"Kiki kamu yakin udah lengkep bawaannya" Bunda kembali mengobrak-abrik tas kecilku.
"Ya ampun Bunda... Itu kan udah Kiki rapiin kenapa di berantakin lagi" aku berjongkok di depan Bunda. Udah cape-cape gue beresin malah diacak-acak lagi. Kerjaan dukali ini mah.
"Bunda kan cuma ngecek Ki, takut ada yang nggak kebawa" Bunda meraih tas ku yang lain Hendak membukanya.
"Bunda stop!" Aku langsung menarik tas ku dari Tangan Bunda.
Bunda mengerutkan keningnya "kenapa Ki?"
"Ini udah Kiki beresin Bun, jangan di acak-acak lagi"
"Kamu yakin udah lengkep semuanya?"
Aku mengangguk membereskan tas yang tadi Bunda buka.
"Yaudah Bunda siapin bekel kamu dulu" Bunda keluar dari kamar ku. Aku membereskan kembali barang-barang Yang akan Aku bawa buat kemah.
"Makan dulu" Bunda meletakan nasi goreng . ketika aku duduk di meja makan.
Aku melahap nasi goreng yang Bunda hidangkan "Bunda Kiki persen grab aja kayknya soalnya, Lisa nggak bisa jemput Kiki"
"Kenapa naik grab, bareng Anza aja biar Bunda telpon" Bunda mengambil ponselnya dari kantong bajunya.
"Bunda nggak usah" Bunda tidak menggubris Omonganku hingga suara dari ponsel Bunda terdengar.
"Hallo Za, udah berangkat belum?" tanya Bunda.
"....."
"Belum. Kiki ikut ya katanya, Lisa nggak bisa jemput"
"....."
"Yaudah. Hati-hati dijalannya" Bunda memasukkan Kembali ponselnya ke kantong bajunya.
"Cepet abisin makannya jangan lama, Anza udah dijalan mau kesini"
"Bunda... Nggak usah ngerepotin orang deh" aku mengerucutkan bibirku. Kenapa selalu Anza sih! Anda lagi Anza lagi. Anda aja terus.
"Rumah Anza kan gelewatin rumah kita jadi, sekalia kamu ikut dari pada naik grab bahaya"
"Apaan deh Bun... Emang Kiki anak kecil" suara klakson mobil dari depan rumah menghentikan aksi makanku.
Bunda menatapku "itu Anza katanya udah cepetan" Bunda mengangkat paksa piring makanku. Padahal aku baru makan 3 sendok dan denganteganya Bunda nyuruh aku berhenti makan. Yasalam.
Aku masuk kedalam kamarku mengganti baju. Aku memilih memakai celana yang panjangnya 3/4 warna item dan kemeja putih dengan alas kaki aku memakai snackers. Setelah selesai mengganti baju aku keluar menenteng tas yang super duper gede dan paper bag.
Dan nggak lupa aku membawa gitar. Aku sih Nggak jago-jago amat main gitar cuma bisa lah dikit."Hati-hati di jalannya" aku menyalami tangan Bunda disusul Anza. Anza membawakan tas dan gitar ku masuk kedal mobilnya, aku mengekor dibelakang Anza.
Aku duduk dikursi penumpang setelah Anza membukakan pintu Untukku dan Anza duduk dibalik kemudi.
Selama perjalanan menuju sekolah Anza tidak mengeluarkan sepatah kata pun begitupun dengan aku. Aku memilih diam menatap keluar jendela mobil.
Hingga mobil Anza masuk kedalam gedung sekolah. Aku Membuka sibuk pengaman. Aku membuka pintu mobil tapi, pergelangan tangan ku ditahan oleh Anza. Aku menghembuskan napas kasar lalu menoleh melihatnya. Pasti ada adegan tahan menahan dan pasti menyangkut masalah yang sama.
"Kenapa?" tanyaku pada akhirnya karena Anza tidak kunjung bicara.
"Ini tas kamu ketinggalan" Anza menyerahkan slempang bag ku.
Aku langsung mengambil slempang bag ku dari tangan Anza dan bergegas turun dari mobil.
Anza menurunkan barang bawaanku dan memasukkannya kedalam bus.
"Ngikut lo?" Aku tersentak merasakan ada tangan kekar merangkul pundakku.
Dan yang Merangkul aku adalah Daniel. Aku melirik ke belakang dimana Azna sedang berjalan di belakang aku.
Daniel terus merangkul bahuku hinggak kami masuk kedalam bus.
"Kiki..." Keya melambaikan tangannya kearahku.
Aku menghampiri Naya yang duduk dibarisan ke-3 sebelah kiri.
"Siapa tuh?" Keya melirik Daniel yang sedang memasukkan tasnya kebagasi atas.
"Temen" aku duduk yang deket dengan Kaca karena, aku ingin menikmati pemandangan yang akan bus kami lewati. Aku memilih menikmati lagu yang sedang aku putar di ponselku
Saya tidak menanyakan apa-apa lagi kepadaku dan dia memilih memainkan ponselnya.
Lisa dan Naya duduk di depan kursi yang aku duduki karena semua anak cewek duduk di depan sedangkan buat anak cowok kursi paling belakang.
Oh ya, Keya satu kelas dengan ku dan dia juga deket dengan Lisa dan Naya karena sifat Keya yang mudah deket dengan orang lain tak heran Ke ya sudah akrab dengan Lisa dan Naya.
Karena kemah yang akan diadakannya di pegunungan jadi aku mengikutinya biasanya aku paling anti mengikuti acara yang kaya begini. Berhubung di pegunungan maka aku mengikutinya sampe-sampe Bunda keheranan. Aku hanya ingin menikmati udara yang sejuk, pegunungan yang indah, dan jujur aku butuh tempat buat menyegarkan pikiranku.
Aku menikmati pemandangan pegunungan yang memanjjan mataku hingga ada kepala yang jatuh kepundakku.
Aku terperanjat kaget hinggaenegakkan duduk ku. Yang punya kepala menggeliat mengucek matanya dan mendongak menatapku yangxedang menatapnya tak percaya.
Dia semakin menenggelamkan kepalanya dibahuku menggeserknnya mencari tempat yang nyaman dan kembali memejamkan matanya.
Aku mendorong pelan kepalanya "Anza" desisiku pelan karena aku takut ketauan guru.
"Hmm" dia tidak menggubris panggilanku.
"Za... Nanti dimarahin guru"
Anza menggelengkan kepalanya dan menarik tanganku yang dia tindih memeluk tanganku menggenggamnya seolah-olah tanganku adalah guling
"Anza iihhh" Aku menggerakkan tanganku yang Anza peluk.
"Aku ngantuk De..."
"Kenapa disini inikan Tempatnya Kekey. Nanti dimarahin guru"
"Semuanya pada tidur jadi kamu jangan berisik" aku celingukkan melihat di sekeliling dan benar semua orang memejamkan matanya.
Aku menghembuskan napas kasar dan menatap jariku yang bertautan dengan jari Anza. Dengan lo kaya gini. Gue nambah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
Teen FictionAku mengutuk Hatiku. Bisa-bisanya aku masih menyayanginya. Maka Untuk menghilangkan Dia dari pikiranku. Aku 'Kiza Dea Arham' berjanji akan membenci 'Anza jordhan winata' SELAMANYA. Tapi samapi kapanpun juga gue bakalan tetep sayang sama lo _.. Dan...