Cerita 0 - Prolog

2.1K 52 2
                                    

Aku buka mataku perlahan.

Aku berada di sebuah ruangan. Di sekelilingku semuanya merupakan barang yang terbuat dari kayu. Meja, lemari, bahkan dinding dan lantainya pun terbuat dari kayu. Aku seperti berada di rumah zaman dulu. Namun, ada yang janggal dari semua barang-barang ini.

Semua yang kulihat terlihat sangat besar.

Kursi, meja, bahkan piala yang terpajang di lemari pun terlihat lebih besar dari wajahku.

Aku sangat kebingungan. Entah apa yang terjadi.

Apa mungkin aku mabuk? Tidak. Aku tidak pernah mencoba minuman beralkohol sedikitpun.

Lalu kenapa semua terlihat aneh?

Apakah ini mimpi?

Ini bisa jadi hanya mimpi, tapi aku tetap penasaran. Aku mencoba menghampiri kursi besar di hadapanku, tapi entah kenapa, rasanya aku tak punya tenaga untuk bergerak. Aku lemas.

Ah, tidak.

Aku bukannya lemas. Tapi tubuhku tak sepenuhnya mau menuruti apa yang aku inginkan. Seluruh tubuhku terasa sangat berat untuk digerakkan.

Karena aku tidak dapat menggerakkan tubuhku dengan leluasa, aku coba ulurkan tanganku ke depan. Ya, daripada kupaksakan seluruh tubuhku untuk bergerak, lebih baik aku pusatkan tenagaku pada satu titik saja. Tanganku. Jika aku dapat membuat tanganku meraih kursi itu, mungkin aku dapat mengerti apa yang sedang terjadi.

Aku paksakan tangan kananku untuk bergerak ke depan.

"Ah?"

Aku melihat sesuatu yang membuatku jauh lebih terkejut dibanding kursi besar itu.

Aku melihat tangan kecil yang sedikit gemuk.

Tangan bayi. Ya. Aku memiliki tangan seorang bayi.

Aku terkejut. Tubuhku tersentak kebelakang. Aku terjatuh.

Sakit!!

Aku merasakan sakit! Berarti ini bukan mimpi!

Aku merasakan sakit yang luar biasa. Kepalaku seperti dipukul dengan sangat keras. Kepalaku benar-benar sakit sampai air mata pun mulai membasahi mataku. Tapi tidak boleh menangis. Aku harus bertahan dan tetap mencoba berpikir apa yang sebenarnya sedang terjadi. Apa mungkin bukan hanya tanganku, tapi seluruh tubuhku juga berubah menjadi tubuh seorang bayi?

Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Ini benar-benar aneh, ada yang tidak beres. Tapi aku tak bisa bergerak! Apakah ada orang lain di sekitar sini? Aku harus meminta tolong.

Aku berusaha berteriak dengan sepenuh tenaga untuk mencari bantuan.

"A....aa!! Aaa....a!!!"

"...!!!"

Suaraku!? Aku tidak bisa berbicara? Apakah ini karena sosokku berubah menjadi seorang bayi sehingga aku juga tidak dapat berbicara?

Tak lama kemudian, aku mendengar seperti suara orang berlari kencang di atas lantai kayu. Meskipun suaraku tidak jelas, tapi mungkin ada yang mendengarnya dan mencoba untuk menolongku. Tidak tidak. Itu tidak mungkin. Aku sekarang menjadi seorang bayi, tidak mungkin ada yang mengerti bahasa seorang bayi. Lalu, mungkin itu ibuku?

Ya! Itu pasti ibuku!!

Kalau begitu aku pasti kembali ke masa lalu. Masa di mana aku belum lama dilahirkan.

Hmm... Tapi aku tidak ingat pernah tinggal di rumah dengan lantai kayu seperti ini.

Ketika aku sedang berpikir, tiba-tiba dari arah pintu muncul sesosok wanita besar. Bukan berarti wanita ini bertubuh gemuk, tapi mungkin karena aku melihatnya dari sudut pandang seorang bayi, dia terlihat sangat besar. Wajahnya terlihat masih muda, mungkin usianya sekitar 23 atau 24 tahun. Rambutnya pirang. Matanya berwarna cokelat gelap dengan bulu mata yang sedikit terlihat lentik. Ia memakai anting emas kecil berbentuk bulat. Wanita tersebut mengenakan kaos cokelat dan celana panjang hitam. Sederhana, namun tetap terlihat cantik.

Eh?

Tunggu.

Rambut ibuku tidak pirang!

Keluargaku semuanya asli Jawa Tengah. Tidak mungkin ada yang berambut pirang. Selain itu, aku juga baru menyadari bahwa wajahnya benar-benar berbeda dengan ibuku. Kulitnya putih, bukan kulit sawo matang seperti orang Jawa pada umumnya. Dan hidungnya pun mancung.

Lalu, asisten rumah tangga? Seandainya pada masa ini keluarga kami memiliki asisten rumah tangga, tidak mungkin bule yang menjadi ART kami. Apa mungkin ada keluargaku yang lain yang berambut pirang?

Wanita itu kemudian mengangkatku.

"#$%&' #$%&'("

Sepertinya dia berbicara sesuatu. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Kalau itu bahasa Indonesia atau bahasa Jawa, aku pasti bisa memahaminya, karena sekarang pun aku berpikir dengan bahasa Indonesia. Aku juga menguasai beberapa bahasa asing yang lain, tapi ini benar-benar bahasa yang tidak pernah aku dengar sebelumnya. Mungkin memang bahasa dari negara yang belum pernah aku pelajari sebelumnya.

Wanita itu mengelus-elus kepalaku dengan lembut sambil tersenyum. Lalu, ia membawaku ke luar dari ruangan tadi sampai ke sebuah tempat kecil yang dikelilingi pagar dari kayu. Lantainya sangat empuk. Sepertinya ini kasur bayi.

Ia kemudian menyanyikan sebuah lagu sambil menidurkanku.

Lagu yang sangat merdu. Tak lama mendengarkannya, aku pun sudah merasa mengantuk.

Tapi tidak! Aku tidak boleh tidur dulu. Aku harus memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Aku harus mengingat-ingat apa yang terjadi kemarin. Atau paling tidak sebelum aku sadar bahwa aku telah menjadi seperti ini.

Aku mulai mengingat kejadian kemarin setelah aku pulang dari wisata ke Pelabuhan ratu...

...

Belum sempat ingatanku kembali, lagu yang dinyanyikan wanita di sebelahku ini membuatku tak tahan dan akhirnya aku terlelap.


Kehidupan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang