Sakit

17.6K 794 7
                                    

Setelah berdebat dengan Owi di ruangannya, Hendra memutuskan pergi ke apartemen milik Kekasihnya,San San.
menjemput sang kekasih untuk di ajak ke Rumah.

Apartemen milik San San berada di tengah kota, apartemen yang memang sengaja dibelikan Hendra untuk sang kekasih ketika merayakan ulang tahun.

Hendra memasuki Lift memencet beberapa tombol untuk mempercepat ia sampai ke tujuan.

Setelah memberi Kode pasword yang memang sudah diketahuinya, Hendra membuka pintu dan memasuki ruangan sedernaha namun megah yang di dekorasi warna putih dan Hitam.

Terdapat sofa putih dan meja kaca hitam kecil di tengah ruangan, yang biasa digunakan untuk tamu tamu yang berkunjung, disebelah ruangan ada televisi besar, juga sofa putih panjang dan di bawahnya terdapat karpet empuk warna hitam putih kotak kotak bermotif papan catur.

Jika dilihat lebih luas lagi di sudut ruangan juga terdapat dapur yang lagi lagi perabotannya berwarna Hitam putih, disebelah dapur ada bar kecil dan meja makan.

Dengan langkah santai Hendra menaiki tangga menuju lantai atas, ketika kakinya hendak melangkah ke anak tangga ke 3 tiba tiba tubuh Hendra menegang beberapa saat. Ketika merasakan sebuah tangan yang lingkari perutnya yang Sixpack.

"Sayang. Kenapa baru kesini sekarang Hemm?" Suara wanita manja dan menggoda mengalun merdu di telinga Hendra, dengan tubuh yang bergelayut mesra seperti seekor koala, membuat Hendra berbalik menghadap sang wanita yang tak lain adalah kekasihnya, San San.

"Sorry sayang aku terlalu sibuk akhir akhir ini" Hendra memberi kecupan singkat di bibir San San.

"Aku ingin membawamu ke rumahku" tangan besar Hendra mengelus-elus lembut pipi mulus bak perselen sang kekasih membuat sang empuh memejamkan mata.
"Kita bersenang senang disana, aku merindukanmu"

"waaahhh, Apa kita harus membuat DIA cemburu dan Menangis lagi?" San san melingkarkan lengannya ke leher Hendra.

"Ide yang bagus, baby" Hendra menyeringai "tapi sebelumnya aku ingin mencicipimu sekarang, tubuh bagian bawahku minta di puaskan" Hendra berkata serak menahan gairah ketika melihat Lekukan tubuh sang kekasih yang hanya memakai baju terusan transparan memperlihatkan cetak bra berwarna hitam,dengan penasaran ia ingin mencicipi isinya.

San san yang Melihat gairah di mata kekasihnya, dengan cepat menyerang bibir hendra yang di balas dengan agresif oleh lelaki itu.

****

Dengan gusar Lili melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 23.30, berjalan mondar mandir seperti ayam betina yang ingin bertelur .

"Apa dia tidak pulang, ya?"

Dilihatnya meja makan yang sudah tersaji aneka makanan yang mungkin sudah dingin, sebab Lili sudah menyiapkannya sejak tiga jam yang lalu,walaupun Lili tau suaminya tidak pernah mau memakan makanan hasil masakannnya, kecuali kopi.

Walau sudah diperingatkan oleh Hendra untuk tidak memasak untuknya. Lili tetap membuatkan sarapan ketika pagi dan menyiapkan makan malam walau harus berkahir di tong sampah, Lili hanya berharap suatu saat kelak Hendra bisa berubah dan bisa bersikap baik padanya.

Walaupun tak bisa bersikap baik setidaknya lelaki itu bisa melihat dan menerima kehadirannya, sekali saja.

Lili selalu percaya suatu saat nanti apa yang ia perjuangkan dengan sabar akan berbuah Indah pada waktunya, walaupun ia tak tau harus menunggunya berapa lama dan seberapa sakit yang harus ia tanggung sekarang.

Ia terlalu mencintai dan tersakiti diwaktu bersamaan, oleh seseorang yang selalu sebut ia sebagai Suami.

