Part 18 - Baby Step

99 23 18
                                    

Shilla bergegas turun dari taksi yang mengantarnya ke lobby mal. Sayang baru hendak memasuki lobby kaki Shilla berhenti bergerak. Pandangannya tertuju pada dua orang yang terlihat tengah dalam perdebatan. Seorang pria paruh baya yang asing untuknya dan satu lagi pria yang sangat ia kenal.

Andrew?

Ia mengamati Andrew yang terlihat seperti tengah menghalangi pria paruh baya yang hendak memasuki mobil. Meski dari jarak kurang lebih 50 meter, ia bisa melihat kalau raut kedua pria beda usia itu tengah tidak baik-baik saja. Ia bisa melihat Andrew seperti berusaha menjelaskan sesuatu tapi pria paruh baya yang kini sudah berada pada kemudi mobilnya tak ingin mendengar.

Dan ketika mobil itu bergerak, Shilla bisa melihat Andrew tampak mengacak rambutnya frustrasi. Belum lagi bahu Andrew yang bergerak turun seperti menunjukkan pada Shilla bahwa ia tengah dirundung masalah. Dan Shilla tak tahu apa.

Kaki Shilla kini tanpa komando bergerak mendekati sosok Andrew. Dan ketika kakinya hanya tinggal beberapa langkah dari Andrew, pria itu bahkan masih berdiri di tempat yang sama, dengan bahu yang turun.

Ada apa dengannya?

"Drew!" panggilnya pelan sembari menyentuh pundak Andrew pelan. Terang saja pria itu tersentak. Matanya sedikit melebar ketika mendapati Shilla berdiri di belakangnya.

"Shilla? Kok ada di sini?" tanya Andrew.

"Ini tempat umum kurasa aku juga berhak di sini, kan?" Shilla berusaha bercanda. Andrew hanya menatapnya tanpa bicara.

"Aku melihatmu bersama seseorang tadi. Kalian seperti tengah bertengkar?" tanya Shilla hati-hati. Dia tidak ingin terlihat ingin ikut campur tapi ia hanya penasaran.

"Ah tadi...ehm...hanya sedikit kesalahpahaman." Senyum kaku yang Andrew tunjukkan membuat Shilla merasa kalau Andrew enggan membicarakan hal tersebut.

"Kau ada urusan apa di sini? Bertemu seseorang?" tanya Andrew berusaha mengalihkan pembicaraan. Shilla tersenyum singkat.

"Tidak. Hanya mau membeli sesuatu, mumpung Dylan bisa aku titipkan di tempat Max. kau tahu sendiri kalau anak itu ikut bisa jadi berjam-jam Cuma main di Timezone" keluh Shilla. Andrew tertawa singkat.

"Sudah makan siang?" Gelengan kepala menjawab pertanyaan Andrew.

"Makan dulu, yuk! Setelah itu aku temani kamu beli apa yang dicari" bujuk Andrew. Dan pada dasarnya Shilla tidak ada alasan untuk menolak, bukan?

"Ayo! Allene tidak diajak?"

"Nope. Tadi Robbie ke rumah dan ia menculik Allene." Canda Andrew.

"Jadi kita sama-sama bebas dari penganggu cilik itu, nih?"

"Very true."

***

"Kalau makan memang biasa sedikit, ya?" tanya Andrew yang sedari tadi memperhatikan Shilla makan. Wanita itu menganggukkan kepalanya.

"Aku punya lambung yang kecil kurasa" canda Shilla.

"Bukan karena diet? Wanita kurasa terkadang obsesi dengan diet."

Shilla hanya tertawa kecil. "Aku tidak pernah diet. Hanya memang aku tidak bisa makan banyak. Gampang kenyang dan aku cepat lelah kalau mengunyah makanan."

"Hah? Ada yang seperti itu?" heran Andrew. Shilla terkekeh melihat raut heran Andrew. Kepalanya mengangguk.

"Ya, aku buktinya. Jadi kalau aku sudah lelah mengunyah maka otakku akan memberi sinyal pada perutku untuk berhenti menampung makanan. Kurang lebih seperti itu. Jadi parameter kenyang atau tidak buat diriku itu adalah seberapa aku kuat mengunyah." Terang Shilla. Andrew tertawa setelah mendengar penjelasan Shilla.

The Supporting RoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang