Janji

14.1K 592 6
                                    

"Maaf.."

Lily mengerjabkan kedua matanya dengan setengah sadar, ketika merasakan seperti ada sesuatu yang menempel pada bibirnya.

Dia kaget namun tak bereaksi apapun saat melihat seseorang didepannya sedang menciumnya.

Mata Lily melembut menatap seseorang yang tengah memejamkan mata, yaap.. seseorang yang kini tengah mencium bibirnya.

TES

Air mata Lily kembali menetes untuk yang kesekian kalinya, entah sudah berapa kali ia meneteskan air mata hari ini.

"Suamiku..kau kah itu?" Batin Lily berujar Lirih.

Hendra membuka matanya dan menemukan Lily juga sedang menatap matanya,  lama mereka saling menatap satu sama lain sampai akhirnya Hendra perlahan menjauhkan wajahnya sehingga bibir mereka terpisah.

Ada rasa kehilangan dihati Lily ketika bibir mereka tak lagi menyatu.

"Ahh.. maaf aku ketiduran" Lily bangun dari rebahannya dan duduk. "Emm.. kau sudah lama datang ya? Apa kau mau makan dulu apa mandi dulu Hend?" Tanya Lily menatap Hendra yang sedang berjongkok dibawahnya.

Tak ada Respon dari Hendra.

Lily jadi gugup, apakah Hendra marah padanya gara gara ia ketiduran? Lily menundukkan kepala sambil meremas kedua tanganya yang bertautan dengan gelisah.

"Hendra.. ma-maaf aku ketiduran, tapi kalau kau mau makan aku akan memanaskan makanannya,  atau kau mau mandi? Hem? Aku akan menyiapkan air hangatnya dulu ya?" Tanya Lily dengan cepat ada nada getar dalam suaranya.

Dia, terlalu takut ya?

Masih tak ada respon Dari Hendra,  pria itu masih tetap diam di posisinya. Mata pria itu tak pernah lepas menatap Lily, ekspresinya sangat sulit untuk Lily tebak.

Tak kunjung dapat respon akhirnya Lily berdiri berinisiatif  ingin menyiapkan air hangat untuk suaminya. Hendra selalu akan mandi ketika ia pulang dari kantor dengan menggunakan air hangat.

Lily baru berjalan dua langkah namun pergelangan tangannya di pegang Oleh Hendra. Lily terdiam tak berani berbalik dia hanya menunduk dan memejamkan matanya.

Tanpa disangka tubuhnya seketika menegang, tangannya gemetar merasakan Hendra tengah memeluknya dari belakang. Lelaki itu memeluknya secara posesif  melingkarkan kedua lengan kelarnya di perut Lily.

Hendra menyembunyikan Kepalanya dalam ceruk leher Lily.

"Maaf.." Gumam Hendra. "Maafkan aku Lily.." kata Hendra Lagi.

Lily terdiam matanya terbelalak kaget, dia tak salah dengar kan? Telinganya masih berfungsi dengan baik kan? terus apakah benar Hendra meminta maaf padanya?

"maaf untuk apa?" Tanya Lily lembut setelah bisa menguasai keadaan.

"semuanya.." Jawab Hendra, mengagkat kepalanya. Dia memutar tubuh Lily sehingga sekarang mereka saling berhadapan.

"Maafkan aku yang selalu membuatmu menangis setiap hari, maafkan aku atas semua keegoisannku, maafkan aku atas sikapku selama ini, maafkan perkataanku yang selalu menyakitimu Lily" Hendra berkata dengan lemah suaranya serak matanya sedikit berkaca kaca.

"Maafkan aku.." ucapnya sekali lagi dengan kepala tertunduk.

Lily menelangkupkan kedua telapak tangannya pada pipi Hendra dengan lembut, dia mengangkat kepala Hendra sehingga mata mereka saling menatap.

" Tak ada yang perlu di maafkan Hend, aku sudah memaafkanmu dari sebelum kau meminta maaf" Lily tersenyum

"aku tidak apa-apa kok, aku sudah terbiasa dengan ini semua. Hidup selama hampir setahun denganmu membuatku kebal untuk menghadapi sikapmu" Sambung Lily lembut.

Please, Look At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang