Cerita 13 - Petaka

337 20 3
                                    

Perasaanku benar-benar senang. Aku ingin segera berlari sampai rumah dan menceritakannya pada John dan Lisa. Sebagai orang tuaku di dunia ini, aku ingin sekali membuat mereka bangga padaku. Tapi sekalinya aku mencoba berlari, Pak Arthur menghentikanku. Ia bilang kalau terburu-buru, aku akan kelelahan di jalan sebelum sampai rumah. Setelah aku pikir-pikir, rumahku memang cukup jauh dari Elealion. Baiklah, untuk kali ini aku akan menuruti kata-kata Pak Arthur.

Saat kami berjalan, beberapa kali ada yang menyapa Pak Arthur. Terutama saat di Desa Chtala. Sepertinya Pak Arthur sering membantu Desa Chtala, karena sebagian besar dari yang menyapanya mengucapkan terima kasih. Beberapa di antaranya bahkan memberikan buah atau kenang-kenangan sebagai tanda terima kasih.

Aku rasa Pak Arthur orang yang cukup baik.

Setelah selesai menyapa orang-orang di desa, kami kembali berjalan lagi. Kami akhirnya sampai di pintu keluar desa Chtala.

"Ah, Pak Arthur dan John Junior!"

Penjaga gerbangnya menyapa kami.

Tapi kali ini berbeda, ia tidak tersenyum. Malah ia terlihat seperti sedang panik.

Ah, tunggu. Bukankah seharusnya ada dua orang yang menjaga gerbang? Tapi kali ini sepertinya hanya ia sendirian yang menjaga gerbang desa Chtala.

"John Junior... Yang ada di sana itu rumah kamu kan?"

"Eh?"

Penjaga itu menunjuk ke arah rumahku yang terlihat mengeluarkan asap berwarna hitam.

"!!! Rumahku!"

"Saya khawatir kalau terjadi sesuatu di sana. Tapi saya tidak bisa meninggalkan posisi saya di sini sebagai penjaga gerbang. Penjaga yang satu lagi sedang berlari menuju rumah Kepala Desa untuk meminta bantuan agar ada yang pergi melihat ke sana."

Rumahku terlihat seperti sedang terbakar. Tidak, itu pasti memang terbakar. Meskipun samar, dari rumahku terlihat titik-titik merah seperti api dan menghasilkan asap hitam yang sangat tebal.

Aku panik.

Aku langsung berlari menuju rumahku sekuat tenaga tanpa berpikir panjang. Tapi Pak Arthur menghentikanku.

"Lepaskan! Saya harus segera melihat keadaan rumah saya!"

"Berlari akan terlalu memakan waktu."

"Eh?"

"Wahai penguasa angin terkuat, raja dari semua angin di Venus, datang dan terus tunjukkanlah tarianmu di langit ini. Turunkan dan hembuskanlah anginmu untukku yang selalu tunduk padamu!"

Mantra sihir angin tingkat menengah!

Sepertinya Pak Arthur juga menguasai sihir angin sampai tingkat menengah. Tapi ini bukan saatnya aku peduli akan hal ini.

Pak Arthur memelukku dengan kencang. Kemudian di sekeliling kami angin mulai berputar-putar. Angin itu berkumpul di bawah kaki Pak Arthur dan...

"Duar!"

Pak Arthur meloncat sangat tinggi dengan ledakan angin di kakinya.

Loncatannya cukup tinggi dan jauh. Perjalanan dari Desa Chtala menuju rumahku yang seharusnya memakan waktu sekitar satu setengah jam, hanya dilalui dengan sepuluh loncatan.

Setelah kami sampai di rumahku, aku benar-benar tidak percaya atas apa yang kulihat di depan mataku.

Aku hanya terdiam tak tahu harus berkata apa.

Rumahku... kini hanyalah sebuah reruntuhan hangus. Tidak ada api, tapi semuanya hangus dan mengeluarkan asap hitam.

"AYAH!! IBU!!"

Kehidupan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang