Jam dinding sudah menunjukkan kepada 2 anak sableng di rumah itu bahwa sekolah sebentar lagi mulai. Tapi keduanya masih leseh-lesehan di teras sambil baca koran. Si bapak yang kebetulan mau berangkat kerja heran melihat 2 anak sableng itu pada akur. Si bapak malah lupa ngingetin kalau keduanya itu sudah telat, telat banget malah. Si bapak malah pergi dengan wajah sumringah tidak melihat pertengkaran dipagi hari yang cerah ini.
Barulah ketika Ardian dan ibu keluar terucap juga kalimat itu.
"Tumben akur, ga pada sekolah?" celetuk Ardian melihat Adell dan Miming sibuk ngomongin berita di koran.
Keduanya kaget bukan main. Si ibu geleng-geleng kepala.
"Kalian ini kalau ngga dimarahin ngga mau mandi pagi. Kalau mau jadi kebo mending ke sawah sana!" sergah si ibu kesel liatin mereka berdua masih duduk.
Miming duluan berdiri dan hendak mandi duluan. Tapi Adell dengan cepat menarik ujung kaos Miming hingga Miming harus jatuh terduduk. Adell segera melejit melewati kakak dan ibunya menuju kamar mandi sambil ketawa-ketawa.
Setelah 15 menit kemudian mereka sudah berada di tengah jalan menuju sekolah. Miming terpaksa tak mandi. "Orang-orang bakalan ga sadar kamu mandi apa ngga, udah buruan telat nih." Kata Adell waktu Miming jalan ke kamar mandi sambil bawa handuk. Ia sekarang nyesel ga mandi. Gimana ngga nyesel, badannya bau tak sempat pakai wewangian. Soalnya ga sempet ke kamarnya Ardi.
Di tengah jalan, mereka papasan dengan ferari hijau dangdut yang muter lagu anak-anak. Itu mobil udah mirip odong-odong, Cuma yang nyetir adalah siluman tongkol kesambar petir. Gombel langsung membuka kaca mobil dan bersiul memanggil Adell. Miming yang berusaha konsentrasi hampir menabrak ibu-ibu yang belanjaannya seabrek-abrek. Adell nyubit Miming biar ngebut. Tapi gimana mau ngebut kalau keadaan lagi macet. Sedangkan ferari hijau dangdut itu terus mendekat dan mengklakson setiap motor yang ada di depannya supaya bisa dekat dengan Adell.
"Cepetan Ming! Kita tinggal dikit lagi nyampe! Lama banget!" omel Adell.
"Ada ibu-ibu bawa banyak belanjaan di depan. Nanti kalau disalip tiba-tiba dia nyeruduk. Mau lecet-lecet muka kamu?"
Adell tak peduli karena ferari hijau dengan siluman tongkol mulai mendekat. Lagu dari ferari itu berubah menjadi lagu dangdut dengan judul lelaki kardus, aduh itu lagu. Miming mulai manggut-manggut mengikuti alunan irama musik dangdut dan segera ditoyor sama Adell.
"Jangan pake joget segala, kita telat."
"Ga usah dikasih tahu juga." Balas Miming, kesel juga dia. Tapi Miming pantang mukul cewek, kecuali tuh cewek mirip bajingan banget.
Keduanya sampai di depan gerbang sekolah yang sudah tutup 20 menit yang lalu. Ferari hijau dangdut tadi diberhentiin polisi gara-gara keseringan menghidupkan klakson. Gombel ditanya ini itu.
"Tolong deh om kasih kita masuk, kan telatnya dikit." Adell mengiba.
"Iya om, hargain kami dong." Miming ikutan, "1 triliun juga gapapa kok, asal duit dolar amerika."
Si satpam yang dipanggil 'om' ini menatap nyalang ke arah Miming. Adell juga ikutan dan keduanya terlihat lucu di mata Miming. Miming hampir aja ketawa.
"Ini kan kali pertama kita telat om, biasanya kita dateng sebelum om duduk di sini kok."
Miming manggut-manggut, tak mau ikutan takut dipelototin kaya tadi.
"Ga bisa, maaf ya. Sudah aturannya." Si om menjawab seramah mungkin dengan wajah berbanding terbalik dengan kata ramah.
Miming menghantamkan telapak tangannya ke pagar. Adell terlonjak kaget, apalagi si om yang sekarang megangin dadanya yang naik turun. Si om pucat dan Adell juga. Adell belum pernah lihat Miming marah.
"Tolong om, kita dikasih masuk ya. Kita ada ulangan." Miming pasang muka melas setelah tadinya pasang tampang garang. "Masa iya om mempersulit kita untuk ulangan. Ulangan susulan itu ga enak lho om. Pernah ga om boker diliatin orang? Nah gitu deh rasanya kalau ulangan susulan. Jadi tolong deh kita dikasih masuk."
Si om baru ingat itu Miming. Tukang gebuk. Tapi ia tetap bersikeras tak boleh ada yang lewat. Tapi ketika ada guru olahraga, Pak Hendro namanya, yang juga telat dikasih masuk dengan nyamannya. Miming dan Adell yang mau ikutan masuk langsung dicegat.
"Ini ga adil!" teriak Adell kesel. Dia ga ada ulangan tapi dia kesel.
"Lain kalau guru."
"Bisa roboh kali ya kalau ditendang?" tanya Miming pada Adell yang menatap si om sengit.
"Bisa dong, ini besi karatan. Tendang aja."
"Ayo tendang kalau berani." Si om menantang.
Miming tak menendang pagar, dia menendang papan pengumuman yang berada di luar pagar. Papan itu jatuh tersungkur masuk ke parit yang ada di depan sekolahan. Si om kaget dan sekarang pucatnya ditambah dengan bulir-bulir keringat dingin. Adell juga takut melihat papan pengumuman itu yang ditopang dengan kayu belian roboh seketika.
"Ming! Jangan gitu juga dong!" sergah Adell memberanikan diri.
"Ga sengaja, tadi mau nendang siput, eh kepleset." Miming lalu ketawa.
Mobil ferari dangdut dengan lagu dangdut itu datang. Gombel keluar dari mobil dan segera menarik dompet lalu mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu. Si om kaget disogok begitu rupa tapi diambilnya juga dan dibukakannya pintu gerbang. Adell dan Miming mau masuk tapi tak dibolehin. Gombel langsung teriak.
"Mereka juga!" Adell sebenarnya enggan masuk tapi dia kasihan sama miming yang ada ulangan hari ini.
Gombel yang nungguin kata terima kasih dari Adell dicuekin. Adell langsung melejit ke kelasnya begitu juga Miming yang sudah telat banget. Keduanya mirip maling jemuran, cepet banget. Tahu-tahu sudah di kelas dengan tenangnya di bangku masing-masing.
Istirahat pertama. Miming sibuk curi-curi pandang kepada cewek yang lagi asyik nyruput es kelapa muda. Itu Dia Widi Hastika, cewek yang ditaksir Miming sejak SD. Ini memang menggelikan tapi Miming memang sudah dewasa sebelum waktunya. Seperti kebanyakan remaja sekarang.
Dia, eh kayaknya janggal kalau dipanggil Dia. Miming juga ngerasa janggal. Jadi dia manggil Dia pake Widi tapi belakangan ia jadi terdengar seperti orang kagum yang bilang widiiih..... akhirnya Miming sepakat mangggil Dia dengan nama Tika saja. Tika menurut Miming aman.
Miu yang duduk barengan Tika sekilas melihat tatapan Miming. Ia menyeringai nakal. Miming tak sadar ada kehadiran Miu di sana. Lonceng Miu tak terdengar ditelinga Miming hari ini. Lagi pula Miu tubuhnya semungil anak SD baru masuk SMP.
"Eh Tika, ada yang liatin tuh dari tadi!" Miu sengaja ngomongnya agak kenceng biar kedengeran.