Kau tau rasanya ketika hanya dianggap sampah oleh orang yang kau cintai itu seperti terpreset ke jurang, terjatuh namun kau mampu bertahan pada akar2 atau semak semak di sekitarmu dengan berharap bahwa dia akan datang menolong, mengulurkan tangan panjangnya untuk membantumu ke atas, namun yang terjadi sebaliknya dia datang tapi bukan untuk menolongmu melainkan hendak memutuskan akar yang kau pegang dengan jari2 kusammu, membuatmu jatuh kedalam gelapnya jurang yang begitu dalam, sampai kau tak mampu lagi melihat yang namanya Cahaya.

Terdengar deru suara mobil berhenti, dengan langkah terburu Buru Lili berlari menuju pintu depan, tapi harapan untuk sampai ke pintu harus tertunda

"Sreeetttt Brakkk..."

'Akhhhh' Lili mengaduh sakit, akibat terpreset,

Karena terlalu senang suaminya datang, gadis mungil itu berdiri dan sedikit berlari, tak memperdulikan kakinya yang mungkin akan bengkak karena perbuatannya ini.

Setelah membuka pintu dan sedikit berpeganggan sebab kakinya mulai ngilu, wanita itu bergeming di samping pintu ketika melihat orang yang sedari tadi ia tunggu muncul dan berjalan mendekatinya. Oh Tidak, .suaminya tidak sendiri ada wanita cantik berpakaian terbuka dan seksi sedang bergelayut mesra dilengan suaminya.

Membuatnya terdiam seketika, senyum yang sempat melengkung dibibirnya perlahan lahan menghilang,tertelan malam yang kelam.


Hendra dan kekasihnya melewati Lili begitu saja, namun tiba tiba suara emas wanita menyadarkan Lili.
"Ahh, apa kedatanganku mengagetkanmu, Lili?" Dengan nada mencemooh San San bertanya, ada kesenangan tersendiri melihat Lili tersakiti.

Lili sempat melirik Hendra namun lelaki itu malah membuang muka ketika mata mereka bertemu, 'Alarm kebencian' desah Lili sedih.

"Ahh ,tidak. Tadi pagi Hendra sudah mengatakan kalau ada tamu," Lili tersenyum "tapi tak kusangka jika kaulah orang.nya"
San san sedikit kesal karena Lili dapat menjawab pertanyaannya, biasanya jika ia datang dan bertanya gadis itu akan menunduk dan menangis.

"Apa kalian sudah Makan? Aku sudah menyiapkan makanan untuk kalian"

"Tidak perlu, kita sudah makan diluar" kali ini Hendra yang menjawab.

"Sayang, ayo kita lanjutin yang tadi, aku sudah basah ini" mata Lili terbelalak mendengar ucapan San san yang menurutnya terlalu vulgar. Sedangkan Hendra hanya terkekeh.

"Baiklah sayang" Lili semakin mengeratkan genggaman tangannya pada ganggang pintu, mendengar ucapan sayang Hendra.

***

Setelah kepergian Hendra dan San san, dengan sedih Lili mencoba berjalan dengan tertatih tatih, semakin ia menguatkan kakinya untuk berjalan rasa sakitnya semakin terasa berdenyut denyut.
Mengunakan tembok sebagai pegangan, dengan kaki yang mulai sedikit membengkak Lili mencoba mengabaikan rasa sakitnya dengan terus berjalan, nyeri di kakinya semakin bertambah.

"Aaakhhhh..."
DEG

Langkahnya langsung berhenti mendengar suara desahan dari lantai atas. Tubuhnya merosot kebawah, air yang tadi ia coba bendung sekuat tenaga kini tumpah dengan begitu derasnya,

Lili terduduk lemas dengan kaki kiri di tekuk sedangkan yang Kaki kanan yang membengkak dibiarkan selonjoran. Kedua tanggannya ditekuk diatas lutut kanan dengan kepala di tenggelamkan. bahunya bergetar bersamaan suara isakan yang memecah keheningan malam.Lagi lagi Lili menangis dalam diam.

'Bahkan kau sakiti separah inipun, aku masih bisa mencintaimu' jeritnya dalam hati.

****

Gimana ceritanya makin ancur ya..

Salam handly lovers 😘

Please, Look At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang