Aku turun dari mobil lisa yang sekarang sudah terparkir sempurna di depan rumahku yang diikuti oleh lisa dan naya. Iya. Lisa dan naya kerumahku karena aku akan curcol mengenai putusnya aku sama anza. Cih. Aku malas menyebutkan namanya.
"Asalamuallaikum, bunda" ucapku memasuki rumah.
Terlihat bunda yang sedang menonton siaran televisi di ruang tengah. Kami pun menghampiri bunda.
"Udah pulang ki" tanya bunda tersenyum setelah kami mencium tangannya. Dan langsung naik kelantai dua ke kamar ku.
"Sekarang lo cerita kenapa lo bisa putus sama anza" tanya naya yang sedang duduk di kasurku sambil memakan camilan.
"Bener banget gue penasaran" timpal lisa.
Aku menarik napas dalam-dalam. Aku membuka mulutku dan mulai menceritakan semuanya. "Dia mutusin gue kemarin malam" kataku yang ditatap oleh lisa dan naya. "Dia mutusin gue karena dia salah paham dan ga mau dengerin penjelasan gue dulu. Dia mutusin gue di taman yang biasa kita ketemu. Gue kira dia mau ngomong apa? Nyuruh gue dateng kesana, ternyata dia cuma mau matahin hati gue" Ucapku terdengar lirih. "Dia mutusin gue gara-gara ini" ucapku sambil nunjukin poto.
Lisa dan naya menatap poto itu dan beralih menatapku lagi. Naya menaikan satu alisnya.
"Jadi cuma gara-gara ini?" tanya naya.
Aku mengangguk.
"Lo gamau buat jelasin lagi sama dia?" tanya lisa yang menatapku dengan tatapan sendu.
Aku menggeleng "gue udah terlanjur sakit dan gue udah ngibarin bendera permusuhan gue sama dia, terus dia juga nantangin gue" ucapku.
"HAH" Ucap lisa dan naya berbarengan.
Aku melempar bantal ke muka mereka "berisik. Jadi lo pada harus bantuin gue" ucapku sambil turun dari kursi belajar.
Lisa dan naya saling pandang.
"Sekarang kita harus ngerancanaiin sesuatu" ucapku sambil merebut snack yang ada di tangan naya.
"Kiki itukan punya gue" ketus naya mengerucutkan bibirnya.
Aku nyengir.
"Kalian berdua gila tau ga?." ucap lisa "harunya tuh ya di omongin baik-baik. Kalian dulu pas jadian baik-baik kenap, pas putus musuhan".
Ok sepertinya lisa tidak mendukungku.
Aku menatap naya.
Naya mengerutkan keningnya " gue ga mau ikutan" ucapnya
Aku mengerucutkan bibirku "Aaahhh elo-elo tuh ya bukannya bantuin temen lagi kesusahan" kataku merajuk.
Naya dan lisa menatapku "GA MAU DAN GA AKAN PERNAH MAU" Ucapnya berbarengan yang terdengar memekikkan telingaku.
"Itu semua karea elo yang buatnya jadi rumit. Coba aja lo bersikap lebih dewasa" tutur naya melankolik.
Aku mendengus pasrah " ok fine gue jalanin sendiri" ucapku dan berjalan keluar kamar. Aku mendengar mereka cekikikan.
Aku berjalan menuju meja makan karena perutku menjerit minta diisi.
"Ki ayo makan dulu. Mana naya sama lisa ko ga turun" tanya bunda yang sedang menyiapkan makan siang.
Aku mengedikan bahuku.
"Kita disini bunda" ucap lisa dan naya berjalan menuju meja makan. Huh giliran makanan aja cepet. Gerutuku dalam hati.
Aku menatap mereka malas. Mereka menatapku dengan senyum menjijikan.
"Ki tadi anza nelpon bunda katanya kamu ga mau di jemput lagi sama dia" ucap bunda.
Aku mendengus malas "bun kiki bukan anak kecil lagi. Kiki bisa ko berangkat sendiri" ucapku menghentikan aktivitas makanku. Aku sudah tidak berselera lagi karena mendengar namanya.
"Kamu berantem lagi sama dia" tanya bunda meminta penjelasan.
"Biasa lah bun ABG labil" celetuk naya yang menekan kata 'abg'. Lisa tertawa.
"Diem lo pada" ucapku.
"Bunda ga mau yah kamu kesasar lagi gara-gara salah naik angkot" ucap bunda. Mengingatkanku di mana kenangan yang sangat memalukan. Aku nekat naik angkot karena waktu itu aku lagi ngambek sama anza. Aku nolak anza buat ngasih tumpangan kesekolah. Dan jadilah aku yang bukannya sampe kesekolah malah di bawa keliling jakarta sama angkot. Aku nangis nelpon bunda pada saat kejadian itu aku ga di bolehin lagi naik angkot sama bunda. Karena alasannya ga mau repot ngelilingin jakarta cuma buat nyari aku. Kata bunda selain ngabisin waktu, tenaga juga ongkos. Ck, bunda kejam sekali sama anak semata wayangnya ini.
"Jangan gitu kalo bubar kamu mewek tujuh hari, tujuh malam lagi" ucap bunda lagi tersenyum geli kepadaku.
"Emang udah bubar" gumam ku. Aku yakin bunda mendengarnya. Di tambah lagi dua temenku yang minta di kubur hidup-hidup.
Terlihat kerutan dari dahi bunda "becanda kamu ki" ucap bunda.
"Au ah bun aku kekamar dulu" ucapku dan berjalan menuju kamarku. Aku mendengar mereka terkekeh dan lari mengejarku.
Aku memghempaskan badan ku kekasur dan memejamkan mataku. Aku harus memikirkan renacanaku untuk melawan si anza.
"Ki kita balik dulu ya!!" seru naya saat memasuki kamarku. Aku mendengus menatapnya.
"Ya elah masih ngambek aja lo kaya anak SD. Udah ah bay" kata naya melengos menatapku.
"Jangan sampe lo ngejilat ludah lo sendiri" bisik lisa di telingaku dengan senyum miring tercetak dibibirnya. Dan keluar dari kamarku
Aku terdiam mendengarmendengar ucapan lisa. Ga bakal gue biari semua terjadi. Batinku.
********
Maafkan diriku yang terlalu banyak tipo. Dan maafkan juga ceritanya gajelas.
Silahkan tinggalkan jejak penulis mengharafkannya :D
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
Teen FictionAku mengutuk Hatiku. Bisa-bisanya aku masih menyayanginya. Maka Untuk menghilangkan Dia dari pikiranku. Aku 'Kiza Dea Arham' berjanji akan membenci 'Anza jordhan winata' SELAMANYA. Tapi samapi kapanpun juga gue bakalan tetep sayang sama lo _.. Dan...