Miming kelabakan soalnya Tika mergokin Miming merhatiin dia. Miming buruan buang muka sambil tangannya gerak-gerak tak tentu. Salah tingkah dia. Somplak si Miu! Kutuk Miming dalam hati.
Pulang sekolah Miming ditemani Miu dan Gombel dan ah satu lagi. Manusia normal yang sering kumpul dengan mahkluk aneh di sekolah. Rifky namanya. Rifky orangnya baik, punya jambul mirip burung kasuari dan dia selalu dikerjain. Alasan kenapa Rifky seneng kumpul bareng geng mahkluk aneh ini karena dia jatuh cinta dengan Miu pada pandangan pertama, caelah.
Jadi ceritanya Rifky lagi duduk nunggu nomor antrian waktu daftar di sekolah ini bareng orang tuanya. Rifky melihat Miu, dengan wajah sumringah dan selincah lumba-lumba berlarian ke meja administrasi bersama ibunya. Ibunya ngga ikutan lari-lari loh apalagi gerak selincah lumba-lumba. Rifky masih ingat rambut sebahu Miu terurai dan terhentak-hentak ketika Miu berlari.
Untuk Miu sendiri dia enak-enak saja dengan geng manapun. Ia menyelusup kemana saja entah itu geng sok cantik, geng preman yang berkali-kali harus digebuk oleh Miming karena melecehkan Miu, atau gengnya orang pinter. Miu dengan kelincahan bak lumba-lumba, wajah imut dengan rambut yang sekarang sudah sepanjang pinggul itu sebenarnya jadi idaman beberapa kalangan cowok pedofil. Hanya karena Miu nempel terus dengan Miming, tak ada cowok yang berani kasih kode atau deket-deket. Pernah sekali ada cowok pinter, yah pinternya kebangetan. Tuh cowok bisa berhitung 10 digit dengan cepat. Si cowok nembak Miu dan ditolak mentah-mentah. Sebenernya ini wajar aja dan Miu punya alasan tersendiri, dia belum terlalu kenal dengan cowok ini yang menurut Miu kurang asyik diajak ngobrol. Tapi si cowok ngotot siang malem sampai akhirnya Miming bertindak karena Miu juga neror dia buat bikin si cowok pinter kapok. Miming hampir menghancurkan mental cowok pinter itu di toilet cewek. Miming menyuruhnya pipis ala cewek tapi ga buka celana. Miming juga nyuruh si cowok pinter senam poco-poco di atas kloset, alhasil kaki si cowok pinter beberapa kali masuk ke lubang kloset yang untung saja tak terlalu bau. Miming masih punya belas kasihan, dia tahu toilot cowok baunya mirip kentut naga. Tak berhenti disitu, Miming menyuruh si cowok pinter push-up diatas kloset sambil berhitung dari 1 milyar hingga 0 dan semua perintah tak berprikemanusiaan itu dilakukan dengan teriak-teriak yang hampir memekakan telinga si cowok pinter.
Adell keluar bersama Roby dan beberapa teman sekelasnya. Gombel merengut melihat itu. Padahal ia sudah merancang kalimat paling yahud untuk mengajak Adell pulang dengannya. Sedangkan Rifky juga sudah merancang kalimat itu untuk mengajak Miu pulang bareng dia. Dan Miming sendiri tersenyum puas tahu bahwa ga perlu pulang bareng Adell.
"Eh, kamu ikut kita kerjain tugas kelompok, Ming." Kata Adell dari jauh.
Roby berkata pelan, tapi Miming tahu kalau Roby yang akan mengantar pulang Adell. Miming mengangguk, Adell salah tingkah, Gombel pasang muka melas. Tapi ia segera mengejar gerombolan itu yang hendak masuk ke mobil honda jazz milik salah satu teman Adell.
"Biar aku anterin ya, sekalian aku juga ikut dong." Kata Gombel.
Teman-teman Adell segera pasang senyum menawan. Adell pengen nonjok semuanya dan termasuk Gombel, untuk Gombel ia pengen nonjok pake batu karang atau sesuatu yang keras.
"Gausah, kita tugasnya sibuk. Kamu mending pulang, cuci muka biar ganteng." Kalimat itu keluar dengan cepat dan langsung membuat Gombel seneng, soalnya Gombel Cuma denger ujungnya aja 'ganteng'.
"Iya, aku pasti cuci muka buat kamu." Kata Gombel.
"Idih, sudah sana pulang naik odong-odong kamu." Adell mulai kesel, emang kesel dari awal sih.
"Itu Mubarok namanya, jangan panggil odong-odong dong." Balas Gombel tak terima.
"Bodo amat. Ver, cepetan cabut ah."
Dan dengan segera deru mesin mobl berbunyi lalu perlahan mobil mulai berjalan meninggalkan Gombel. Gombel agak kecewa ferarinya dikatain odong-odong. Gombel kemudian pulang dengan lesu, dari ferarinya tak terdengar lagu, hanya deru saja mesin saja.
Miming dkk yang ngeliatin dari jauh juga kecewa Adell tak mengeluarkna jurus-jurus mematikan seperti nonjok jakun, tampar pake batu atau semacamnya. Padahal mereka bertiga udah taruhan. Mungkin Adell lagi seneng jadinya males banget mukulin Gombel.
"Ming." Tiba-tiba Miu menyikut Miming yang melihat kepergian honda jazz itu.
Miming kaget. Ia melihat kearah yang ditatap Miu. Tika berdiri di pintu masuk gedung sekolah sambil bawa tanaman. Dia habis praktek kayaknya. Miming yang melihat kesempatan ini buru-buru hendak menghampiri, Tika juga udah ngeliat dari jauh Miming yang menghampirinya. Tika memasang tampang lega, tapi tiba-tiba saja ada yang menyalipnya. Seorang cowok tinggi dengan potongan rambut rapi, wajahnya mirip artis korea. Miming hampir saja jatoh guling-guling.
Ia mengendalikan diri sebelum akhirnya bisa melihat Tika yang sedang ngobrol dengan cowok tinggi itu. Miming kesel karena disalip hampir mau jatoh dan sakit hati ngeliat Tika ngobrol asyik dengan itu cowok. Miming hapal betul siapa itu cowok. Kapten basket, Veros namanya. Miming pengen nyamperin mereka terus ngegebukin Veros sampe jadi pendek. Tapi dia takut Tika ga suka sama dia, jadi dia balik lagi ke parkiran dan disambut Miu sama Rifky dengan tawa setan.
"Sialan, malah ketawa." Umpat Miming.
"Itu lucu banget," kata Rifky berkomentar, "kamu lari-lari kepedean, eh ga taunya yang ditunggu orang lain."
"Jangan malu Ming, anggep aja batu loncatan." Timpal Miu lalu ngakak.
"Batu locat hidungmu, udah ah aku mau pulang." Miming naik ke motornya dengan bersungut-sungut.
"Miu, kita pulang bareng yuk." Rifky mengajak.
Miu menelengkan kepala melihat Rifky. "Kamu mau nebeng mobil aku?"
"Ngga, aku anterin pulang kita pulangnya bareng."
"Jangan ky, ntar di tengah jalan dia minta turun terus bilang 'aku mau nyobain bawa motor kamu' setelah itu kamu masuk rumah sakit."
Miu melotot mengingat kejadian itu. "Eh itu gara-gara kambing! Enak aja nyalahin aku." Sungut Miu.
"Iya, kambing di tepi jalan masih kamu sruduk sampe kambing-kambing lain nyruduk kita." Balas Miming tak kalah sengit, bukannya apa dia yang paling banyak disruduk kambing waktu itu.
"Salah kamu sendiri itu, kenapa gamau lari, aku aja lari."
"Lari dari mana, mereka aja langsung berkerumun gitu."
"Udah...udah... jadi Miu mau pulang bareng apa ngga?"
"Mau nebeng beneran sama mobil aku?" Miu melihat Rifky.
Rifky dengan sabar bak ayah teladan menggeleng. "Kita boncengan, sekalian pengen tahu rumah kamu dimana."
Miming ketawa. "Udah, sekalian irit bensin mobil kamu. Biar Rifky aja nganter kamu pulang."
Miu mencibir. "Kalah debat soal kambing mau pulang, terus nyuruh aku boncengan sama Rifky."
"Ye.... orang mau baik juga. Bodo amat ah." Miming meninggalkan keduanya. Dia kepengen pulang cepet-cepet dan segera bantuin ibu bersihin rumah.
Sepeninggal Miming, Miu dan Rifky jadi kaku. Miu tak selincah lumba-lumba lagi dan Rifky seperti batu karang. Diem mulu.
"Jadi kamu mau nebeng aku atau anterin aku?" tanya Miu pada akhirnya cape nungguin, soalnya dia udah bilang ke supirnya pulang sama temen. Sekolah juga sudah sepi sedari 10 menit yang lalu.
Rifky seolah tersadar dari dunianya. "Eh, iya yuk pulang." Rifky berjalan ke arah motornya. Memberikan satu helm ke Miu dan memasang satu lagi untuk dirinya.
Jangan heran kenapa Rifky bawa 2 helm. Ini jaga-jaga kali aja Miu mau pulang sama dia atau ada cewek cantik lain mau pulang sama dia. Pernah Miming minta dianter pulang, tapi Rifky menolak mentah-mentah dengan alasan mau ngejemput kakaknya sambil nunjukkin satu helm yang tak dipakai. "Liat nih aku sampe bawa helm 2, kakak aku udah nungguin." Waktu Miming minta dianter sampe perempatan aja.
Rifky hampir meledak dadanya bisa bonceng Miu. Miu juga lagi bosen naik mobil sih. Dan beberapa menit kemudian mereka sudah berada di tengah jalan. Saking senengnya Rifky sampe lupa ngajakin Miu ngomong.
"Kok diem?" tanya Miu tiba-tiba. "Boker di celana?"
Rifky kaget, hampir nabrak mobil. "Ng anu... itu gapapa kok."
"Gapapa pantatmu! Kalau kamu boker di celana terus ngerembes ke aku gimana?"
"Eh? Ngga, aku ngga berak di celana, sumpah."
"Awas aja."
Tiba-tiba Miu dapet ide. Dia nunjuk arah yang salah. Rifky udah was-was aja bensin mau habis. Bukan apa, Miu nunjuk kemana-mana padahal rumanya sudah lewat 5 kali. Dan apa yang ditakuti Rifky terjadi juga. Motornya berhenti mendadak di depan pasar ikan. Miu tak akan menyangka bakalan mogok di sini. Ia juga cemas harus jalan kaki. Soalnya supirnya sudah dipakai sama mamanya kalau jam segini.
"Kita dorong dulu ya, rumah kamu dimana sih, kok dari tadi muter mulu?" kata Rifky dengan polosnya belum sadar dikerjain.
"Masih jauh kok." Miu turun dari boncengan dengan wajah kecewa.
Belum juga mereka jalan nyari orang jual bensin, ada yang nglakson mereka kenceng banget. Tukang parkir pasar ikan aja sampe jatoh ngejengkang saking kagetnya. Miu melompat kaget, loncengnya berbunyi aneh. Miu dan Rifky udah siap-siap mau marahin tuh orang. Tapi begitu yang dilihat adalah Miming dengan belanjaan seabrek-abrek mereka gak jadi marah.
"Wah, muka kamu terang banget ming, pasti dari kayangan nih." Miu segera meletakkan helm di boncengan motor Rifky dan menghampiri Miming.
"Bensinnya habis apa kalian pengen romantisan ngedorong motor sampai pulang?" tanya Miming.
Maunya sih begitu batin Rifky. "Bensinnya habis tengah jalan, rumah Miu jauh banget pantesan pake mobil."
"Ngga jauh kok, Kamu aja dikerjain Miu, lagi."
Miu kaget."Eh ngga kok! rumah aku emang jauh." Kilah Miu, ia mulai naik ke boncengan motor Miming sambil nyubit pinggang Miming kuat-kuat..
"Nah, mau ngapain?"
"Ehehehe, nebeng ya. Tanggung jawab tadi kamu nyuruh aku pulang sama Rifky."
"Ngga, dorong tuh motor temenin Rifky. Aku mau pulang cepet-cepet lagi ada acara di rumah."
Miu mengibaskan rambutnya, dan lonceng Miu menghantam mata Miming.
"Ming, bantuin cari bensin dong. SPBU masih jauh."
Miming tak hirau, ia menggosok matanya yang perih.
"Iya aku anterin," kata Miming dengan mata sebelah kanan yang merah berair. "Tapi jangan kibasin rambut ke muka aku."
"Makanya anterin aku, tapi kita cari bensin dulu. Kasihan Rifky."
Rifky tersentuh hatinya mendengar ujung kalimat Miu.
"Temenin Rifkynya biar ga diculik preman pasar."
"Ngga mau. Nanti aku yang diculik preman pasar, aku kan terlalu cantik."
Miming ngalah, dia menstater motornya lalu segera mencari orang yang jual bensin eceran. Begitu dapet ia balik lagi dan sekalian nurunin Miu.
"Eeehh... aku ikut kamu. Rifky bawa motornya pelan."
Miming udah telat banget, hpnya udah gemeteran dari tadi tanda ibu di rumah udah kesel nungguin belanjaan ga dateng-dateng. Setelah dibujuk rayu, akhirnya Miu mau juga pulang bareng Rifky. Ya gimanapun Miming juga cowok, dia tahu gimana perasaan Rifky ke Miu. Miming tahu Rifky termasuk pedofil, jadi dia membantu usaha Rifky yang saban hari di kerjain Adell atau Gombel.
Emang Miunya bandel, Rifky dikerjain lagi dan bensinnya hampir habis ketika mereka tiba di rumah Miu. Rifky dikasih masuk ke rumah Miu yang mirip gedung, sebenernya memang gedung. Kan Miu tinggal di apartemen mewah.
"Minum dulu." Miu menuangkan minyak goreng ke sebuah gelas.
Rifky tanpa curiga maupun lihat apa yang dituang Miu main minum aja. Maklumlah orang lagi haus. Belum juga minyak goreng masuk kerongkognan, Rifky langsung memuntahkannya lagi. Miu ngakak melihat ekspresi Rifky dengan minyak goreng yang menggantung di bibirnya.
"Maaf-maaf, becanda kok." Ia mengganti gelas dan menuangkan jus jeruk.
Rifky menciuminya dulu baru minum. Miu ngikik melihat Rifky yang mau aja dikerjain terus-terusan. Biasanya kalau dia ngerjain yang lain kayak Gombel atau Miming, mereka pasti bales kayak tempo hari yang lalu Miu ngiket celana Gombel ke meja dan pulangnya Gombel ngebales dengan cara ngumpetin tas Miu. Tapi Rifky tak pernah bales. Rifky udah kayak bapak-bapak teladan yang sabar ngurusin anaknya yang bandel. Tapi percaya deh, Rifky bakalan marah kalau disiram air keras walaupun dia udah kayak bapak-bapak teladan.
"Orang tua kamu kemana?" tanya Rifky begitu selesai dengan minumannya, ia melupakan soal minyak goreng tadi.
"Biasa, kerja. Eh mau aku masakin apa? Sekalian biar aku ga merasa bersalah ngerjain kamu hari ini."
Rifky berbinar-binar, dimasakin Miu batinnya. Miu berjalan ke dapur dan seketika suara krincing loncengnya membuat Rifky tersadar. Ia belum bilang mau dimasakin apa. Tapi dia memilih diam, dia terlalu senang hari ini. Usaha keras ga bakal mengkhianati, batinnya. Dan beberapa menit kemudian bau harum makanan mulai tercium. Miu keluar dari dapur lengkap dengan suara krincing lonceng dan sepiring pasta.
