Part 19 - His Story

116 18 18
                                    

Note: part ini cuma 1 setting tempat dan waktu, jadi awas bosen haha


***


Andrew tidak tahu kenapa kakinya membawanya kemari. Sepertinya otak dan anggota tubuhnya yang lain tengah berkomplot untuk membawanya ke tempat ini. Apa pikiran yang kacau bisa membuat kendali otak juga ikut kacau? Sepertinya begitu.

Buktinya kini ia tengah terdiam di balik kemudi mobilnya tepat di depan rumah Shilla. Sudah 10 menit ia hanya terdiam di sana. Ia sempat terperanjat ketika mobilnya sampai di depan rumah Shilla. Niat awal tadi ia hanya ingin mendinginkan otaknya dengan berkemudi. Tapi kenapa bisa sampai di sini?

TOK TOK TOK

Andrew nyaris memekik ketika mendengar ketukan di kaca mobilnya. Ia menolehkan kepalanya dan mendapati sosok Shilla membungkuk dengan tangan masih berada di kaca mobilnya.

Perlahan Andrew menurunkan kaca mobilnya. "Hai!" sapanya canggung.

"Kenapa tidak masuk? Kok bengong?"

"Ah iya anu...ehm..."

"Masuk dulu, yuk!" ajakan itu tentu saja tidak bisa Andrew tolak. Biar saja nanti dia mencari alasan kenapa ia berkunjung ke tempat ini.

"Mau minum apa?" tanya Shilla begitu keduanya memasuki rumah. Andrew menggelengkan kepalanya.

"Tidak perlu repot. Aku hanya..."

"I'll make you chamomile tea, then. I think you need one. Duduk dulu, ya?" Shilla memotong ucapan Andrew. Ia lantas berlalu ke dapur membiarkan Andrew duduk di ruang tamu. Tak lama ia kembali mendekati Andrew dengan secangkir teh di tangannya.

Wanita itu mengamati Andrew yang menerima uluran teh buatannya. Shilla pada dasarnya pengamat yang baik, jadi ia bisa melihat jika Andrew sedang banyak pikiran. Meski bisa Shilla lihat pria itu berusaha menutupi kegundahan hatinya.

"Are you okay?" Pertanyaan itu membuat Andrew terpaku. Ia memandang Shilla yang menatapnya khawatir. Seulas senyum Andrew berikan untuk perempuan itu.

"I am okay. Hanya sedang butuh udara segar. Aku saja tidak tahu bagaimana aku bisa membawa mobilku kemari. Maaf kalau mengganggu malam-malam."

"Santai saja. Aku juga belum tidur."

"Ah bagaimana kamu bisa tahu aku ada di luar?"

"Tadi aku kebetulan mau buang sampah selepas bersih-bersih. Dan aku lihat mobilmu terparkir di depan rumah. Aku tunggu tapi kau tidak kunjung masuk." Terang Shilla. Andrew meringis minta maaf.

"Malam-malam bersih-bersih?" tanya Andrew heran. Pasalnya sekarang sudah pukul 10 malam. Shilla hanya terkekeh kecil.

"Tadi Dylan berantakin rumah. Lelah bermain dia langsung tidur dan karena aku gatal lihat rumah berantakan jadi aku beresin sekalian. Ngomong-ngomong Allene kamu tinggal sendiri?"

Andrew menggeleng singkat. "Tadi dia memang aku titipkan di tempat Bi Ira sejak sore karena aku ada keperluan. Dan yah aku belum kembali ke apartemen aku butuh mencari udara segar." Ungkap Andrew.

"Tidak apa Allene ditinggal dengan Bi Ira? Padahal tadi dia bisa dititip di sini kalau tahu kamu tinggal sejak sore" ujar Shilla.

"It's okay. Bi Ira biasanya paham kalau lepas pukul 9 malam aku belum pulang maka Allene akan menginap di rumahnya. Biasanya pagi-pagi aku jemput sebelum Allene berangkat sekolah" kata Andrew. Shilla menganggukkan kepalanya mengerti.

The Supporting RoleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang