Aku merindukanmu.
Apa lagi yang bisa kulakukan jika hal itu terjadi?
Rasanya gila. Ini benar benar menyesakkan jika aku lagi lagi terjebak dengan obrolan tentang laki-laki. Siapa lagi yang bisa kufikirkan selain dirimu, hah?
"— oke, kalau kamu?"
Meski kucoba pun, lagi-lagi hanya namamu yang muncul dalam benakku.
"Hei.."
Dasar pengacau! Bagaimana kau bisa terus mengusikku meski keberadaanmu tak lagi terlihat dimataku?
"KINAR!"
"Huh," Aku tersentak kaget, lalu kikuk melihat ke arah panggilan itu. "Uh, sorry. Kenapa?"
Ku lihat Riri menepuk dahinya pelan atas responku, dan aku tahu arti tindakan itu — tipe gadis yang melebih-lebihkan masalah kecil.
Karena itu, aku beralih menghadap gadis satu nya lagi untuk mendapat jawaban."Riri tanya, kamu bakal datang sama siapa di hari ulang tahunnya nanti," jelas Shinta, si anggun berambut panjang yang sudah bersamaku sejak sekolah menengah pertama.
Aku diam sebentar sebelum mengangkat bahu.
"Jangan bilang kalau kamu ga ada niat untuk datang?" sangsi Riri, telunjuknya diangkat mengarah padaku.
Riri itu bukan hanya suka melebih-lebihkan masalah, dia juga termasuk gadis manja yang kesal mendapat penolakan. Menurutku, yang baik dalam dirinya hanya satu hal — rasa kesetia kawanannya.
"Kapan aku bilang begitu?" sanggahku, bisa rumit urusannya kalau gadis satu ini tiba-tiba ngambek. "Lagian, acara sweet seventeen kok tema nya sweet couple? Itu acara ulang tahun, atau acara pertunangan massal, pakai harus bawa pasangan segala."
Shinta terkekeh dengan jawabanku.
"Astaga Kinar.." Riri mulai berargumen "Ini tuh romance tau gak?! Romantis.. Apa salahnya sweet seventeen dibuat kayak gitu? Apalagi ini sweet seventeen seorang Riri Miranda, cuma sekali seumur hidup! Makanya aku buat spesial. Dan juga, aku kan cuma minta bawa pasangan. Bukan cincin, apalagi buket bunga. Jadi ga ada hubungannya sama pertunangan massal."
Aku menghela nafas di akhir argumen Riri, sementara Shinta terkikik pelan disebelahnya. Dia begitu geli melihat respon santaiku menghadapi Riri yang berbicara ekspresif begitu.
Jadi Riri, setelahnya wajahnya masam. Wajar sih, dia sudah memikirkan konsep pesta itu sejak lama. Aku bahkan Shinta juga ikut serta membantu persiapan sweet seventeen-nya ini. Tentu saja dia akan kecewa jika rencana nya ada yang tak berjalan sesuai harapan.
Tapi kan, untuk yang satu itu —
"Aku datang Ri. Jangan cemberut gini lah," ujarku.Secepat itu ekspresi Riri berubah. "Deal! Kamu emang harus datang," tunjuknya ke arahku. Cemberutnya hilang, tapi dia kembali jadi Riri yang menyebalkan. "Jadi, rencananya kamu bakal datang sama siapa?"
Diam.
Pertanyaan yang dilontarkan Riri, terkesan lain dalam anggapanku. Dan jika dihadapkan pertanyaan seperti itu, aku tak pernah bisa menjawab nama lain selain orang yang 'tidak ada' itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Pair Of Swing Memories
Teen Fiction[COMPLETE] . . Itu hanyalah sepasang ayunan tua. Tak berguna, tak terawat, tak begitu menyenangkan. Tapi bagi Kinar, itu adalah sepasang ayunan. Tak ada kata 'tua' yang menghalangi senyum, karena benda tua itu saksi bahwa Kinar pernah tersenyum. Sep...