"Mama lupa belanja, jadi ini aja ya gapapa kan?"
"Ini udah lebih kok." Kebetulan banget, Rifky emang kelaperan soalnya ga sempet makan gara-gara ngerjain PR di kelas.
"Dimakan." Miu tersenyum nakal.
"Ga dikasih apa-apa kan?"
"Dikasih apa?"
"Kamu kasih yang aneh-aneh?"
Miu ketawa. "Jangan buruk sangka, aku ga bakal gituin makanan, dosa buang-buang makanan."
Rifky dengan ragu mulai makan. Tak ada yang aneh, malah enak rasanya. Ia tak bisa berhenti makan. Miu menuangkan jus jeruk lagi dan langsung disambar Rifky. begitu selesai Rifky benar-benar puas, baru kali ini dia dimasakin sama cewek selain ibunya.
"Gimana masakanku, enak?"
Rifky mengangguk. "Iya, kamu pinter masak." Rifky mulai ngayal kemana-mana sekarang.
"Rahasianya pake ini lho." Miu mengangkat seekor kucing kampung berwarna putih yang luar biasa gendut yang kebetulan lewat di kakinya.
Rifky hampir tersedak dan jus jeruknya hampir saja menyembur lewat hidung. Matanya membelalak.
"Pake daging kucing? Yang bener aja!" menurut Rifky udah kelewatan.
Miu ketawa lagi. "Bukan, ini namanya Nono."
"Terus? Apa maksudnya itu rahasianya?"
"Aku pake makanan Nono buat campurannya, enak ya? Mama sama papa juga bilang gitu. Aku ga pernah nyoba sih. Takut Nono ngambek."
Rifky tak bicara lagi. Ia pengen pulang sekarang. Sekarang juga. Dengan lesu ia minta diantar sampai lantai dasar. Berhubung apartemen Miu di lantai paling atas dan Rifky takut kesasar atau ditangkep satpam. Tapi Rifky tak belajar dari pengalaman, Miu malah membuat Rifky tersasar beneran dan dia kabur entah kemana. Rifky baru sadar ketika tak lagi mendengar suara krincing lonceng. Ia begitu kaget tahu-tahu sudah berada di lorong-lorong membingungkan. Rifky juga lupa di mana liftnya itu apartemen terlalu gede buat Rifky. rasanya semua tempat sama aja dimatanya.
Sampai akhirnya ada seorang cewek berseragam dari sekolah lain melihatnya celingak-celinguk mirip anak hilang. Cewek itu menegur Rifky yang sudah keringetan. Rifky kaget tapi juga lega ada yang mau negur dia.
"Lift?" si cewek seperti pengen ketawa. "Itu, kamu lurus aja terus belok kanan, dipertigaan kamu belok kiri nah di situ liftnya."
"Di mana?"
"Ya di tempat yang udah aku kasih tahu tadi."
"Oh," Rikfy baru ngeh.
Rifky hendak pergi setelah sebelumnya bilang terima kasih banyak-banyak, tapi cewek itu segera memanggilnya.
"Itu seragam dari SMA Beta, ya kan?"
Rifky mengangguk.
"Temennya Miu?"
Rifky mengangguk lagi.
Cewek itu segera pasang tampang tak bersahabat.
"Minggat sana!"
"Eh?"
"Mau aku panggilin satpam?"
"Ini aku juga mau pergi kok."
Rifky dengan tatapan heran segera berlari ke arah yang sudah dikasih tahu tadi dan segera turun ke lantai dasar lalu segera pulang. Apes banget hari ini, batin Rifky begitu di tengah jalan bensinnya habis lagi dan hari sudah gelap. Nasib deh, batin Rifky walaupun hatinya seneng banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
HumorKita pernah suka dengan orang yang terlalu dekat dengan kita. Tapi, terkadang saat kita terlalu memandang jauh ke yang lain, yang dekatpun tak pernah terlihat. Walau hanya sedetik.