12. Kiss You

377 27 6
                                    

And if you you want me to
Let's make our move
Yeah so tell me girl
If every time we touch
You get this kinda rush
Baby say yeah yeah

Kiss you - One Direction

Suasana menjadi canggung sejak pembicaraan itu. Ben berdiri tak jauh dari Naima, tatapannya mengunci dan tak berpindah dari Naima. Seolah ada mantra yang menyihir mereka, keduanya saling terpaku di tempat masing-masing. Hanya suara pendingin ruangan yang terdengar.

Lalu, seakan mendapat keberanian darimana, akhirnya Ben yang terlebih dahulu bicara.

"Maaf. Aku nggak seharusnya dengan sembarangan menyentuh wajah kamu," katanya. Suaranya terdengar lebih bersahabat, lebih santai, lebih informal. Dia melepaskan atribut pekerjaannya.

Ada perasaan kecewa menggelayut di hati Naima. Ada rasa gelisah saat dia mendengar kata maaf.

Mengapa harus minta maaf?

Naima sendiri tidak merasa dirugikan atas sentuhan itu. Naima justru semakin mendambakan kehangatan itu. Sentuhan itu membangkitkan kerinduannya.

Namun, dia tidak mungkin mengakui itu dihadapan Ben. Jadi, Naima hanya mengangguk kaku.

"Aku... Aku.. sebaiknya pulang. Kurasa tak ada lagi yang perlu dibicarakan," ucapnya setelah kesadarannya kembali.

Dia bergegas meraih tas nya, hendak kembali pulang tanpa menunggu persetujuan Ben.

Baru saja Naima membalikkan tubuhnya, suara Ben mencegah kepergiannya.

"Kasus fraud Norman, kamu nggak perlu khawatir. Kupastikan Norman hidup dengan baik sekarang."

Naima mengernyitkan keningnya dan spontan memutar tubuhnya.

"Kenapa kamu bisa tahu?"

"Yah.. hanya firasat." Ben menjawab asal sambil mengedikkan bahu.

Jawaban yang terkesan acuh itu memancing kecurigaan Naima. Dia melangkah maju. Kini jaraknya hanya beberapa langkah dari Ben. Naima menyipitkan matanya, lalu berkata, "Kuharap.. tidak ada sesuatu yang aneh yang kamu lakukan."

Ben kini mengeryitkan dahinya, "Aneh?"

"Yah. Hal-hal semacam itu." Naima menjawab sembari memikirkan keanehan yang dia maksud.

Dulu sewaktu mereka masih berpacaran, Ben bisa saja dengan tidak tahu malu meminta tanda tangan dari aktor kesukaan Naima, Javier. Itu dilakukan hanya untuk membuat Naima senang.

Kalau menilik dari sifat asli seorang Ben yang rela melakukan apapun untuk Naima senang, maka bukan hal mustahil jika bisa saja Ben sengaja meminta Norman untuk mundur dari pekerjaannya hanya agar posisi Naima di kantor cukup aman. Hanya agar prestasi Naima di kantor tetap dipandang baik oleh bos nya.

Ben tertawa, "Naima.. Naima.. Jika yang kamu maksud aku mencoba menyelamatkanmu dari kasus fraud Norman, aku harap pikiran itu segera kamu buang jauh-jauh."

Seolah merasa harga dirinya dipermalukan, Naima balas menyerang, "Yah.. hanya seorang Ben yang bisa melakukan hal-hal aneh. Tidak ingat soal meminta tanda tangan Javier, heh?"

Ben tertawa lagi, "Seharusnya kamu tahu jelas. Dulu dan sekarang jelas berbeda," katanya sambil melangkah maju, memperkecil jarak diantara mereka.

Naima tidak mau kalah. Dia justru mengangkat wajahnya dan mendongak angkuh kepada Ben. "Kalau dulu dan sekarang jelas berbeda. Kenapa kamu harus menyentuh wajahku seperti tadi?"

Ben diam. Dia tidak mempersiapkan jawaban untuk ini. Karena kenyataannya, apa yang dia lakukan tadi benar-benar diluar kendali. Ah, kalau saja cheese cake itu tidak menempel disana.

ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang