16. Kenapa

60.6K 6.5K 454
                                    

Bagian Enam Belas

"Lo nggak kecel-po-san lagi kan, Rel?" cecar Jordan, mengingat Ferrel pernah mengirimi mereka pesan di grup kalau dia itu keceplosan mengatakan sumpah serapah dalam bentuk dewata tipe India. Dan, betapa kagetnya mereka kala mendapati Ferrel menggelengkan kepalanya.

"Terus gara-gara kenapa? Kok bisa jadi karena Arella?"

"Awalnya Arella sakit," kata Ferrel yang hendak memulai ceritanya.

Fellix mengangkat tangannya kedepan wajah Ferrel, hendak memberikan interupsi.

"Awalnya gara-gara si Arella sakit," koreksi Fellix.

Ferrel menghela napasnya. "Awalnya gara-gara si Arella sakit—" Ferrel mengulangi. "—Gue gak enak."

"Gue jadi nggak enak." Kini giliran Jordan yang membenarkan.

"Gue jadi nggak enak," ucap Ferrel yang dengan polosnya mengulangi perkataan sahabatnya. "Gue bingung."

"Gue jadi ngerasa bingung," koreksi Sandi kemudian.

Ferrel menganggukkan kepalanya, setuju dengan kata-kata yang dipilih Sandi. "Gue jadi ngerasa bingung."

"Bingung kenapa?" tanya Fellix, mencoba memancing Ferrel agar berkata lebih.

"Hati gue," jawab Ferrel begitu saja.

Fellix memutar bola matanya, meniru gerakkan yang selama ini sering sekali Ferrel lakukan. "Hati gue ngerasa bingung," koreksinya.

"Iya itu."

"Bingungnya karena apa?" tanya Sandi dengan sabar. Ia tau kalau berubah atau menjadi orang yang berbeda itu tidaklah mudah, karena Sandi sudah melewati fase itu sebelumnya.

"Kepikiran," ucap Ferrel.

Jordan menghela napasnya. "Rel," panggil Jordan. "Kalo ngomong nih ya, jangan cuman ambil inti satu kata aja. Lo cari kata buat jadi awalan sama akhirannya."

"Noh dengerin anak sastra," tutur Fellix.

Ferrel terdiam sesaat, pandangannya berubah kosong. Haruskah ia mengatakan isi hatinya sekarang di hadapan sahabatnya? Hanya mereka yang setia disisi Ferrel, tetapi Ferrel bingung apakah kelak akan baik-baik saja kalau dirinya bercerita.

Ferrel bangkit dari posisinya dengan tatapan yang masih kosong. "Gue duluan." Dan Ferrel pun berlalu meninggalkan kantin.

"Makanannya belom dimakan," kata Fellix.

Sementara Sandi dan Jordan saling pandang seolah menukar isi pikiran masing-masing dan tidak dapat menahan senyuman dari wajah mereka. Sandi dan Jordan langsung memekik dan ber-tos-ria sementara Fellix memandang keduanya dengan bingung.

"Napada?" tanya Fellix.

"Si Ferrel itu bingung karena dalem hatinya dia kepikiran sama Arella terus," simpul Sandi, menyatukan seluruh perkataan Ferrel barusan.

Fellix terlihat tengah menelaah sesuatu. "Terus?"

Jordan menoyor Fellix untuk yang ke-81816171911027261 kalinya. "Karena dia kepikiran itu, makanya dia jadi kepancing dan pengen berubah!"

Fellix menggelengkan kepalanya. "Gue masih gak paham," katanya dengan raut wajah serius.

Sandi menahan tangan Jordan yang sudah geregetan ingin menonjokki wajah Fellix. "Gini loh, si Arella selama ini kan sesuai yang kita denger, selalu aja ngata-ngatain Ferrel yang irit ngomong, protes segala macem—"

Catastrophe [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang