Bulan Oktober telah membuat udara di Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry menjadi lebih dingin. Para murid lebih sering menghabiskan waktu luang mereka di Aula Besar atau di ruang rekreasi asrama yang hangat dari pada beraktivitas di luar. Tapi itu tidak berlaku untuk dua siswa yang suda berteman akrab sejak kecil namun ada di asrama berbeda. Dua orang yang ada di daftar teratas pemuda yang paling diincar para siswi Hogwarts, dan bisa dikatakan juga kalau tak ada satu pun murid Hogwarts yang tidak mengenal mereka.
Ya—mereka adalah Harry James Potter, putra dari James Potter sang kepala Auror di Kementrian sihir juga merupakan Seeker kebanggaan Gryffindor. Sementara yang lain adalah Draco Malfoy, putra tunggal keluarga Malfoy yang merupakan satu dari sedikit keluarga penyihir kuno yang berdarah murni, keluarga bangsawan yang memiliki posisi penting dalam pemerintahan dunia sihir.
Dua pemuda berusia enam belas tahun itu sangat berbeda, dari watak dan penampilan.
Harry, si pemuda berambut hitam berantakan yang merupakan keturunan mutlak dari sang ayah dan memiliki mata hijau indah dari sang ibu, adalah seorang pemuda aktif yang memegang prinsip fashion 'asal nyaman'. Dia ramah, supel dan senang bercanda. Dia punya teman di semua asrama yang ada di Hogwarts ini.Sementara Draco, yang rambut pirangnya selalu tertata rapi dan mata keabuannya selalu memandang tajam pada siapapun, lebih dikenal sebagai orang yang dingin, selera fashionnya pun menegaskan kalau dia berasal dari kalangan atas, dia jarang bicara dengan orang lain kecuali orang yang benar-benar dia kenal.
Keakraban dua mahkluk yang berbeda kutub itu menjadi daya tarik tambahan disamping daya tarik alami yang memang mereka punya.
Di sore yang dingin ini, Harry dan Draco memutuskan untuk bermain Quidditch saja, olahraga kegemaran mereka, daripada mendekam dalam hangatnya kastil. Snitch race adalah cabang yang mereka suka.
"Jadi, Draco, apa taruhan kali ini?" Harry menenteng Firebolt miliknya. "Kali ini aku tidak akan kalah darimu."
Draco membawa sapu yang sapa seperti milik sobatnya itu, "Kita liihat saja nanti. Taruhannya ditentukan kalau sudah ada pemenangnya."
"Baiklah... Ayo mulai!"
Tak peduli pada angin musim gugur yang berhembus kencang, kedua pemuda sebaya itu pun melesat ke udara, merasakan sensasi yang mereka suka sejak kecil dulu...
***
"AH! Hujan menyebalkan. Merusak pertandingan saja." Keluh Harry sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, "Snitch-nya jadi kabur entah kemana."
Draco melambaikan tongkat sihirnya dan seketika membuat mereka berdua kering lagi, "Tak usah menyalahkan hujan. Lagipula kalau hujan tidak mendadak turun deras begitu, pasti aku yang menang."
Mendengar itu, Harry pun nyengir. "Sudah dekat waktunya makan malam. ke Aula Besar, yuk?"
Keduanya lalu menuju ke hall utama di Hogwarts. Sepanjag perjalanan, mereka melihat hiasan-hiasan untuk Halloween sudah di pasang. Lilin-lilin melayang di sepanjang koridor, juga labu-labu yang sudah dibentunk khas hiasan halloween.
"Diliat berapa kali pun, menyeramkan juga, ya. Apalagi kalau ada Bloody Baron lewat."
"Kalau dia dengar, kau bisa dihantui seumur hidupmu." Draco membenahi jubah seradam asrama Slytherin yang dia kenakan, "Apa besok kau ke Hogsmeade?"
"Ya—rencananya sih mau ke Honeydukes. Pasokan makanan manisku sudah habis." Harry memandang Draco, "Kau sendiri?"
"Entahlah. Mungkin kesana. Penaku sudah rusak dan tintaku juga habis. Perkamenku juga sudah menipis persediaannya."
Harry mengerutkan kening, "Kau dan Hermione itu memang jangan-jangan memang salah asrama, ya? Harusnya kalian masuk Ravenclaw."
Keduanya lalu masuk ke Aula Besar yang lumayan ramai, "Kau tidak mau duduk di meja Gryffindor?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DraRy OneShoot
أدب الهواةAicchan kumpulan one shoot dari Aicchan untuk penggemar HarryxDrarry