Extra Part

158 10 0
                                    

Tulisan ini kutulis ketika aku mendapat kabar perihal kita yang akan bertemu. Rasanya, euforia seperti membanjiri aliran darahku sehingga aku tak henti-hentinya memikirkan pertemuan itu. Tapi akhirnya, klise. Tidak ada pertemuan. Maka disinilah tulisan itu bermuara, edisi dibuang sayang.

Dipertemukan kembali.

Kau dan aku.

Oleh orbit yang entah bagaimana memaksa rute kita untuk memipih.

Berpapasan, berhadap-hadapan.

Dapat kurasakan atmosfer-atmosfer kita merintih.

Saling tertindih.

Sama-sama bingung memulai percakapan.

Harusnya "Bagaimana kabarmu?" maupun "Apa kabar satelitmu?" bisa dengan mudah meluncur dari bibirku. Atau bisa jadi, bibir kita –dua instrumen langit yang tak lagi ada rasa apa-apa.

Tapi kau bergeming ditempatmu berevolusi.

Porosmu pun tetap berotasi.

Dan aku, tak akan mengizinkanmu mengintip langitku.

Yang tengah menumpahkan hujan-hujan sembilu.

Meneteskan air mata rindu.

Kugembok kuat-kuat atmosfer diri.

Kututup rapat-rapat permukaan ini.

Lantas dalam-dalam kutimbun kunci.

Hingga luber bersama magma di dalam inti.

Menyembunyikannya sejauh mungkin dari jangkauanmu.

Tak akan membiarkanmu menyapaku sehangat dulu.

Tak membolehkan kau mencengkramaiku selekat dulu.

Tak ingin aku tersentuh semudah itu.

Namun rupanya, memang tak perlu kata-kata.

Sebab terlanjur berkhianat, atmosfer milik kita.

Mereka dengan leluasa bertegur sapa, lewat mata.

Bertanya kabar, mengungkap rindu, dan berbagi kisah-kisah lama.

Kulawan atmosfer-atmosfer pembangkang itu.

Kukerahkan tenaga untuk memutar kembali orbitku.

Ingin rasanya jauh-jauh darimu.

Tapi nyatanya, seluruh yang kulakukan justru berusaha memberhentikan orbitmu.

Menahanmu untuk lebih lama lagi bersisian denganku.

Membelokkan paksa rutemu, agar beriringan dengan milikku.

Lantas begitu ingin membisikkan pada langitmu, "Jangan lagi tinggalkan aku."

Diujung persimpangan, kukatakan sudah berhenti memerhatimu.

Padahal aku sendiri ragu akan hal itu.

Aku benci tak jujur kepadamu.

Namun lebih khawatir kau akan membuatku jatuh untuk kedua kali.

Dan terluka kembali.

MembuatNya marah lagi.

Dieny A.

Analogi AntariksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang