Part 3 - Beautiful Blue Things

178 20 6
                                    


Shilla menatap heran sosok Genandra yang tersenyum cerah sembari melakukan entah apa dengan ponselnya. Entah sedang chat dengan seseorang atau hanya sekedar browsing melalui ponsel pintarnya itu.

"Why are you smiling ear to ear?" tanya Shilla pada akhirnya. Membuat Genandra sontak mengalihkan perhatiannya dari ponsel miliknya. Ia hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum lebar.

"Terakhir kali aku melihatmu seperti ini adalah ketika kau jatuh cinta pada cinta pertamamu itu" lanjut Shilla. Selepas kalimatnya, baik Andra ataupun Shilla sama-sama terdiam.

"Unless you are" tambah Shilla setengah bergumam. Tatapan matanya tidak beralih dari Andra yang masih terdiam.

Please say no! Katakan kau tidak sedang jatuh cinta, Andra!

Shilla hanya sedang merapal doa di tengah keheningan yang Andra ciptakan. Berharap perkiraannya itu meleset. Berharap Andra hanya sedang bahagia karena memenangkan tender besar atau hal lain terkait pekerjaan. Ia tidak berharap pria itu tengah jatuh cinta. Karena kalau memang demikian, maka wanita itu tentunya akan menelan pil pahit akibat cintanya kembali bertepuk sebelah tangan. Bahwa selama bertahun persahabatan mereka, Andra tetaplah tidak bisa menganggapnya melebihi sahabat.

"Memangnya begitu terlihat, ya?" ucapan dari Genandra itu seolah menyadarkan Shilla bahwa ketakutannya benar terjadi. Wanita itu hanya bisa tersenyum masam. Bergumam singkat mengiyakan pertanyaan Andra.

Ditariknya napas dalam-dalam. Mengontrol emosinya yang rasanya sebentar lagi akan meledak dan ia bisa saja menumpahkan kepedihannya di depan Andra. Sesuatu yang tak pernah Shilla lakukan meskipun ia kerap terluka karena perasaanya yang tak pernah berbalas.

"Siapa wanita kurang beruntung itu, hm?" tanyanya dengan sebuah senyuman yang ia paksa terukir di bibirnya. Andra menyengir singkat kemudian menggelengkan kepalanya.

Jika tadi Andra tersenyum lebar sembari menatap ponselnya maka kini senyuman itu berganti menjadi senyuman masam. Salahkan Shilla yang selalu mengamati gerak-gerik Andra hingga ia tahu ada yang pria itu sembunyikan.

"Seseorang yang jika kau tahu siapa dia kurasa kau akan memarahiku"

"Kenapa begitu?" desak Shilla. Andra tersenyum tipis.

"Let just say, she is someone I shouldn't love" gumam Andra. Shilla terdiam seketika. Mengamati ekspresi wajah Genandra yang seperti memendam luka dan ribuan rahasia. Membuatnya bertanya-tanya siapakah wanita yang membuat Andra seperti ini.

"Kenapa?" putusnya untuk bertanya. Andra hanya menggelengkan kepalanya.

"Maaf, aku belum bisa memberitahumu untuk hal itu" jawab Andra. Memberinya tatapan permintaan maaf karena ia tidak bisa terbuka untuk hal satu itu pada Shilla. Seseorang yang biasanya menjadi tempat berbagi di setiap masalahnya.

Shilla termangu. Merasakan denyut nyeri di hatinya. Genandra tengah jatuh cinta pada perempuan lain adalah sebuah luka tersendiri. Dan sekarang ditambah bahwa perempuan yang Andra cintai adalah perempuan yang tidak seharusnya dicintai. Apa maksud dari semua ini? Bahwa seorang Genandra mencintai seseorang yang tidak seharusnya ia cintai? Entah karena masalah apa, tapi bagi Shilla itu sedikit banyak menyubit egonya. Bahwa Genandra bisa mencintai wanita lain –bahkan yang bermasalah sekalipun- tapi tak bisa mencintai seorang Shilla yang selama ini mendampinginya.

Kenapa jalinan hatinya harus serumit ini? Kenapa Genandra tak bisa mencintainya? Shilla hanya bisa tersenyum kecut untuk itu. Mencoba menepis sebuah pemikiran yang baru saja terlintas di otaknya. Bahwa seorang Genandra bukanlah jodohnya. Pemikiran yang sama sekali tak ia harapkan. Namun sayangnya harus ia terima meski itu menyakitkan.

The Supporting RoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang