Kita Sepakat

116 2 12
                                    


"Kita harus balas dendam!" seorang laki-laki penuh tato dengan bekas luka jahitan di sana-sini menggebrak meja.

"Tapi kita tidak bisa melakukan seperti yang dulu. Kita habis dihajar. Dia membuat orang-orangku cacat seumur hidup." Laki-laki yang lebih tua dengan cerutu di mulutnya membalas dengan tenang.

"Aku punya rencana. Dia akan langsung datang." Laki-laki penuh tato itu melempar sebuah foto seorang cewek sedang makan es krim. "Kita tak tahu rumahnya di mana. Tapi kita tahu yang satu ini. Aku akan suruh beberapa orang menculiknya."

Si tua manggut-manggut. "Kalau dia tidak datang?"

"Kita bunuh gadis ini dan culik teman-temannya."

"Ya, mata dibalas mata."

"Ya, nasi dibalas nasi."

Si tua mengkerut.

"Aku sudah menyuruh beberapa orang berangkat. Mereka akan segera kembali."

Di lain tempat. Miu lagi duduk bareng Beni, Adell, Roby, Gombel dan Vera. Mereka lagi ngerjain tugas melukis. Miming yang tiap minggu harus kerja tak bisa ikutan. Miu yang sudah selesai gambar pohon dengan banyak bebek di sekitarnya mulai jahil. Dia mulai menghampiri Gombel lalu menyenggol sikutnya. Sukses, gambar Gombel punya garis panjang dari atas ke bawah. Miu langsung lari terbirit-birit sambil bawa gambarnya begitu Gombel ngamuk.

Gombel ngos-ngosan ngejar Miu yang larinya mirip kucing habis nyolong ikan asin. Dia balik lagi duduk deket di depan Adell lalu menghapus garis panjang di kertasnya. Miu balik lagi dengan kening dan ujung hidung yang berkeringat.

"Keringet kamu kena ke gambar aku, sana deh." Usir Vera yang gambar air mancurnya sekarang berair karena kecipratan keringat Miu.

Miu menyingkir, mengambil tasnya lalu mengeluarkan handuk kecil. Ia memperhatikan semuanya pada serius sambil sesekali ngomong. Lagi asyik-asyiknya ngeliatin yang lainnya ngegambar, tiba-tiba dari belakangnya ada yang membekap mulutnya. Roby yang kebetulan duduk agak dekat dengan Miu langsung menghambur hendak menolong tapi dia langsung di tending tepat di dada.

Beni menerjang orang yang menendang Roby. Beni menghajar orang itu tapi satu orang lain menghantam kepalanya dengan kayu. Sedangkan yang lainnya teriak-teriak ketakutan. Gombel udah pipis di celana karena ditodong dengan pistol.

Miu dimasukin ke dalam karung lalu di bawa ke dalam mobil. Beni yang masih pening sehabis dipukul kepalanya mencoba mengejar, dia mendapat satu pukulan lagi dan membuatnya pingsan.

Semuanya terjadi begitu saja dan sangat cepat. Roby belum bisa mengusai napasnya ketika Adell dan Vera membantunya berdiri. Vera berlari ke arah Beni yang tak bergerak sama sekali. Vera teriak-teriak mengira Beni tewas.

Teriakan mereka ternyata terdengar oleh beberapa orang yang lagi lewat. Beni di bawa ke rumah sakit sedangkan Roby menolak itu, ia pergi ke kantor polisi untuk melaporkan penculikan tadi sedangkan Adell ke apartemen Miu untuk member kabar sedangkan Gombel memberitahu Rifky. Vera menemani Beni di rumah sakit sambil menunggu keluarga Beni datang.

Sedangkan itu beberapa jam kemudian. Miming lagi di taman. Minggu ini dia tak lecet sedikitpun. Tak ada apa-apa di taman kecuali beberapa orang yang duduk sambil mengobrol di tempat Miu di culik. Mungkin udah pulang semua, pikir Miming sambil berjalan ke tempat pertemuan yang harusnya ada Miu dan yang lainnya.

"Kok bisa-bisanya tuh anak." Gumam Miming terkejut melihat ikat rambut Miu lengkap dengan loncengnya berada di bawah pohon akasia. "Pasti balik lagi dia."

Miming memutuskan untuk menunggu Miu karena capek untuk jalan ke parkiran dan mendatangi apartemen Miu. Tapi ditungguin sampai sore pun Miu tak kunjung muncul. Yang dateng malah Adell dengan wajah panik. Adell langsung menghambur memeluk Miming sambil teriak-teriak nama Miu. Miming ngirain Adell lagi main sesuatu, soalnya kedengerannya kayak Adell lagi niruin suara sirine ambulan.

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang