I thought that from this heartache
I could escape
But I fronted long enough to know
There ain't no way
And today
I'm officially missing you
Tamia - Officially missing youKedua mata Naima memelotot melihat tulisan yang muncul di layar ponselnya. Dia memang tidak salah baca, pesan ini dari Ben.
Benjamin Jerikho
Datang ke tempatku, ada hal yang perlu kubahas mengenai kasus fraud Norman. Sekarang.Apa? Sekarang? Sekarang?
Kenapa harus sekarang? Kenapa harus mengganggu acara jalan-jalannya dengan Geri?
Naima tidak sedang bermimpi rupanya, itu memang sekarang.
Dia menutup ponselnya dan bergegas memasukkannya ke dalam saku tas.
"Kenapa dek?" Geri cukup sadar ada yang berbeda dari ekspresi wajah Naima. Apalagi gerak tubuhnya, terlihat seperti orang yang terburu-buru.
"Bang, Ima boleh pergi?" Naima menggigit bibir bawahnya, cemas memikirkan reaksi Geri.
"Loh? Kemana? Kita baru nyampe, loh." Geri dan Naima memang baru saja menginjakkan kakinya di Centre Point Mall.
"Ada urusan.." Naima menjawab sebisanya. Sejurus kemudian ia menyesal, kenapa alasannya terdengar tidak meyakinkan?
"Urusan? Dipanggil Bos?"
Gawat.
Naima sibuk memikirkan berbagai alasan. Tidak mungkin berkata jujur karena nyatanya nanti akan menimbulkan keributan antara Ben dan Geri. Dia berusaha memikirkan alasan lain yang lebih masuk akal, tapi tidak... dia tidak menemukan alasan apapun.
"Nggg.. ya.. ya." Naima memilih takluk dalam kebohongan. Dia tidak punya pilihan. Oh sialnya Ben, kenapa dia harus menghubungi Naima disaat seperti ini? Kenapa tidak sejak di kantor dia mengatakan soal kasus fraud? Saat Naima berusaha menanyakan, dia malah terkesan tidak peduli. Tapi sekarang? Lihat apa yang terjadi...
"Ya sudah. Abang anter, ya. Ke kantor, kan?"
Gawat.
Beginilah kebohongan. Selalu terlahir paralel, tidak pernah sendirian. Kebohongan selalu akan menggiringmu dari dusta satu ke dusta lainnya. Dan sekarang Naima terjebak.
Bagaimana kalau Geri mengantarkannya ke kantor dan melihat bahwa tidak ada tanda pekerjaan apapun di wilayah kantor?
Dan kemana dia harus pergi? Masalahnya, Ben tidak menyebutkan dimana tempat mereka harus bertemu. Mungkin di apartemen tempat mereka tinggal? Tapi dimana?
Geri masih menanti jawaban Naima, dan itu membuat Naima risih. Syukurlah suara ponsel akhirnya memecah kerisihan Naima.
Ben menelponnya?
Oke, risih yang tercipta antara Geri dan Naima memang sudah usai. Tapi please, jantung yang berdentam ini sama sekali bukan pertanda sehat bagi Naima. Nama Ben menimbulkan kegaduhan dalam dirinya.
"Y-ya hallo?" Naima ragu-ragu menjawab telepon yang masuk.
"Aku lupa memberitahumu. Cambridge condominium lantai 3 kamar 301, dekat lift."
klik. Lalu telepon dimatikan.
Haaaa... jadi dia menelpon hanya untuk memberitahu dimana lokasinya sekarang? Seolah Ben cukup yakin bahwa Naima akan datang. Nice shoot!
Naima memang terdiam, reaksinya antara cukup muak mendengar perintah Ben ataukah dia cukup senang karena akhirnya dia punya alasan untuk menjawab pertanyaan Geri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return
ChickLitHidup Naima tidak pernah mudah sesudah kepergian Ben. Kepingan kebahagiaan yang ia serakkan selalu saja tanpa permisi merangkai dalam setumpuk kenangan lewat pikirannya. Dan sebagai seorang pria yang mencintai Naima, Geribaldi selalu optimis.. bahwa...