Promise : (7) Crazy

136 8 0
                                    


Maafkan segala ketypoannya;)

Happy Reading......

"Hai!. Yuk!" kata Daniel sambil menarik tanganku.

"Iye bentaran kudanil" jawabku sambil memasukan barang-barangku ke tas.

"Dia pulang bareng gue" ucap seseorang yang jelas bukan Daniel, tapi ko aku kenal ya suaranya.

Aku mengangkat kepalaku.

"Lo pulang bareng gue" ucap Anza yang sudah berdiri di depanku.

"Emang lo kenal dia de?" tanya daniel polos.

Aku masih diam.

"Lebih dulu kenal sebelum lo" jawab Anza datar.

"Gue gak mau" aku angkat bicara dan melangkahkan kaki jenjangku menarik tangan daniel.

"Lo punya utang sama gue" ucapnya menghentika langkahku.

Aku membalikan badanku menghadapnya.

"Lo punya utang sama gue" ulangnya.

"Gue ga ngerasa" jawabku dan melangkahkan kakiku, tapi lagi-lagi terhenti.

"Lo cupu"

Aku mebalikan badanku lagi.

Aku berjalan mendekatinya. "maksud lo apa?" tanyaku setelah tiba dihadapannya.

Dia menaikan sebelah alisnya dan tersenyum miring.

"kalo lo bukan orang cupu tepati janji lo" bisiknya di kupingku.

"MAU LO TUH APA SIH" Jawabku yang sudah ter sulut emosi.

Anza menarik tangnku keluar kelas melewati Daniel yang masih melongo memandangi kami.

"LO GILA" teriaku.

"Terserah lo, itu juga kalo lo ga mau dibilang cupu" jawabnya tenang dan tersenyum miring.

"Aahh" aku mengerang prustasi. "Ok fine" ucapku naik keatas motornya.

Kenapa aku bisa naik kemotornya?

Tadi pas kami tiba diparkiran sekolah. Lebih tepatnya karena paksaan Anza aku berada di parkiran sekolah.

Dan kalian tau dia meminta apa? Dia meminta imbalan karena telah membantu aku ngerjain soal fisika.

Dan kenapa juga aku berteriak.? Dia menjadikan aku babu dan menyuruhku menginap malam ini dirumahnya. Gilakan.

"Turun" perintahnya. Setelah tiba di depan rumahnya.

Akupun sedikit meloncat turun dari motor Anza. Brukk

"Aaww" ringisku memegangi pergelangan kaki ku.

Anza turun dari motornya dan berjongkok di depanku.

"Coba gue liat" ucapnya mengulurkan tangannya.

"Ga usah" kataku menepis tangannya.

Anza beranjak berdiri.

Aku berusaha bangkit berdiri namun gagal. Dan lagi aku terduduk ditanah dengan sangat mengenaskan.

"Ck! Makannya jadi orang jangan keras kepala" ucap Anza mendekatiku.

"Aaahh.. Anza turunin gue" kataku ketika Anza tiba-tiba mengangkat badanku.

"Diem" ucapnya membuka pintu rumah dengan kakinya lalu membaringkanku di sofa.

"Lo tunggu dulu disitu" ucapnya dan pergi ninggalin aku.

Huh untung aku masih bisa mengontrol eksfresiku kalau engga. Pasti muka aku udah kaya kepiting rebus.

"Aaa.." teriaku ketika ada yang memegang pergelangan kaki ku yang keseleo tadi.

"Udah enakan belum?" tanya Anza menutup botol minyak urut yang ada ditangannya.

Aku menatap Anza sengit "Sakit bego"

"Lo tuh yah! Udah untung gue tolongin"

"Ini semua gara-gara lo"

Anza menaikan alisnya. "Gue?" tnjuknya

"Iye"

"Lo kali yang ceroboh"

"Elo"

"Lo"

"Lo"

"Tau ah pusing gue deket-deket sama lo" ucap Anza berjalan kekamarnya.

Nyebelin banget sih lo jadi cowo. Batinku.

Setelah Anza masuk kedala kamarnya aku memilih menonton tv dengan kaki  teresok aku berjalan menuju ruang tv. Aku mendarat pantatu ke sofa dan mengambil remot yg lalu menyalakannya.

Eemmm bau apakah ini?

Kruyk kruyk.. Aku memegangi peruku. Laper gue. Batin ku

Ni bau masakan tapi siapa yang masak?. Masalahnya kan di rumah Anza ga da orang selain aku sama dia.

"Makan" ucap Anza menyodorkan sepiring nasi goreng kehadapanku. Duduk disebelahku

Aku membulatkan mataku lucu. Dan senyumku mengembang.

"Tau aja lo" ucapku

"Iyalah gue mah peka orangnya" jawabnya menekan kata 'peka'.

"Gak usah kalo gak ikhlas" ucapku menyodorkan kembali nasi goreng ke depan Anza.

"Makan" perintahnya sambil menyodorkan sendok berisi nasi goreng kedepan mulutku. "Aaa" lanjutnya.

"Gue bisa.." ucapanku terpotong karena mulutku terisi nasi goreng.

"Kalo makan yang bener" ucap Anza menyentuh sudut bibirku.

De javu.

Aku mendengar Anza terkekeh.

"Sialan lo" ucapku mengambil sepiring nasi goreng dari tangan Anza.

Anza terbahak melihat salah tingkahku.

Uhuk uhuk...

Rasain lo.

Kini aku yang terbahak melihat Anza tersedak nasi goreng yang aku masukan ketika dia menertawaiku. Ahahaha emang enak.

"Kiki lo..." ucap Anza mengejar aku yang sudah ngiprit kedapur.

"Rasain lo. Siapa suruh lo jailin gue" kataku masih berusaha melarikan diri dari Anza yang terus mengejarku.

"Sini gak lo" ucap Anza.

"Wlee ga kena" kataku memeletkan lidahku sambil berlari mengelilingi meja makan.

Hingga tiba-tiba sebelah kakiku tersandung kursi.

"Aaa..." teriaku.

Tadi kan aku kesandung kursi tapi kok ga ngerasain nyium lantai yah?..

Aku membuka mataku.

Ganteng banget. Batinku

Eh! Tunggu. Itukan. "Aaa.." teriaku lagi. Karena, badan yang aku tindih adalah badan Anza berarti muka yang aku puj...

"Anza" pekik aku sambil berdiri.

"Duh. Bukannya dari tadi kek lo berdiri, sakit semua nih badan gue" kata Anza bangkit berdiri.

"Lo tuh yah nyari kesempatan dalam kesempitan banget sih!" ucapku memarahi Anza.

"Bukannya bilang makasih kek lo sama gue" jawabnya sambil mengelus punggungnya.

"Kalo ga lo udah nyium tuh lantai" lanjutnya meringis.

Iya juga sih. Tapi tetep aja ini gak bener.

"Minggir lo" ucapku mendorong bahunya dan melangkahkan kakiku keruang tv.

Jangan lupa tinggalkan jejak;)

Thank you:*







PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang