Tell Me

61 11 3
                                    

Cahaya matahari mengetuk mata Irene agar terbuka. Namun Irene tetap tidak mau bangun, ia sangat malas sekolah akhir-akhir ini. Tentu saja karena sikap Yoongi yg berubah perlahan-lahan.

Yeoja itu sudah bersekolah bahkan sekelas dengan Irene selama 1 bulan lebih. Wendy. Itulah alasan Yoongi mulai menjauh dari Irene. Sebenarnya Yoongi tidak menjauhi, hanya saja Irene merasa bahwa dirinya sudah tak dibutuhkan dan tergantikan oleh Wendy.

.
.
.
.
.

"Irene-ah!" Sapa Yoongi dengan senyuman khasnya.

"Oh, Hai Yoongi-ya!" jawab Irene dengan senyumannya-yg dipaksakan-

"Kau kenapa Irene? Kau ada masalah? Ceritakan cepat"

"Aniyo Yoongi, Gwaenchana" dusta Irene.

"Ayolah Irene, kita kan berteman sudah lama, jadi aku hafal raut wajahmu" tutur Yoongi.

"Gwaenchana Yoongi, Gwaenchana"

"Baiklah kalau kau tak mau cerita. Tapi jika nanti kau ingin, aku siap mendengarkan"

"Eo, ne. Gomawo"

.
.
.
.
.

Irene POV

"Huftt, pelajaran Hyun ssaem memang membosankan" kata Yoongi sambil menekuk mukanya.

"Mm, kau benar yoon" aku mengangguk pelan sambil menatap langkah kakiku.

"Eo, Irene-ah. Kau mau membantuku?"

"Tentu saja, apa kau lupa kalau aku selalu ada untukmu?" Tentu yoon, aku akan selalu ada untukmu.

"Tentu saja aku ingat" dia menunjukkan cengirannya, aku tidak ingat kapan terakhir melihat cengirannya itu.

.
.
.
.

"Ini" Yoongi menyodorkan selembar kertas bergambar hati dan sebuah pulpen serta amplop berwarna merah muda.

"Apa?" Tanya Irene.

"Bantu aku menuliskan surat cinta"

Irene POV

"Bantu aku menuliskan surat cinta"

Degg

Hatiku mencelos mendengar kata-kata yg keluar dari mulutnya.

"Untuk siapa?" Tanyaku

"Untukmu" jawabnya

Jjinjja? Hatiku sangat berdebar saat ini, aku menatap matanya dan

"Tidaklah, tentu saja untuk Wendy pabo" lanjutnya sambil memukul kepalaku dengan amplop yg ia pegang.

"Eo, arraseo"

Jangan menangis Irene, aku tau kau kuat. Hatiku, kau harus sabar menghadapi ini semua. Rasa sakit ini hanya sementara, ini semua akan berakhir cepat atau lambat, karena aku akan mengubur perasaanku pada Yoongi dalam-dalam.

Aku menulis setiap kata yang Yoongi lontarkan di atas kertas cantik ini. Aku berusaha sekeras mungkin agar aku tidak menangis. Sebentar lagi Irene's Eyes, kau tidak boleh mengeluarkan cairan bening itu sekarang.

"Kkeut" kataku.

"Eo? Sudah selesai? Gomawo Irene-ah" ia mencubit pipiku setelah itu pergi membawa surat tadi.

"Hikss..hikss..." air mataku jatuh begitu saja.
Benteng yg kubuat sekokoh mungkin runtuh dengan mudahnya.

"Irene-ah, kau tidak apa? Kau sakit?"

Tentu saja yg bertanya tadi bukan Yoongi, karena Yoongi sibuk dengan kehidupan barunya. Yg sekarang dihadapanku ini adalah Wendy. Benar, Ia berteman baik denganku 3 minggu terakhir ini. Wendi sangat cantik, pintar, baik dan perhatian, pantas saja Yoongi menyukainya.

"Eo, Gwaenchana wendy-ya" kataku sambil tersenyum.

"Aku tau kau tidak baik, kajja kita ke rooftop" ajaknya.

Aku langsung berjalan menuju rooftop.

"Sini, duduk disini"

"Gomawo wendy-ya"

"Ceritalah padaku Irene-ah, bukankah kita teman?"

Benar wen, kita teman. Tapi aku tidak tau kau akan mendengarkan atau pergi meninggalkanku begitu saja.

"Baiklah kalau kau tidak ma-"

"Aku mau, aku akan cerita" aku memutuskan perkatannya. Aku tau ia akan bisa memberiku solusi. Maafkan aku wen, aku tidak bermaksud menyakitimu.

"Aku..hiks.. aku mencintai Yoon..hikss..gi, wendy-ya"

Just A FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang