Tian, kesini sekarang.
Tian merasa senang karena Nina tidak pernah menyuruhnya datang.
Sesampainya di rumah Nina, Tian langsung disambut dengan muka penuh amarah.
"Masuk Tian"
Tian pun masuk dengan muka bingung. Ada apa dengan Nina?
Plakk.
Tian kaget. Baru kali ini Nina main fisik. Berarti kesalahannya sudah sangat berat.
"Apa salah saya kali ini Nin?"
"Salah kamu? Kamu jangan pura-pura gak tau Yan"
Tian mencoba mengingat-ingat kesalahannya. Tidak ada. Tian mencoba mengingat lagi, tapi tetap tidak ada yang muncul.
"Saya benar-benar gak tahu Nin"
Nina tiba-tiba menangis.
Oh shit, pikir Tian dalam hati.
"Look, I don't know what I've done to make you this upset but whatever it is I'm sorry, okay?"
Tangisan Nina bertambah kencang.
Tian mencoba memeluk Nina, tetapi Nina menggeliat melepaskan diri.
"I'm pregnant, Tian", kata Nina lirih.
Perasaan Tian campur aduk mendengar itu. Kaget, senang, dan berbagai perasaan lainnya bercampur dan Tian tidak bisa berkata-kata.
"Wow"
"Kamu jangan pura-pura kaget Tian. Saya tahu kamu pasti sengaja kan? Seperti waktu Kevin dulu!," tuduh Nina.
"Gak Nina, gak gitu ceritanya. And please stop crying"
Nina berusaha berhenti menangis, tetapi tidak bisa. Tian kembali memeluk Nina, dan kali ini Nina menerima pelukan Tian.
***
Keesokan harinya, David dan Anna mengunjungi Nina.
"Anna, tolong kamu jagain Kevin sebentar. Saya mau ngomong sama Nina. Nina, mas mau ngomong sama kamu. Ikut mas ke luar sekarang"
Nina mengikuti David keluar.
"Masuk ke mobil Nin"
"Mau kemana mas?"
"Masuk aja"
Setelah Nina masuk, David melajukan mobilnya.
"Kemarin Tian telepon ke mas, dan minta tolong sama mas untuk membantu membatalkan perceraian kalian"
"Mas, jangan pedulikan Tian. Perceraian tetap lanjut"
"Tian juga cerita kalau kamu hamil"
"Tian ngadu apalagi sama mas? Itu sebabnya Nina mau tetap cerai mas. Tian sengaja menghamili Nina, dan Nina gak mau kehamilan ini dijadikan alasan lagi seperti dulu"
"Tian gak cerita apa-apa lagi. Dia cuma bilang kamu hamil. Makanya sekarang mas ajak kamu ngobrol. Terus kamu bilang Tian sengaja menghamili kamu? Apa Tian memaksa kamu berhubungan dengan dia? Memperkosa kamu?"
"Engga mas," jawab Nina pelan.
"Kalau gitu kamu gak bisa menyalahkan Tian. Kamu hamil karena mau sama mau."
"Mas rasa sudah saatnya kamu menghilangkan rasa ego kamu Nin. Coba kamu pikir, apa alasan kamu mau-mau saja diajak berhubungan sama Tian? Mas tahu kamu bukan wanita gampangan yang bisa seenaknya diajak tidur bareng"
***
Sebenarnya Nina juga sadar kalau dia masih cinta mati sama Tian, tapi Nina merasa gengsi karena sudah terlanjur minta cerai dan keluar dari rumah.
Keesokan harinya Tian tetap datang seperti biasa. Tetapi hari itu Tian tidak banyak bicara. Nina juga hanya diam saja.
Malam harinya, sesudah Kevin tidur, Nina berkata,
"Tian, saya mau bicara sebentar"
Tian dan Nina duduk di ruang tamu.
"Tian, saya mau minta maaf karena sudah menampar kamu dan menuduh kamu,"kata Nina lirih. Mukanya memerah karena malu.
"Iya Nin, saya udah maafin kamu"
Tian memeluk Nina.
"Nina, maafin saya ya. Saya benar-benar menyesal Nin. I love you so much. I never said it before but it's true. Saya gak tau kapan saya mulai jatuh cinta sama kamu, tapi saya tahu kalau sekarang saya cinta sama kamu"
"Saya maafin kamu Tian. Maaf kalau saya butuh waktu yang lama untuk maafin kamu."
Hening.
Nina menyiapkan hatinya dan berkata,
"I love you too, Tian"
****
The End
Notes: Pada saat pisah sementara ini, Tian sempat dimaki-maki sama orang tuanya. Elena dan Eric beberapa kali mampir ke rumah Nina untuk merayu Nina supaya gak jadi cerai dan untuk mengunjungi Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine
RomanceWanita itu. Tidak salah lagi. Tian tidak akan pernah lupa wajah itu. Wajah yang membayanginya selama 4 tahun. Nina. Nina namanya. Tian tidak akan pernah lupa nama itu. Nama yang terus ada di pikirannya selama 4 tahun. ** Pria itu. Tidak salah lagi...