#04

131 22 6
                                    

''YEEAAAAHHHH!''

Kei, Ryosuke, Yuri, dan Daiki kompak menutup telinga mereka, begitupun anggota orkestra lainnya. ''Hei, berhenti!'' sahut Yuri, ''telingaku bisa pecah kalau kalian tidak mau berhenti!'' ''Yang seperti itu kalian sebut musik ya?!'' sahut Ryosuke, ''tidak berirama sama sekali!''

''Haaah, dasar kolot,'' ucap Yuto, dia memukul simbal drum hingga mengejutkan yang lain dan berkata, ''musik rock itu adalah musik yang bisa menjadi media untuk melampiaskan semua emosi negatif kita. Kita menuangkan emosi melalui musik dan menjadikannya lagu yang menarik.''

''Oh jadi begitu,'' Yuri langsung melangkah mendekati Yuto dan memasang wajah takjub, dia mendekat dan berkata, ''pantas saja musiknya jelek sekali. Yang tertuang pasti hanya emosi yang jelek.''

''Ayolah, Chii,'' ucap Keito, ''cobalah untuk mendengarkan musik lain dengan perasaan tenang. Kalau belum apa-apa kau sudah berpikiran buruk, maka semua musik akan terdengar jelek di telingamu.''

''Jangan memanggilku Chii!'' sahut Yuri kesal, ''kau bukan temanku!''

Kei menghela napas, dia menatap anggota orkestra yang lain dan berkata, ''Ayo kita latihan lagi.'' Kei mulai memainkan pianonya. Ryosuke menghela napas dan bersiap memainkan biolanya, begitupun Daiki. Yuri mendelik kepada Yuto dan Keito, dia kembali ke kursinya dan mulai berlatih musik.

''Aku jadi mengantuk,'' komentar Hikaru sambil menguap, ''musik mereka benar-benar musik pengantar tidur. Aku seperti ada di panti jompo.''

Kei merasa terusik dengan ucapan Hikaru, dengan keras dia menghentakkan jarinya di tuts piano hingga mengeluarkan bunyi keras dan mengagetkan yang lain. ''Berhentilah menghina musik klasik!'' sentak Kei marah, ''orang barbar seperti kalian tidak akan mengerti keindahan musik klasik! Diam saja kalau tidak mengerti! Kau merusak konsentrasiku!''

Hikaru sudah akan maju, tapi Yabu dengan sigap menahannya. ''Moi yo,'' ucap Yabu menengahi, ''kendalikan emosimu, Hika.'' Yabu menatap Kei yang terengah-engah dan melotot marah kearah Hikaru, dia tahu gadis itu sudah sangat marah. ''Daripada kau membuang emosimu seperti ini, tenangkan emosimu dengan bermain musik,'' ucap Yabu, ''itu akan membuat suasana hatimu menjadi lebih baik.''

''Keluar kalian!'' teriak Kei, ''aku tidak membutuhkan kalian!''

''Memangnya siapa yang membutuhkanmu?'' ucap Hikaru, dia menyambar bass dan tasnya lalu melangkah keluar ruangan. Yuto dan Keito juga menyusul Hikaru, Yabu mengerling sekilas kearah Kei sebelum berlari menyusul tiga kawannya.

Yuya menatap Daiki yang menatapnya sedih, dia menghela napas dan ikut berlalu. Ada secuil perasaan bersalah dari diri Yuya melihat Daiki sedih, tapi dia juga tidak bisa mengabaikan teman-teman bandnya begitu saja. Mereka lebih membutuhkan Yuya daripada anak-anak orkestra itu.

Ryosuke menatap Kei yang tampak stress, dia meletakkan biolanya dan melangkah keluar ruangan. ''Yama-Chan, kau mau kemana?'' tanya Yuri, tapi Ryosuke tidak mengindahkannya. Ryosuke menoleh, dia berlari menyusul anggota band Party Monsters dan berkata, ''Yaotome-San, minta maaf kepada Inoo-Chan sekarang.''

Kelima pemuda itu menoleh menatap Ryosuke. ''Kau sudah benar-benar membuatnya marah,'' ucap Ryosuke, ''selama ini Inoo-Chan diam saja sekalipun kalian mengejek musik klasik. Dia tidak pernah menghina musik kalian di depan orang lain, bahkan di depan anggota orkestra lainnya. Inoo-Chan tidak menyukai musik rock, tapi dia tidak pernah menghina musik itu.'' Ryosuke menghela napas sejenak. ''Dan sikapmu tadi benar-benar sudah melukai perasaannya,'' ucap Ryosuke.

Hikaru terdiam, dia terlihat sedang berpikir serius. ''Inoo-Chan sangat menginginkan pertunjukan yang sempurna,'' ucap Ryosuke, ''lagipula, menyandang predikat kebanggaan akademi itu tidak semudah yang kalian bayangkan. Mengertilah.'' Ryosuke membungkuk memberi salam, dia berlari kembali ke ruang latihan orkestra.

Perfect HarmoniesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang