Part 4 - Meet Dylan

166 26 1
                                    

Shilla memperhatikan sosok kecil Allene yang terduduk sendiri di salah satu bangku taman di sekolah tempatnya mengajar. Bisa dibilang sekolah itu termasuk pre-school yang cukup elit dengan area yang luas dan fasilitas yang lengkap. Termasuk sebuah taman kecil tepat di depan gerbang utama. Taman atau mungkin lebih tepat dibilang lapangan kecil itu biasa digunakan anak-anak muridnya untuk bermain dikala waktu istirahat.

Dan lihatlah sekarang gadis cilik bermata biru indah itu. Hanya duduk sendiri, tanpa sekalipun ingin bergabung dengan teman-temannya yang tengah bermain kejar-kejaran. Allene memang termasuk anak pendiam jadi mungkin itulah yang membuatnya susah untuk bersosialisasi. Terlebih, ia yang hanya bisa menggunakan bahasa Indonesia secara pasif. Mungkin hal itu yang membuatnya enggan untuk mendekati teman-temannya.

"Mam!" panggilan Dylan menyentak Shilla. Ia menatap wajah putranya yang menatapnya bingung.

"Mami lihat apa?" tanya sang putra. Shilla menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.

"Kamu sudah makan bekalmu, Dy?" tanya Shilla. Dylan menggelengkan kepalanya.

"Kenapa? Ini sudah waktu makan siang, Sayang"

"Dy mau makan sama Mami."

Shilla tersenyum lagi. "Biasanya Dy kan makan dengan teman-teman? Kenapa sekarang tidak?". Dylan mengerucutkan bibirnya singkat. Ia menunjuk 3 orang temannya yang mengenakan seragam yang sama dengannya. Ketiga temannya itu tengah asyik bermain bola sepak di tengah lapangan.

"Max, Roni dan Dharma daritadi tidak mau makan siang. Kata mereka mau main dulu baru makan. Tapi Dylan sudah lapar, Mami" terang Dylan. Shilla mengusap rambut Dylan pelan. Tiba-tiba sebersit ide terlintas di benaknya.

Shilla berjongkok di depan Dylan. "Mami temani Dy makan. Tapi, kita makan bersama Allene ya?" ucap Shilla sembari menunjuk Allene. Dylan mengikuti arah pandang Shilla. Mata hitam Dylan menatap Allene yang tengah mewarnai buku gambarnya.

"Kenapa?" pertanyaan Dylan itu membuat Shilla tersenyum.

"Kita makan siang di sana, ya?" tawar Shilla sembari jari telunjuknya mengarah pada sosol Allene yang sendiri. Dylan tanpa banyak protes menurut.

"Halo Allene. Miss boleh duduk di sini, kan?" tanya Shilla ramah pada Allene. Kepala gadis cilik itu mendongak. Menatap Shilla dan Dylan bergantian sebelum akhirnya kepalanya mengangguk,

Shilla duduk di antara Dylan dan Allene. "Allene masih ingat Dylan, kan? Kalian juga pernah bertemu waktu itu saat Tom, kucing lucu itu, nyaris hilang di taman saat itu" jelas Shilla. Allene mengangguk singkat.

"Dy kamu ingat kan, honey?" Shilla bertanya balik pada Dylan. Dan hanya dijawab Dylan dengan gumaman singkat. Bocah cilik itu membuka kotak bekalnya yang berisi 3 potong sandwich buatan Shilla. Dylan memang lebih suka membawa bekal sandwich daripada nasi. Jadi biasanya memang makan siang Dylan tidak pernah berbentuk nasi.

"Mami ke toilet sebentar ya? Dylan makan bersama Allene saja, ya?" ucap Shilla kemudian berjalan meninggalkan kedua bocah beda kelamin itu sendiri.

Allene maupun Dylan sama-sama terdiam. Allene memilih mengambil kembali buku gambar yang tadi sempat dia letakkan saat Shilla dan Dylan datang.

Sekitar lima menit keduanya diam. Allene dengan buku gambarnya dan Dylan dengan makan siangnya. Hingga akhirnya Allene sedikit terkesiap saat sebuah sandwich terjulur di depan wajahnya. Sontak gadis cilik itu menolehkan kepalanya. Menatap Dylan keheranan.

"Makan!" titah Dylan. Suaranya memang lirih tapi Allene mendengar jelas. Mata biru cantiknya menatap Dylan berkedip. Keduanya bertukar pandang untuk sesaat.

The Supporting RoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang