Sekolah masih sepi ketika Tika sampai di kelasnya sambil membawa sebuah tas putih. Tadi pas berangkat sekolah dia nemu itu tas tergeletak di tepi jalan. Mau ditinggalin takut diambil orang iseng, yaudah dia bawa aja ke sekolah. Nanti pulangnya mau dikasih ke polisi soalnya tak ada tanda pengenal atau petunjuk itu tas punya siapa. Diletakkannya tas itu yang lumayan berat. Isinya tak terlalu berharga, ada pakaian kotor, kosmetik dan beberapa sepatu mahal. Tika memandangi tas itu hingga tak sadar kalau Miu sedang duduk di depannya dengan tatapan heran.
"Tasnya kenapa?" Tika kaget. Tak biasanya ia tak tahu kedatangan Miu. Ia tak mendengar lonceng Miu tadi saking seriusnya.
"Ng..itu ngga. Ini tas." Tika mengambil napas.
"Kenapa?"
"Nemu di jalan tadi."
Miu segera merogoh isinya. Tika kaget, bener-bener kaget. Ia segera menahan Miu tapi Miu ternyata lebih kuat dari yang terlihat. Tangan Tika dengan mudahnya ditepis. Semua isinya dikeluarkan dan keluar sebuah dompet tebal. Miu meraihnya sebelum Tika menangkap tangannya. Dikeluarkannya KTP lalu diberikannya dompet itu ke Tika.
"Riri." Kata Miu lalu memberikannya pada Tika. "Ga dikembaliin ke orangnya?"
"Nanti pulang sekolah."
"Kalau orangnya nyari sekarang terus lapor polisi? Terus kamu dituduh pencuri? Terus kamu ditanya-tanya? Terus kamu ga bisa jawab? Terus kamu gagap? Terus kamu terpaksa ngaku? Terus kamu..." Tika menutup mulut Miu dengan dompet itu.
"Lebay tau. Ga bakalan." Tika menarik dompet itu dengan wajah merengut.
"Terus kamu dimasukin penjara, penjara tuh ga enak lho, makannya Cuma telur sama nasi putih doang, kalau lagi baik sih dikasih kuah rendang. Terus ya disuruh kerja mulu, nyikatin wc."
"Denger ya. Ini Cuma masalah sepele. Nanti istirahat pertama aku kasih ke satpam biar satpam yang kasih kekantor polisi."
"Cie...cie... takut cie..."
Tika kesel, ia hendak pergi meninggalkannya tapi segera mengurungkan niat karena ia tak akan tahu apa yang akan diperbuat Miu dengan tas itu. Miu beranjak dari duduknya. Bicara basa-basi sebentar lalu keluar menuju kelasnya. Setelah kepergian Miu ia memasukkan tas putih itu ke dalam lacinya.
Istirahat pertama Tika ketemu dengan Miming yang lagi sibuk nyapu ruangan kepsek. Hari ini kebetulan Miming dapet mandat untuk membersihkan ruangan angker itu karena Miming tak sengaja membuat mobil pak kepsek lecet. Melihat Tika menenteng tas ibu-ibu Miming mengkerut, ia berhenti menyapu dan hendak membuka mulut, tapi Tika keburu pergi duluan. Ia meninggalkan sapunya. Ia ingat omongan Miu tadi pagi.
"Mau kemana?" tanya Miming begitu jalannya sejajar dengan Tika. Tika agak kaget tapi segera menyesuaikan diri.
"Mau nyerahin ini ke satpam."
Miming melirik tas itu. "Sini aku bawain."
Tika ragu, sebentar ia menimbang-nimbang. Dia kan anaknya nakal. Pikir Tika. Tapi entah kenapa tangannya mengangsurkan tas itu ke tangan Miming. "Dianter ke om ya. Aku mau ke ruang guru. Makasih banget nih."
"Biasa aja. Percaya sama aku."
Tika tersenyum tipis, hampir terlihat seperti orang sakit gigi. Tapi Miming sudah cukup senang. Ia membawa tas itu setelah kepergian Tika ke ruang guru.
Si om yang lagi nyabutin jenggotnya kaget disuruh ngasih itu tas ke kantor polisi. Si om tentu aja tak mau meninggalkan posnya. Nanti kalau ada apa-apa dia juga yang kena. Tapi Miming bersikeras. Karena kalau dia yang keluar ngelanggar aturan namanya. Dan si om bersikeras juga sampai akhirnya datang Efendy. Dia teman sekelas Adell.
![](https://img.wattpad.com/cover/81841845-288-k415503.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
HumorKita pernah suka dengan orang yang terlalu dekat dengan kita. Tapi, terkadang saat kita terlalu memandang jauh ke yang lain, yang dekatpun tak pernah terlihat. Walau hanya sedetik.