#09

130 21 5
                                    

Daiki dan Yuya berjalan pelan bersama. ''Hari ini masih tidak ada latihan,'' ucap Daiki menghela napas, ''haaaah, aku sudah lama tidak memainkan biola.''

''Kenapa kau tidak berlatih sendiri saja?'' tanya Yuya, ''kau sudah bisa bermain biola, kau bisa melatihnya sendiri.''

''Tapi permainan biolaku tidak sebagus Chii atau Yama-Chan,'' ucap Daiki, ''kalau aku berlatih bersama mereka, mereka bisa mengoreksi kesalahan permainanku. Inoo-Chan juga, meskipun dia tidak memainkan biola tapi dia juga sering melatihku.''

Yuya mengangguk-angguk paham. Mereka terus berjalan, baru beberapa langkah Daiki mendadak berhenti dan setengah terbelalak menatap kedepan. Yuya ikut menoleh, dia melihat seorang pria dan seorang wanita berjalan kearah mereka. ''Darimana saja kau, Daiki?'' tanya Si Pria tegas, dia menatap Yuya dan kembali bertanya, ''siapa anak muda ini?''

''Ano.... Otou-San, dia....'' Daiki mendadak gugup. Yuya membungkuk memberi salam, lalu meneruskan ucapan Daiki, ''Saya teman satu akademi Dai-Chan. Takaki Yuya desu, yoroshiku.''

Ayah Daiki menatap Yuya dengan pandangan mengintimidasi, sedangkan Daiki termangu menatap Yuya. Ini pertama kalinya Yuya menyebut namanya, bahkan memanggil Dai-Chan. ''Putriku tidak pernah memberitahu kalau dia berteman dengan pemuda seperti dirimu,'' ucap Ayah Daiki sinis.

''Kami bekerjasama untuk Final Jam, Otou-San,'' Daiki menjelaskan, ''grup Aozora berkolaborasi dengan band rock Takaki-Kun, Party Monsters.''

''Band rock? Band rock katamu?'' sahut Ayah Daiki, ''Daiki, kau tidak boleh berteman dengan rocker!'' Ayah Daiki langsung menarik Daiki menjauh dari Yuya. ''Masuk,'' titahnya, ''ini sudah malam.''

''Tapi, Otou-San....'' Daiki menghentikan kata-katanya kala dia menatap Yuya. Yuya mengangguk pelan, memberi tanda kepada Daiki untuk tidak membantah ayahnya. Dengan wajah tertunduk, Daiki berjalan masuk ke rumahnya didampingi Sang Ibu.

Yuya bertatapan dengan ayah Daiki, dia membungkuk memberi salam. Tanpa bicara, pria itu langsung melangkah meninggalkan Daiki dan menutup pintu sedikit keras. Yuya menghela napas, dia menoleh sekilas kearah rumah Daiki dan berjalan meninggalkan lokasi.

*

Hikaru berdiri di depan pintu apartment Kizuna. Dia menghela napas, menunduk menatap selembar kertas berisi pesan kepada gadis itu agar menemui yang lain. Hikaru menoleh, dia kembali menghela napas kala melihat kotak surat Kizuna masih penuh dengan lembaran-lembaran kertas. Itu artinya Kizuna masih belum kembali ke apartmentnya. ''Sebenarnya dimana dirimu?'' gumam Hikaru, ''menghilang begitu saja, tidak memberi kabar. Dasar payah.'' Hikaru memasukkan kertas di tangannya ke kotak surat itu, dia lalu melangkah menjauhi apartment Kizuna.

''Yaotome-San.''

Hikaru berhenti, dia menoleh menatap Kei yang setengah berlari kearahnya. ''Dia belum kembali, hm?'' sahut Kei, ''kita tidak usah mengharapkannya. Kita bekerjasama saja membuat lirik yang bagus. Bukannya itu lebih baik?''

''Tapi....''

''Mengharapkan Kizuna-Chan akan datang tepat waktu sama saja dengan berharap pohon apel berbuah jeruk,'' sela Kei, ''dia tidak pernah berubah.'' Kei menggenggam tangan Hikaru lembut, dia meneruskan, ''Jangan sampai kau merasakan apa yang kurasakan tiga tahun lalu, Yaotome-San.''

Hikaru menatap tangan Kei yang menggenggam tangannya, dia lalu beralih menatap gadis itu. ''Ikkou,'' ajak Kei tersenyum, ''kita harus latihan. Kita sudah melewatkan dua hari, dan waktu terus berjalan.''

Hikaru mengangguk, dia berjalan bersama Kei menjauhi apartment Kizuna. Benar kata Kei, biarkan saja kalau Kizuna memang tidak mau membantu.

*

Perfect HarmoniesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang