Manatau bisa bantu."
Naima mengusap wajahnya perlahan, kemudian menopangkan dagunya dan mendesah dengan beratnya. Kelakuannya semakin memancing rasa penasaran Sarah.
"Atau.. lagi kepikiran sama si itu ya...." Sarah menerka.
Naima jadi heran sendiri, ia melepaskan topangan di dagunya dan menolehkan kepalanya pada Sarah. "Itu siapa? Jangan ngarang-ngarang, ah."
Sarah tersenyum kecil, ia mengangkat kepalanya, melihat ke sekeliling dan menunjuk seseorang dengan dagunya yang duduk tak jauh dari mereka. Seorang pria berkemeja slim fit berwarna biru polos. "Itu... si Mr. Hottie."
Naima menggeleng-geleng gemas. "Heh, jangan ngawur deh! Ngapain juga mikirin dia."
Sarah tertawa pelan sambil mengidikkan bahunya. "Ya manatau. Jadi.. kalau bukan dia, siapa dong?"
"Si Norman."
"Whaaattt?? Norman?!" Rupanya Sarah tak sadar suaranya yang terkesan kaget itu barusan terdengar seperti suara seseorang teriak menggunakan toa. Kalau bukan karena beberapa orang karyawan dan beberapa auditor yang melirik ke arah mereka ditambah dengan cubitan kecil Naima di paha Sarah, sudah pasti Sarah tidak sadar bahwa suaranya kelewat besar.
"Eh sakit tau!" Sarah mengaduh sambil mengusap-usap pahanya.
"Ya abis ngomong kok kayak pake toa!" Naima menggeram kesal.
"Kaget, Neng. Sejak kapan kamu jadi naksir sama Norman sampai-sampai memikirkan dia? Sejak kapan si Mr. Hottie kalah saing sama Norman. Ck."
"Ih siapa juga yang naksir Norman. Jangan berasumsi deh. Dan jangan bawa-bawa si Mr. Hottie-Hottie itu lagi dalam setiap pembicaraan kita."
"Teruuuus.. kalau bukan naksir Norman, ngapain mikirin dia?" Rasa penasaran Sarah semakin menggelora.
Naima akhirnya memilih jujur ketimbang rasa penasaran Sarah semakin menggebu dan menimbulkan keributan lagi di dalam ruangan. Please deh.. dia nggak mau kena tegur Ben lagi.
"Jadi gini, empat hari lalu Ben bilang kalau dia nemu kelalaian di satu invoice yang aku pegang. Invoice itu atas nama si Norman. Selisihnya dikit sih, cuman lima ratus ribu. Tapi.. mau lima ratus ribu kek atau lima ratus juta sekalipun, kan tetap aja yang namanya performance berkurang ya berkurang. Yang namanya nombok ya nombok." Dia memberi jeda sedikit dari bicaranya dan Sarah hanya bisa mengangguk tanda mengerti. "Nah, dari kemarin, aku bermaksud hubungin si Norman ini nih.. mau konfirmasi ke dianya. Ya minimal... kalau performanceku nggak kembali baik, setidaknya dia mau gantiin uangnya lah. Ya masa dia yang berbuat.. eh malah aku yang nanggung kerugiannya. Minimal di berita acara, kinerjaku nggak buruk-buruk amatlah." Naima mendesahkan napas putus asanya.
"Dan sekarang... sudah dua hari Norman nggak masuk kerja. To be honest." Sarah menjelaskan tentang kondisi Norman dengan wajah sedihnya. "Istrinya baru melahirkan dua hari lalu. Dia cuti tiga hari, mau jagain istrinya katanya."
![](https://img.wattpad.com/cover/76039175-288-k626416.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Return
ChickLitHidup Naima tidak pernah mudah sesudah kepergian Ben. Kepingan kebahagiaan yang ia serakkan selalu saja tanpa permisi merangkai dalam setumpuk kenangan lewat pikirannya. Dan sebagai seorang pria yang mencintai Naima, Geribaldi selalu optimis.. bahwa...