9. Supir Apa Supir

66K 6.1K 403
                                    

Bagian Sembilan

Hari minggu Arella lalui dengan bermain laptop seharian di kamar sembari menonton film. Tanpa sadar, sampai jarum jam menunjukkan jam dua dini hari, dia baru tertidur saking terlarutnya dalam belaian TV Series terbaru yang membuatnya enggan untuk berhenti.

Sekarang sudah jam tujuh pagi, dan Arella baru bangun.

Tangannya meraba-raba ponselnya yang terus saja berdering setidaknya sudah lebih dari lima belas menit yang lalu.

"Halo?" sapa Arella dengan suara serak ala orang bangun tidur pada ponselnya.

"Turun."

Satu kata kejam, kelam, mencekik dan membuat mata Arella terbuka secara keseluruhan. Dilihatnya nama yang terpampang pada layar ponselnya. Ferrel.

Arella lebih terkejut lagi melihat jam yang menunjukkan waktu di atas layar ponselnya, dan dia langsung bangkit dari tempat tidurnya begitu saja untuk menuju kamar mandi.

Tidak sampai sepuluh menit, Arella sudah siap dengan seragamnya, serta rambutnya yang acakadul telah ia kuncir tinggi-tinggi.

Meraih ponselnya dan tas dengan terburu-buru, Arella langsung berlari sembari menenteng sepatunya untuk turun kebawah dan melihat Ferrel dengan Arden sudah rapih dengan seragam mereka di ruang tamu.

"Lama anjing," gerutu Arden. "Lima belas menit lagi masuk. Lo mau bareng gue apa Ferrel?"

Waduh, kacau nih. Pilihan yang sangat sulit. Deket sama salahsatunya pun, gue males. Beku aq.

"Lo tau namanya?" Malah itu yang meluncur dari mulut Arella, begitu Arden menyebutkan nama Ferrel barusan.

Ferrel memutar bola matanya, mendengar pertanyaan yang Arella lontarkan kepada Ferrel dan segera menarik tangannya untuk ikut dengannya.

"Sama gue," kata Ferrel, mengisyaratkan kepada Arden.

Arden sempat bersyukur, karena itu tandanya dia tidak akan mendapatkan ocehan dari Arella di hari pertamanya bersekolah karena ngebut-ngebutan.

***

"Aduuuhhh," gerutu Arella, panik karena lima menit lagi bell masuk akan berbunyi, dan mereka masih berada di antah berantah.

Dirinya takut, kalau-kalau Ferrel akan menyalahkannya akan keterlambatan mereka dan marah-marah lagi seperti kali pertama mereka bertemu.

"Tidur jam berapa?"

Mata Arella terbuka lebar dalam hitungan seperempat detik dan hendak mencuat keluar mendengar pertanyaan yang Ferrel lontarkan.

"Cie perhatian banget," goda Arella, dan kepala Ferrel sontak menoleh serta menatapnya dengan tajam. Membuat Arella mau tak mau meneguk salivanya.

"Jam dua lewat, kalo gak salah." Arella nenjawab pada akhirnya.

"Jangan biasain," ujar Ferrel, kembali fokus menyetir, dan pada belokkan terakhir untuk memasukki daerah sekolah.

"Iya-iya," kata Arella, nurut.

Kok ini gue kayak orang dimarahin sama pacar aja, batin Arella.

Arella turun dari mobil dan mendahului Ferrel, ia membalikkan tubuhnya sebelum berlari kedalam, menatap Ferrel yang kini juga balik menatapnya.

"Makasih, Ferrel ganteng," teriak Arella, langsung berlari masuk ke gerbang sekolah. Selain karena takut terlambat, dia juga takut kalau-kalau Ferrel menimpuknya atau apa.

Catastrophe [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang