Keputusan Gegabah

12.7K 296 9
                                    

Saya hanya menunggu kritik dan saran kalian, agar ide bisa mengalir sederas arus. Terima kasih sudah menyertai saya sampai pada BAB 6 kali ini. Semoga kalian suka dengan isi imajinasi saya.



Pagi ini, Roza menyodorkan jadwal untuk dijalankan Jose hari ini. Dua sesi rapat dengan kolega dari Surabaya dan Yogya akan selesai pada pukul tiga sore, kalau saja rapat hari ini berjalan lancar sebagaimana jadwalnya. Setelah jam tiga, jadwal kosong.

"Sore hari jadwal kosong, Za?"

"Benar, Pak."

Jose manggut-manggut.

"Maaf, Pak. Ada kabar dari staff pak Affandy yang mengabarkan bahwa hari ini beliau tidak bisa hadir."

Jose mendongak menatap Roza.

"Bagaimana beliau bisa tidak hadir, sementara rapat hari ini berkaitan juga dengan perusahaan beliau sebagai suplier bahan?" Jose bertanya dengan dahi mengerut.

"Betul, Pak. Tapi asisten beliau mengabarkan bahwa beliau sedang menunggui anaknya yang sakit di rumah sakit, Pak."

Jose terkejut. Sakit? Jasmine sakit?

"Sakit?"

"Iya, Pak."

Jose diam untuk merenung memikirkan apa sakit yang diderita gadis keras kepala itu.

Dan rapat hari ini berjalan sesuai jadwal, menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang memuaskan semua pihak. Bahkan perusahaan milik Pak Affandy Candranata memang hanya diwakili oleh staf beliau. Usai rapat, Jose menghampiri staff tersebut.

"Maaf, Anda staff Pak Affandy?"

"Betul, Pak." Asisten itu menjawab sambil mengamati Jose yang bertanya dengan nada yang demikian datar.

"Benar putri beliau sakit?"

"Betul, Pak. Menurut kabar terakhir yang saya tahu, kondisinya semakin menurun."

Deg! Ada kegundahan tersendiri ketika Jose mendengar kondisi Jasmine menurun.

"Di mana putri beliau di rawat?"

Asisten pak Affandy lantas menyebut nama sebuah rumah sakit swasta yang cukup berkelas di kota itu. Lalu tanpa menunggu percakapan berikutnya, Jose bergegas meninggalkan asisten Pak Affandy.

Jalanan belum lagi macet ketika Jose sampai di jalan menuju rumah sakit. Entahlah, dia tak mengerti mengapa harus bergegas untuk menjenguk gadis keras kepala itu. Padahal beberapa waktu lalu, Jose jelas-jelas menolak satu permintaan mengejutkan yang diajukan Pak Affandi kepada dirinya.

Jose tersenyum.

Dalam hati mentertawakan rasa sayang Pak Affandy yang berlebihan terhadap anaknya. Bahkan dengan sukarela meminta dirinya menikahi putri kesayangannya, meski beliau tahu, bahwa Jose bukan laki-laki yang baik.

Setengah jam berlalu dengan cepat ketika Jose sampai di halaman Rumah Sakit mewah itu. Sejenak langkahnya meragu, tapi kemudian dia menepis keraguannya. Dengan langkah lebar, Jose melangkah menuju ke bagian informasi. Kemudian seorang perawat memberi petunjuk keberadaan Jasmine.

Dan ketika Jose sampai di sini, di depan pintu kamar rawat inap Jasmine, dia berhenti sejenak. Keraguannya kembali muncul, namun lagi-lagi dia menepisnya. Kemudian dia membuka pintu kamar itu, perlahan. Dan pemandangan yang pertama kali dia lihat adalah Pak Affandy yang duduk termenung di sofa, yang berada di sudut kamar. Sementara di dipan rumah sakit, terbaring seorang gadis dengan selang infus di tangannya.

TERPERANGKAP SISI GELAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang