#1 Bumi Malam Hari

981 61 4
                                    

Pernahkah kamu terpikir suatu perandaian? Yang tafsirnya sanggup mendeskripsi keterkaitan diantara kita? Kalau belum, coba simak ini.

Bumi Malam Hari

Semesta. Ia begitu luas.

Dan memuat begitu banyak instrumen langit.

Umpamakan itu manusia.

Jika engkau adalah Bumi, maka pasti akan ada sosok yang akan menjadi Bulan buatmu.

Yang tak pernah lekang dari mengelilingimu sembari engkau meniti jalanmu.

Aku tau kamu tau pasti bahwa aku ingin jadi itu.

Dan kamu juga tau aku tau pasti bahwa aku tak bisa jadi itu.

Satu yang kuakui, aku adalah Bintang di salah satu pojok langitmu.

Yang selalu menetap disatu tempat, tak peduli dipuji atau di abai-i.

Yang selalu menatap ke satu tempat, tak peduli jauh atau dekat.

Yang ketika massanya habis bisa terbakar, tertelan gravitasi miliknya sendiri, lalu hilang dari semesta tanpa Bumi ketahui, apalagi tangisi lalu ratapi.

Kenapa demikian? Karena Bumi punya banyak Bintang. Iya kan?

Lantas bagaimana dengan Mars? Pantaskah ia menjelma jadi Bulan? Atau malah hanya setara dengan Bintang?

Bisa ya, bisa tidak.

Setauku, Mars adalah bayang-bayang. Menguntit Bumi pada rute yang sendiri-sendiri. Searah namun tak sejalur.

Ketika dekat, barangkali Bumi anggap ia Bulannya.

Dan kala jauh, Bumi anggap ia Bintang.

Tapi ingat, Mars juga punya bulan sediri. Tak harus melulu dengan Bumi.

Sekarang apakah kamu paham? Kuharap iya, karena setelah ini aku tak tahu mesti bagaimana lagi mengisyarat padamu. Jadi ya, sekarang terserah kamu saja.

19/01/'16
Dieny A.

Jangan lupa mampir ke work saya yang lain ya, judulnya '(Not) Far Enough To Move On'. Timaaci!

 Timaaci!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Analogi AntariksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang