But I'm a creep, I'm a weirdo
What the hell am I doing here?
I don't belong here
Radiohead - CreepDi kantor Naima hanya bisa bergerak gelisah diatas tempat duduknya. Matanya bahkan berkali-kali mencuri pandang ke arah kanan, tempat beberapa orang auditor sedang sibuk bekerja. Ia berkali-kali mengalihkan pandangannya dari layar handphonenya ke arah kanan--tepatnya kepada pria berkemeja putih polos yang lengan bajunya digulung sampai ke siku. Sampai beberapa menit lalu, pria itu ada ditempatnya. Tapi... kemana perginya dia sekarang?
Naima menolehkan kepalanya ke kiri dan kanan. Mencoba mencari kemana perginya pria itu? Hingga akhirnya ia mendapati, punggung gagah yang dikenalinya itu menghilang dari balik tembok dan berjalan ke arah toilet.
Ini konyol memang, refleks Naima bangkit berdiri dan mengikuti kemana perginya pria itu. Gila, kalau teman-temannya menyadari apa yang sedang dia lakukan, sudah pasti dia diejek habis-habisan. Tapi, dia tak punya pilihan lain selain mengikuti. Dia harus mengkonfirmasi sesuatu.
Di lorong toilet, disana Naima dengan tampang gelisah dan wajah harap-harap cemasnya, ia menunggu pria itu. Berkali-kali heelsnya diketuk-ketukkan ke lantai.
Hingga akhirnya...
"H-hai..." sapanya gugup. Ketika ia membalikkan tubuhnya, tampak pria itu memandangnya dengan tatapan: ngapain-lo-ada-disini?
Pria itu memilih tetap diam tak menyahut sapaannya. Dan Naima benar-benar tidak terpengaruh akan sikap dinginnya.
"Jangan ge-er dulu. Aku kesini mau konfirmasi sesuatu," katanya terus terang. Pria itu mulai menautkan alisnya, sedikit tertarik mendengar kata 'konfirmasi'.
"Kamu ada ngomong apa sama Norman?"
Reaksi pria itu masih diam. Tanpa suara. Dan tanpa reaksi.
"Aku yakin kamu tahu sesuatu. Makanya aku bela-belain dateng kesini buat minta penjelasan."
Dia masih diam. Dan Naima mulai kehilangan kesabarannya. Naima merasa perlu menunjukkan buktinya di depan wajah datar non ekspresi itu. Segera dirogohnya saku celana karetnya dan dibukanya isi sms Norman. Lantas menunjukkan isinya kepada sosok sedingin es yang ada dihadapannya.
Norman-Sales Marketing : Saya mengakui kesalahan saya, Mbak Na. Uangnya akan saya ganti sesegera mungkin. Tapi tolong, sampaikan ke bapak Ben, saya jangan dipecat ya, Mbak.
"Ku pikir satu-satunya orang yang bisa menjelaskan ini hanya kamu, Bapak auditor yang terhormat, Benjamin Joshua."
Ben yang sedari tadi menumpukan penglihatannya ke layar handphone Naima, kini ia mengalihkan pandangannya kepada Naima. Pandangannya bahkan tidak menunjukkan keterkejutan, ia malahan mengunci pergerakan Naima lewat tatapannya datarnya. Dan Naima hanya bisa pasrah ditempatnya, diam dan menunggu penjelasan. Keheningan yang ada diantara mereka malahan membuat pikiran Naima semakin menjadi-jadi. Rasa ingin tahunya begitu tinggi. Ia ingin menuntut penjelasan Ben, untuk apa Ben mengancam Norman? Untuk apa Ben memaksa Norman untuk mengganti uang kasus fraud?
"Terima bersih aja. Nggak usah kebanyakan nanya dan menuntut penjelasan. Masih untung dibantuin."
Naima hampir tak percaya akan jawaban yang diberikan Ben. Singkat, lugas dan terkesan cuek. Malahan sekarang Ben memilih berlalu dari hadapan Naima. Segera saja Naima berlari kecil menyusul Ben. Tanpa sadar ia bahkan menarik sejumput kain dari lengan baju Ben, yang akhirnya sukses membuat Ben menoleh dan mendesah kesal.
"Apaan lagi?" Tanyanya sinis.
"Aku mau penjelasan."
"Kan saya sudah bilang, saya nggak mau menjelaskan." Tegas Ben sekali lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/76039175-288-k626416.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Return
ChickLitHidup Naima tidak pernah mudah sesudah kepergian Ben. Kepingan kebahagiaan yang ia serakkan selalu saja tanpa permisi merangkai dalam setumpuk kenangan lewat pikirannya. Dan sebagai seorang pria yang mencintai Naima, Geribaldi selalu optimis.. bahwa...