Promise : (14) Yes Or No

117 5 2
                                    

Kini kami telah samapai di tempat perkemahan yaitu di puncak, pengurus osis langsung membagi tugas kelompok. Aku di bagian kelompok memcari kayu bakar sedangkan Lisa, Naya dan Keya di tempatkan di kelompok bagian konsumsi. Itu artinya aku harus berpisah dengan mereka.

Sebenarnya dari kelasku aku nggak sepenuhnya sendirian aku satu kelompok bersama Daniel dan aku bisa bernapas lega karenanya, 3 orang kelompokku aku tidak begitu mengenalinya walaupun kami satu anggatan tapi, karena berbeda kelas aku tidak begitu mengenali mereka.

"De, lo satu kelompokkan sama gue?" Danial menghampiriku dengan air mineral di tangan kanannya.

"Iya" aku mengangguk dan mengambil botol minum dari tangan Danial, saat dia menyodorkannya kedepanku.

"Bagus. Lo jangan jauh-jauh dari gue"

"Hm" jawabku sambil menegak air minum.

Aku dan Danial beserta kelompokku yang lainnya berjalan beriringan sedangkan 3 orang lagi sudah mendahului kami.

Aku memungut beberapa kayu bakar yang aku temu sesekali Danial membantuku, kalo di suruh milih sih aku lebih baik bagian konsumsi dari dapa mencari kayu. Harus jalan menanjak dan kayunya juga susah di carinya.

"Emang bener ya Karina jadian sama Anza?"

"Yang gue denger sih, Karina deketin Anza. Ya lo tau lah dari kelas satu kan dia udah naksir sama Anza cuma, karena waktu itu Anza udah punya pacar aja. Mungkin karena sekarang Anza udah putus, si Karin deketin tuh, itu sih yang gue denger."

Aku  mendengar pembicaraan dua orang cewek yang ku tau satu kelompok sama aku, aku  mendengarnya saat aku mengistirahatkan tubuhku sejenak.

Mereka melirikku yang sedang berdiri di belakang mereka, mungkin mereka mendengar suara saat aku membereskan kayu bakar yang aku bawa, makannya mereka berbalik dan melihatku.

Mereka sedikit salah tingkah saat melihat tubuhku, mungkin mereka takut pembicaraannya terdengar olehku, walaupun kenyataannya iya. Aku memberikan senyum simpul dan mereka mencuekkanku dan bergegas menjauhiku. Aku tidak yakin mereka mengetahuiku sebagai 'mantan' Anza.

"Hey. Kenapa?" Danial menepuk pundakku.

Aku tersenyum menggeleng. "Pegel" aku memukul-mukul pundak dan tanganku.

Daniel terkekeh. "Manja"

Aku mendelik sebal. "Gue nggak manja. Enak aja lo"

"Buktinya baru nyari kayu bakar aja ngeluh. Mana baru dikit lagi" ejek Danial.

"Pala lo buta, segini banyaknya, gue pegang pake dua tangan aja nggak kepegang"

"Banyakan punya gue" Danial mencibir kearahku.

Aku hanya mendengus tidak berniat membalas ejekan Danial.

"Mau kemana?" Danial menahan tanganku saat aku bangkit berdiri.

"Balik  ketenda lah."

"Tunggu. Gue mau ngomong" Daniel kembali mendudukkan tubuhku.

"Lah, lo kan dari tadi ngomong aja" aku mengkerutkan keningku.

"Ada yang mau gue tanyain"

aku mengangkat sebelah alisku.  "Nanya apaan?"

"Lo nggak balikan kan sama mantan lo?" Danial menatapku.

Aku menggeleng.

"Lo masih suka sama dia?" Danial semakin menatapku dalam.

Tubuhku seketika menegang, aku tau siapa yang di maksud Danial. Apa kah aku harus jawab jujur apa berbohong?.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang