Bantuan Tambahan [edited]

1.6K 81 4
                                    

Bagian 12

[Edited]

Kembali bertemu dengan hari Senin. Senin selepas UTS terasa berbeda. Lebih mendebarkan dari yang sebelumnya. Jika sebelumnya aku berdebar karena ketakutan akan apa yang akan Salsa dan pengikutnya lakukan padaku, hari ini bertambah dengan debaran ingin tahu. Jadi, aku bingung harus bersikap apa hari ini.

Tapi tentu di sekolah aku harus bersikap biasa saja. Seperti hari-hati biasa. Tak menarik perhatian. Membaca buku sembari menunggu bel masuk atau Arthur datang. Yah, ia bisa ku jadikan sebagai teman cerita bila itu memungkinkan.

Dari sudut mataku kulihat Roy sudah tiba dan berdiri mematung di depan pintu kelas. Dia seperti tengah memandang sesuatu. Mungkin sesuatu di sampingku? Tapi, tidak ada seorangpun kecuali aku di kelas. Uh, apakah dia bisa melihat hal yanh tidak bisa kulihat? Ck, pemikiran apa ini?

"Door!!"

Tak lama, Rio datang dan mengagetkannya. Jujur, ketika Rio bertrtiak dor aku juga kaget. Tapi aku hanya menahan nafas untuk tak bereaksi berlebihan. Kulihat dari sudut mataku Roy mendelik ke arahnya dan berjalan ke arah bangkunya diikuti Rio. Aku tak berani memalingkan wajah karena bisa saja nanti menjadi gosip. Aku harus berhati-hati sekarang. Aku benci menjadi pusat perhatian.

Entah mengapa, tiba-tiba saja insting tatapanku aktif. Aku merasa ada yang menatapku sejak tadi. Ku dengar Rio dan Roy bercakap-cakap meskipun sangat pelan karena jarak antara tempat duduk kami yang lumayan jauh. Oh, astaga sejak kapan aku mengurusi urusan orang lain? Meskipun begitu aku tetap bersikap biasa ketika aku tengah mencuri dengar. Itulah salah satu keahlianku. Aku bisa berpura-pura dengan sangat baik bukan? Jadi, berhati-hatilah bila bersama denganku. Meskipun semua orang bisa melakukan drngan mudah. Jadi kurasa itu bukan kelebihan. Oh, astaga hentikan ini.

"Ngelamun aja Roy pagi-pagi. Kenapa?" Rio bertanya dengan pelan namun masih bisa ku dengar. Aku tak mendengar balasan dari Roy. Yah, akupun tidak terlalu ingin tahu.

"Oh, lagi liatin gebetan. Tumben cuman diliatin..."  Rio tak melanjutkan kalimatnya. Membuatku sedikit penasaran. Roy sedang melihat gebetannya? Siapa? Di kelas ini kan tidak ada orang lain selain kami bertiga. Tapi, Rio biasanya berangkat tepat ketika bel berdering, tapi bagaimana bisa dia tiba sekolah bahkan sebelum jam 06.45. Suatu keajaiban.

"Nis, kemaren lo kenapa?" Roy tiba-tiba saja sudah duduk di sampingku--tempat duduk Arthur. Kapan dia berjalan ke sini? Dan, pertanyaan tentang apa ini? Kemarin? Minggu? Tiba-tiba saja Roy bertanya hal seremeh ini kepadaku?

Aku yang sejak tadi berpura-pura membaca buku, membuat gerakan menurunkan buku dari pandanganku. Menatap lurus ke depan whiteboard. Yah, sebenarnya aku sedikit grogi bertatapan dengan orang lain.

"Gue kenapa? Gue gak papa tuh?!" Aku menjawab dengan nada biasa namun malah terdengar ketus. Dasar ini ya, mulut tak tahu diri.

Roy, menghela nafas. Mungkin dia frustasi dan ingin mencekikku? Oh, maaf Roy aku tak bermaksud.

"Oke, gue tahu lo kenapa. Tapi, kemarin pulang bareng siapa?" aku mencoba menatap Roy sekilas mencari apakah ada kemarahan di sana. Meskipun sekilas dan sangat singkat, aku tidak melihat kemarahan namun kekhawatiran. Hee??

Ini bahaya. Alarm bahayaku berdenging di kepalaku. Untuk apa tatapan mata itu diarahkan kepadaku. Aku sungguh tak butuh perhatian dari pujaan sekolah. Aku lebih baik menjomblo saja sepanjang masa sekolah.

Am I a Nerd?Where stories live. Discover now