Bye

47 9 1
                                    

Tinggal menghitung hari dan aku akan lulus dari sekolahku ini. Aku bersyukur mendapatkan nilai yg tinggi di ujian akhirku.

Selama ini aku hanya belajar dan bekerja agar dapat melanjutkan sekolahku di Amerika untuk mencapai cita-citaku.

Yoongi? Aku sudah tidak tau dengannya. Yg aku tau, Ia menjalin hubungan kembali bersama Wendy 6 hari setelah memutuskan hubungan kami.

Aku bahkan tak tau kemana ia akan melanjutkan sekolahnya. Aku senang melihatnya bahagia. Walaupun terlihat tak peduli, aku tetap meperhatikannya dari kejauhan.

Melihatnya tersenyum dan tertawa. Aku merindukannya. Sejujurnya aku ingin sekali membalas sapaannya. Tapi hatiku tidak bisa, hanya senyuman yg bisa aku beri padanya.

Untuk berbicara 1 kalimat pun sulit untukku. Pesan? Aku bahkan sudah mengganti nomor teleponku agar aku bisa fokus pada keinginan ibuku.

Terus saja memikirkan Yoongi, hingga hampir lupa bahwa hari ini adalah hari terakhirku di Seoul. Sebenarnya hari ini adalah hari kelulusan sekaligus perpisahan yg diadakan di sekolahku. Tapi aku memutuskan untuk tidak ikut acara itu agar aku cepat sampai ke America dan mengurus segala berkas-berkas pentingku disana.

Aku memasukan barang-barang yg aku butuhkan ke dalam koper. Setelah itu Aku mengunci pintu rumahku dan berjalan ke halte bus. Aku tak tau akan kembali ke seoul atau tidak, tapi aku tidak akan menjual rumahku yg akan aku tinggalkan ini.

Aku juga tak tau akan menghubungi yoongi atau tidak. Kalau aku menghubunginya, aku takut ia akan meyusulku ke bandara dan membuat hatiku semakin berat untuk meninggalkannya.

Jadi aku putuskan untuk menulis surat dan aku selipkan di bawah pintu. Aku tidak yakin bahwa ia akan membacanya, tak apa.

Pesawat yg akan aku tumpangi akan berangkat beberapa menit lagi. Aku meperhatikan ulang pemandangan negaraku ini. It's time to say good bye for all of our memories.

Bye, Seoul.

Bye, Yoongi.

Yoongi POV

Mataku terus mengitari sekitar. Aku tak melihatnya.
Irene, aku tak melihatnya hari ini. Padahal hari ini adalah hari kelulusannya.

Ia juga tak pernah menjawab apa yg aku katakan selain dengan senyumannya yg kini aku rindukan.

Jangankan mengirimiku pesan, membalas pesanku saja tidak pernah. Aku selalu mencoba untuk menghubunginya, tapi nomernya tak pernah aktif. Ingin sekali aku meminta maaf padanya, tapi ia selalu saja menghindariku.

Aku merasa sangat bersalah padanya. Aku mencoba menemui Irene di rumahnya. Namun nihil, ia tak pernah ada saat aku ke rumahnya. Tak pernah sekalipun. Tetangganya bilang ia pergi bekerja paruh waktu, tapi ahjumma itu tak tau dimana Irene bekerja.

Aku mengunjungi beberapa cafe yg pernah aku datangi bersama Irene,namun aku tetap tak menemukannya.

Aku benar-benar penasaran kemana ia selama ini.
Hari ini aku memutuskan untuk mengunjungi rumah Irene untuk ke sekian kalinya. Aku tetap tak menemukannya.

Aku bertanya lagi pada tetangganya.

"Aku tak tau, tapi sepertinya ia akan pergi jauh. Aku melihatnya pergi dengan membawa koper besar tadi"

Just A FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang