Promise : Prolog

656 20 8
                                    

Kiza POV

Aku berlari nogs-ngosan menuju taman kompleks. Setelah Anza menyuruhku untuk datang menemuinya disana.

Siittt akhirnya aku sampe juga ditaman kompleks aku berlari dengan napas tersenggal-senggal menghampiri Anza yang sedang duduk di bangku taman dengan posisi membelakangiku.

Begitu aku sampai di belakangnya aku kira dia tidak menyadariku. Aku pun mengerjainya. Aku menutup mata Anza dengan kedua telapak tangan ku sambil tersenyum lebar.

Karena Anza tidak merespon ku akhinya aku menurunkan kedua tangan ku dari mukanya. Dan memilih duduk di sebelahnya.

Aku melihat Anza yang sedang menatap lurus kedepan entah apa yang di lihatnya di sana.

"Sorry gue telat soal.." ucapn ku tergantuk ketika Anza tiba-tiba melemparkan beberapa lembar kertas ke mukaku.

Aku bertaut bingung dan melihat anza bangkit dari duduknya.

"Kita putus" ucap Anza dan pergi meninggalkanku tanpa menatapku.

Aku melihat bayangan punggungnya semakin menjauh dari hadapanku.

Aku mengambil kertas yang dilempar Anza barusan.

Aku mematung.

Aku merasakan cairan panas membasahi pipiku. Aku menangis dalam diam.

Flashback on

"Temuin gue ditempat biasa" belum sempat aku menjawabnya anza memutuskan sambungan telponnya.

Aku bergegas keluar kamar.

Aku mengedarkan pandanganku setelah aku keluar rumah menunggu angkutan lewat tapi sudah 15 menit aku berdiri disini masih belum ada yang lewat juga.

Aku memilih untuk berjalan kaki karena langit yang mendung dan aku takut Anza kehujanan gara-gara terlalu lama menungguku.

Aku berlari dengan sisa tenagaku kakiku mulai melemas karena jarak rumah ku menuju taman kompleks lumayan jauh.

Dan.... Yeah aku sampi juga

Flashback off

Aku mematung memandangi kertas yang ada di tanganku sambil sesekali-kali menyeka air mataku yang tak hentinya membasahi pipiku.

'Anza' orang yang selam ini aku kenal sebagai orang yang penyabar, dewasa dan penuh perhatian.

Tapi 'Anza' yang kulihat tadi bukanlah anza yang selam ini mengisi kehidupanku.

Anza yang kukenal sekarang adalah anza yang menghancurkan hatiku hingga berkeping-keping.

Anza yang dengan santainya menucapkan kata yang paling aku benci.

Anza yang dengan keegoisannya tanpa mau mendengarkan penjelasanku dulu.

Aku berlari meninggalkan taman kompleks tidak peduli dengan guyuran hujan yang kini membasahi sekujur tubuh ku.

Aku terus berlari membelah jalanan yang sepi dengan air mata yang terus membasahi pipiku.

Aku ga peduli dengan rintikan hujan yang mendinginkan sekujur tubuhku hingga perlahan penglihatanku menggelap dan aku tak ingat apa-apa...

Finaly bisa bikin cerita yang ke-2 walaupu absurd tapi ta apa lah mudah-mudahan pada suka

Voment & coment

Sekaligus kasih saran buat saya :D

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang