Strawberry Cheese Cake with Love

28.4K 1.6K 125
                                    


"Kau serius, Draco?" Hermione memandang rekan kerjanya itu dengan pandangan tak percaya.

"Kalau aku main-main, aku tak akan bertanya padamu, Mrs Soon-to-be-a-Weasley." Mata kelabu Draco memandang wanita muda dihadapannya.

Hermione membenahi ikatan rambutnya, "Kenapa harus aku? Kau bisa tanya Astoria, atau Pansy, mungkin? Mereka pasti lebih jago memakai mantra untuk memasak."

Draco menghela nafas, "Seperti yang sudah aku bilang tadi, Hermione, aku ingin membuatnya dengan tanganku sendiri. Tanpa sihir."

Kali ini Hermione terdiam, memastikan kalau Draco tidak sedang mabuk firewhiskey atau terkena mantra imperius. Sungguh tak pernah dia duga kalau seorang Malfoy, akan bersedia mengerjakan sesuatu tanpa bantuan sihir.


Harry potter © JK Rowling
Strawberry Cheese Cake with Love © aicchan
Entry untuk Challenge Infantrum : Makanan
Romance
Draco M. X Harry P.


"Draco, kau yakin bisa menangani semua sendiri? Kau bisa kembali ke Malfoy Manor kalau tak sanggup," ujar Harry sambil mengepak kopernya. Mulai besok, dia akan berada di Hogwarts selama seminggu sebagai 'guru tamu' yang diundang oleh Kepala Sekolah untuk berbagi pengalaman menjadi seorang Auror di usia muda pada murid-murid kelas 7 yang akan melaksanakan NEWT.

"Sudah aku bilang aku bisa, Harry. Berhenti berpikir aku akan meledakkan flat ini kalau kau tak ada." Draco tampak kesal dan tidak terima.

Harry tersenyum, "Bukan begitu. Hanya saja kau ini kan baru sebulan hidup berdampingan dengan alat-alat muggle begini," dia meninggalkan kamar dan duduk di sebelah Draco yang sedang menonton televisi di sofa, "Semua ini kan murni barang muggle, sama sekali tak kutambah mantra ini dan itu, aku hanya tak mau terjadi hal buruk nanti."

"Aku akan baik-baik saja. Aku bukan anak kecil lagi."

"Ya... tapi bagiku kau tetap saja Malfoy muda yang manja," Harry tertawa pelan melihat wajah Draco yang makin masam, "Aku hanya bercanda."

Mereka berdua menonton acara televisi dalam diam, Harry membiarkan Draco merangkul pundaknya. Ya, tepat 30 hari yang lalu, Draco memutuskan untuk tinggal bersama Harry di sebuah flat yang ada di kawasan jantung kota London. Dia tak tahan hidup berpisah dengan orang yang resmi menjadi kekasihnya sejak tiga tahun yang lalu, tepatnya setahun sebelum mereka lulus sekolah.

Setelah lulus dari Hogwarts, mereka langsung disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Harry dengan pelatihan auror-nya, sementara Draco sibuk dengan kegiatan sebagai anggota muda di divisi pendidikan di Kementrian Sihir. Bisa bertemu seminggu sekali saja rasanya sudah seperti keajaiban.

Karenanya Draco, dengan segala keteguhan hati yang dia punya, meminta izin pada kedua orang tuanya agar dia bisa tinggal bersama Harry. Narcissa, sang ibu, mengusulkan kalau keduanya pindah saja ke Malfoy Manor, namun Draco menolak, karena dia merasa sudah dewasa dan sudah harus bisa mandiri. Dengan dukungan sang ayah, Lucius, akhirnya Draco mendapat izin untuk tinggal bersama kekasihnya, walau Narcissa tetap memaksa kalau Draco dan Harry masih harus tetap berkunjung ke Malfoy Manor setidaknya sebulan sekali.

"Bagaimana ya rasanya Hogwarts tanpamu?" Harry bersandar di pundak Draco, "pasti rasanya aneh sendirian di sana. Tidak ada Ron, Hermione, teman-teman yang lain."

"Bukannya Neville dan Luna bekerja sebagai asisten profesor disana?"

"Tapi kan posisinya sudah bukan murid lagi. Tidak bisa melakukan keusilan sedikit di sana."
Draco memutar matanya, "Kau itu memang biangnya usil. Kau tidak kapok ya kena detensi? Rasanya kau sudah didetensi oleh semua profesor di Hogwarts."

DraRy OneShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang